Cetak
Dilihat: 15956

EBNEWS - Internet (Inter-Network) melalui sistem world wide web (www) saat ini telah menjadi bagian dari kehidupan kita. Sistem www merupakan sistem yang memanfaatkan arsitektur teknologi klien-server untuk menyimpan, mengambil, mengubah, dan menampilkan informasi yang dapat diakses secara universal (Laudon dan Laudon, 2011). Organisasi bisnis telah banyak memanfaatkan sistem www ini untuk menunjang kegiatan bisnisnya. Bisnis e-perdagangan telah banyak bermunculan dan terjadi transformasi transaksi dari manual menjadi transaksi elektronik. Blog korporat milik perusahaan juga mulai menjamur berisikan kegiatan-kegiatan dan pengumuman-pengumuman yang rata-rata bersifat sosial, termasuk juga profil-profil perusahaan yang muncul di situs-situs jejaring sosial.

Selain berbagai hal diatas, organisasi bisnis juga memanfaatkan sistem www untuk mempublikasikan informasi yang berhubungan dengan investor dan atau calon investor mereka. Hasil RUPS, hasil diskusi dan analisis manajemen, dan statement keuangan sudah banyak yang dapat diakses melalui sistem www di Internet. Kebutuhan akan pelaporan keuangan berbasis Internet ini sudah sejak tahun 1994 disadari oleh AICPA, karena munculnya kebutuhan akan sistem pelaporan keuangan yang fleksibel, mudah diakses, cepat, dan terpercaya sedangkan sistem pelaporan berbasis kertas (paper-based) sudah dianggap tidak mampu memenuhi kebutuhan tersebut.

Internet Financial Reporting

Pemanfaatan jaringan Internet melalui sistem www untuk mempublikasikan informasi kinerja keuangan organisasi bisnis ini dipopulerkan dengan nama Internet Financial Reporting, (IFR) dan tidak hanya dibatasi pada statement keuangannya saja, tetapi juga termasuk semua informasi yang berhubungan dengan kinerja keuangan organisasi bisnis, misalnya: diskusi dan analisis manajemen, statement keuangan segmen, dan catatan atas statement keuangan (Jones, et.al., 2003). Saat ini, pelaporan kinerja keuangan melalui sistem www ini belum memiliki aturan khusus dari badan profesional dan sifatnya masih sukarela, sehingga organisasi bisnis masih bebas dalam berkreasi dan memanfaatkan berbagai macam teknologi untuk menyajikan informasi-informasi kinerja keuangan tersebut.

Banyak sekali manfaat yang didapatkan dengan mempublikasikan informasi kinerja keuangan melalui IFR ini (Budi dan Almilia, 2008; Kelton, 2006; Ettredge, et.al., 2001; Lestari dan Chariri, 2007; Anindya dan Wibisono, 2010), beberapa diantaranya:

  1. Frekuensi Penyajian Informasi yang Lebih Sering. Apabila didukung oleh teknologi informasi yang memadai, maka IFR dapat disajikan tidak hanya dalam perioda tahunan, semesteran dan atau kuartalan, tetapi juga dapat disajikan dalam periode bulanan, mingguan, harian, atau bahkan hampir instan (termutakhirkan secara real time).
  2. Kos yang Relatif Rendah. Jika dibandingkan dengan penyajian menggunakan kertas, maka penyajian secara elektronik menggunakan IFR ini memiliki kos yang lebih rendah.
  3. Penyajian yang Lebih Menarik. Berbagai macam teknologi dapat ditempelkan (embed) ke IFR sehingga menjadikan penyajiannya lebih menarik. IFR dapat dilengkapi dengan hyperlink, video, audio, processable file format, maupun grafik dinamis.
  4. Cakupan yang Lebih Luas. Kemudahan dalam mengakses IFR dari mana pun dan kapan pun menjadikan cakupan IFR ini menjadi lebih luas. Asalkan terdapat akses ke www, maka IFR pasti dapat diakses.
  5. Profiling dan Akses Khusus. IFR dapat didesain sedemikian rupa sehingga calon-calon investor maupun investor telah teregistrasi untuk dapat mengakses bagian-bagian tertentu dari IFR. Selain itu, hasil analisis terhadap akses IFR dapat dipakai oleh manajemen organisasi bisnis untuk membuat profil dari calon-calon investor dan investor organisasi bisnis.
  6. Menaikkan Image. Organisasi bisnis juga dapat meningkatkan image-nya di depan stakeholders dengan memanfaatkan IFR, salah satunya dengan menunjukkan bahwa organisasi bisnis tersebut mampu memanfaatkan teknologi dan tidak ketinggalan zaman.

Meskipun banyak sekali manfaat IFR, tidak diaturnya IFR oleh badan profesional dapat membuat pembaca informasi IFR mentafsirkan informasi secara keliru karena format penyajian yang berbeda-beda dan pemanfaatan teknologi yang bermacam-macam. Sundar (2000) menemukan bahwa teknologi-teknologi yang menempel pada informasi dapat mengalihkan pembaca informasi dari inti informasi yang sedang dibacanya.

IFR di Indonesia

Meskipun di Indonesia belum terdapat badan profesional yang mengatur IFR ini, akan tetapi IFR sudah banyak diselenggarakan oleh organisasi-organisasi bisnis di Indonesia, terutama oleh perusahaan-perusahaan yang telah go public dan memiliki nama di masyarakat.  Pada pendataan tahun 2008, hampir sekitar 80% perusahaan yang terdaftar di bursa telah memanfaatkan media internet untuk tujuan hubungan ke calon investor dan investor.

Bentuk IFR di Indonesia masih didominasi oleh bentuk dokumen elektronik dalam format PDF (Amilia, 2010). Hal ini mengindikasikan bahwa model IFR di Indonesia masih pada tahap transformasi awal, di mana terjadi perubahan format dari kertas ke elektronik. Dokumen berbentuk PDF biasanya belum mampu menyajikan konten yang interaktif maupun multimedia yang dapat ditempelkan pada IFR.

Beberapa penelitian di Indonesia (Hargyantoro, 2010; Trijayanti dan Hermana, 2009) menunjukkan bahwa pemanfaatan IFR di Indonesia mampu mempengaruhi harga di pasar dan/atau kinerja keuangan berbasis rasio. Pengaruh terhadap masyarakat secara langsung biasanya terjadi pada pemanfaatan teknologi yang dilakukan pada tahap awal. Anindya dan Wibisono (2010) juga mengungkapkan bahwa calon investor dan investor memiliki minat yang tinggi untuk memanfaatkan IFR sebagai sumber informasi yang akan dipakai untuk pengambilan keputusan mereka.

Konten dalam IFR

Seperti telah diungkapkan di atas, salah satu manfaat dari IFR adalah kemampuannya untuk ditempelkan berbagai macam teknologi. Sayangnya, di Indonesia, bahkan di dunia, masih sedikit organisasi bisnis yang memanfaatkan kelebihan IFR ini. Clements dan Wolfe (2000) menemukan di dalam eksperimen mereka bahwa video yang tertempel pada IFR mempengaruhi keputusan pengguna untuk melakukan investasi. Meskipun demikian, informasi yang didapatkan dari bentuk video tidak lebih dapat diingat oleh pengguna dibandingkan dengan informasi berbentuk teks. Hal ini menyebabkan pemanfaatan konten berbasis multimedia menjadi prioritas kedua di dalam IFR (Debreceny, et.al., 2001).

Multimedia sebenarnya tidak harus dalam bentuk video, Dobrican (2009) membagi konten multimedia menjadi beberapa bagian:

  1. Teks. Teks dianggap sebagai bentuk multimedia visual yang paling mendasar. Dalam konteks teknologi, teks sebagai multimedia biasanya disajikan dalam bentuk tautan dan teks dinamis; dapat dipakai sebagai navigasi konten maupun berubah formatnya sesuai dengan perintah dari pengguna.
  2. Gambar. Gambar sebagai multimedia didefinisikan sebagai gabungan elemen pixel yang terdiri dari serangkaian warna dan tingkat kecerahan. Dalam konteks teknologi, gambar sebagai multimedia dapat disajikan dalam bentuk dinamis, seperti halnya fitur visualisasi yang dimiliki oleh Google AJAX.
  3. Audio. Audio didefinisikan sebagai tekanan yang berbeda yang menghasilkan getaran ke berbagai arah. Penerapan audio dalam IFR diprediksikan kurang populer karena keterbatasan penggunaannya; beberapa menggunakannya untuk corporate speeches walaupun masih sangat sedikit.
  4. Video. Video adalah rangkaian gambar (frames) yang disatukan dan ditunjukkan secara berurutan yang menciptakan ilusi gerakan yang diterima oleh mata manusia dan menimbulkan perasaan bahwa objek yang disajikan sedang bergerak. Pemanfaatan video didalam IFR juga masih terbatas, tetapi lebih efektif dalam menyajikan informasi dibandingkan dengan audio.

Adriazka dan Wibisono (2011) menemukan bahwa investor dan calon investor memiliki minat cukup tinggi untuk memanfaatkan multimedia yang tertempel pada IFR. Fokus multimedia yang diminati cenderung ke pemanfaatan teks dan gambar dinamis. Pengguna IFR merasa bahwa teks dan gambar yang dinamis akan menjadikan pembacaan dan pemanfaatan informasi keuangan menjadi lebih efektif dan efisien. Misalnya, dengan melakukan navigasi ke catatan atas laporan keuangan dengan sekali pencetan tombol dan/atau menampilkan gambar dinamis berupa grafik perbandingan saat pengguna memilih beberapa angka-angka performa tertentu.

Masa Depan IFR

Jika diilhat dari beberapa penelitian di atas, IFR di Indonesia sebenarnya dapat dikembangkan secara lebih baik lagi. Sudah saatnya IFR tidak hanya berbentuk dokumen elektronik yang statis (PDF), tetapi juga memanfaatkan teknologi yang sifatnya dinamis (Google AJAX, HTML 5, FLASH, dsb.). IFR secara umum telah diminati penggunaannya oleh investor dan calon investor. Oleh karena itu, penempelan teknologi yang tepat pada IFR juga diharapkan akan meningkatkan minat pengguna.

Badan profesional juga diharapkan keterlibatannya di dalam pengaturan penyajian IFR untuk memastikan kekayaan informasi dan konten yang disajikan oleh IFR. Dengan adanya standar, pengguna statement keuangan tidak akan dibingungkan oleh informasi dan konten yang disajikan oleh IFR. Saat ini, penggunaan IFR masih bersifat sukarela. Namun, diharapkan badan profesional mampu membuat penyajian IFR ini menjadi wajib ke depannya. Hal ini terutama berkaitan dengan tanggung jawab publik organisasi bisnis dan kebutuhan informasi yang tepat waktu serta kemudahan akses informasi bagi pengguna.

 

Referensi

Adriazka, Haris dan Wibisono, Gunawan, 2011. “Analisis TAM Pada Penggunaan Multimedia di dalam IFR Sebagai Sumber Informasi bagi Investor”, Working Paper. Yogyakarta: UGM.
Almilia, S. Luciana, 2010. “Financial and Non Financial Factors Influencing Internet Financial and Sustainability Reporting (IFRS) in Indonesia Stock Exchange”. Journal of Indonesian Economy and Business 25 (2).
Anindya dan Wibisono, Gunawan, 2010. “Analisis TAM Pada Penggunaan IFR oleh Investor”. Working Paper.
Budi, Sasongko dan Almilia, S. Luciana, 2008. “Exploring Financial and Sustainability Reporting on the Web in Indonesia”.
Debreceny, R., Gray, Glen L. dan Mock, Theodore J., 2001. “Financial Reporting Web Sites: What Users Want I Terms of Form and Content”. The International Journal of Digital Accounting Research 1 (1).
Dobrican, O. A., 2009. “Multimedia and Decision-Making Process”. Informatica Economică 13 (3).
Ettredge, M., Richardson, V.J. dan  Scholz, S., 2001.“The Presentation of Financial Information at Corporate Web Sites”. International Journal of Accounting Information Systems 2: 149-168.
Hargyantoro, Febrian, 2010. “Pengaruh IFR dan Tingkat Pengungkapan Informasi Website terhadap Frekuensi Perdagangan Saham Perusahaan”, diakses pada 30 September 2011, tersedia di eprints.undip.ac.id/22801/1/SKRIPSI_FINAL.pdf.
Jones, M. J. dan Xiao, J. Z., 2003. “Internet Reporting: Current Trends and Trends by 2010”, Feature Article: 132-145.
Kelton, A. S., 2006. “Internet Financial Reporting: The Effects of Hyperlinks and Irrelevant Information on Investor”, diakses pada 30 September 2011, tersedia di http://www.mgt.ncsu.edu/pdfs/accounting/kelton_dissertation_1-19-06.pdf.
Lestari, Hanny Sri dan Chariri, Anis, 2007. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaporan Keuangan Melalui Internet (Internet Financial Reporting) dalam Website Perusahaan”, diakses pada 30 September 2011, tersedia di eprints.undip.ac.id/2398/1/IFR_research.pdf.
Laudon, K. C. dan Laudon, J. P., 2011. Management Information System: Managing the Digital Firm 12th Edition. New Jersey: Prentice Hall.
Sundar, S., 2000. “Multimedia Effects on Processing and Perception of Obline News - A Study of Picture, Audio, and Video Downloads”. J&MC Quarterly 77 (3): 480-499.
Trijayanti, Vita dan Hermana, Budi, 2009. “Relationship between IFR Index with Financial Ratios of Commercial Bank and Private National Bank”, diakses pada 30 September 2011, tersedia di papers.gunadarma.ac.id/index.php/economy/article/view/406/361.

---
Artikel Dosen: Internet Financial Reporting dan Tempelan Multimedia pada Statement Keuangan Elektronik
Dimuat pada majalan EBNEWS Edisi 10 Tahun 2011