Print
Hits: 11109

EBIZ - Ada dua hal yang ingin saya kemukakan di tulisan ini. Pertama, bukti empiris dari laboratory experiments tentang sub-­optimalnya pengambilan keputusan individu-sesuatu yang menyimpang dari asumsi teori ekonomi konvensional. Kedua, rationale utilisasi metode eksperimen dan prosedur eksperimen yang benar. Berlawanan dengan pendapat beberapa orang bahwa dengan menyimpangnya pengambilan keputusan individu dari rasionalitas yang diasumsikan oleh teori ekonomi konvensional maka kita perlu meninjau kembali pengajaran konvensional tersebut, saya berpendapat bahwa penguasaan teori ekonomi konvensional merupakan hal yang mutlak untuk dapat mempelajari irasionalitas individual.

Are We Rational?

Dengan style populer dalam bukunya "Predictably Irrational", Dan Ariely, profesor behavioral economics Duke University dan MIT, mengemukakan kesimpulan serangkaian riset laboratory experiments bahwa pengambilan keputusan manusia sebagai makhluk ekonomi dan sosial adalah tidak rasional. Riset-riset tersebut meliputi berbagai area pengambilan keputusan. Misalnya, tentang kekuatan harga (mengapa orang-orang merasakan sakit kepalanya berkurang ketika minum aspirin yang mahal dibandingkan dengan aspirin yang murah), dampak ekspektasi (mengapa ekspektasi menjadi self-fulfilling events), berlakunya relatifitas (mengapa semua hal adalah relatif, bahkan ketika seharusnya bukan merupakan hal yang relatif), "biaya" komoditas gratis (mengapa kita sering membayar terlalu mahal ketika komoditas menjadi gratis), kejujuran (mengapa ketika berhubungan dengan uang tunai, kita menjadi lebih jujur).

Apabila berdasarkan harga saja, kita dapat membayangkan bahwa membawa koper "Samsonite" ketika bepergian akan lebih nyaman dari pada membawa koper "Elle" - harga Samsonite paling tidak berlipat dua dari harga Elle. Atau, secangkir latte dari Starbucks memberikan utilitas yang lebih tinggi daripada secangkir kopi susu dari Rumah Makan Sederhana. Ekspektasi dapat me-release hormon endorphin yang dapat mengurangi rasa sakit. Dalam laboratory experiments, subjek yang diberi placebo mendapatkan efek sembuh yang sama dengan subjek yang diberi aspirin yang sebenarnya. Dalam eksperimen sejenis, aspirin yang berharga 50 sen memberikan efek kesembuhan yang lebih besar dibandingkan dengan aspirin berharga satu sen. Dengan demikian, ekspektasi dan sugesti berperan positif terhadap kesembuhan subjek.

Ariely juga menemukan bahwa subjek cenderung untuk mengambil Coke yang ditaruh di lemari es di ruang bersama asrama mahasiswa, namun tidak mengambil uang receh (senilai sama dengan Coke) yang juga ditaruh di lemari es tersebut. Pengamatan sehari-hari juga menunjukkan bahwa orang cenderung untuk mengambil pulpen, karet penghapus yang disediakan kantor untuk digunakan secara pribadi, namun tidak mengambil uang dari kantor. Dalam laboratory experiments, subjek cenderung tidak jujur ketika terda pat intermediaries saat pengambilan uang reward hasil eksperimen. Misalnya, ketika eksperimen menggunakan voucher sebagai perantara untuk ditukarkan dengan uang tunai, subjek cenderung menggelembungkan pay-offs nya. Fenomena ini tidak terjadi ketika reward langsung dibayarkan tunai. Hal ini menunjukkan bahwa ketika deal dengan uang tunai, orang cenderung lebih jujur.

Namun demikian, meskipun hasil laboratory experiments tentang rasionalitas di atas menyarankan bahwa kita sebagai pengambil keputusan adalah irasional, hal ini tidak berarti merupakan kegagalan teori ekonomi konvensional yang berlandaskan asumsi rasionalitas. Teori ekonomi konvensional mengajarkan bahwa individu adalah rasional. Produsen akan memaksimalkan profit; konsumen akan memaksimalkan utilitas, given kendala anggaran. Teori ekonomi konvensional mengajarkan bahwa individu melakukan sesuatu ketika manfaat marjinal dari sesuatu tersebut melebihi biaya marjinalnya. Serangkaian laboratory experiments yang dilakukan Dan Ariely menunjukkan bahwa individu mengambil keputusan yang sub­optimal. lndividu tidak berperilaku rasional seperti yang diasumsikan oleh teori ekonomi konvensional. Fenomena ini sama sekali tidak memakzulkan pengajaran teori ekonomi konvensional. Mengapa? Pemahaman tentang irasionalitas baru dapat dicapai ketika kita memahami rasionalitas yang diasumsikan oleh teori ekonomi konvensional. Kita dapat melakukan modifikasi dari asumsi­-asumsi rigid teori ekonomi konvensional. Namun, untuk melakukan modifikasi tersebut, kita harus menguasai modelling teori ekonomi konvensional. Metode eksperimen merupakan piranti yang dapat digunakan untuk menguji perilaku individu. Akhir-akhir ini, thesis S2 dan disertasi S3 banyak menggunakan metode eksperimen. Namun, beberapa di antaranya melakukan eksperimen dengan prosedur yang tidak valid. Paragraf-paragraf berikut memaparkan rationale dari penggunaan metode eksperimen dan bagaimana melakukan eksperimen yang benar.

Mengapa Eksperimen?

Metode eksperimen menyediakan replikabilitas dan kontrol-dua hal yang sebelumnya tidak tersedia-kepada peneliti. Replikabilitas adalah kapasitas peneliti lain untuk mereproduksi eksperimen, dan dengan demikian, memverifikasi hasilnya secara independen. Replikabilitas sangat mahal diperoleh untuk data yang diperoleh dengan cara natural, seperti data survey. lnvestigasi lab atau eksperimen cenderung murah sehingga memungkinkan replikasi. Kontrol adalah kapasitas untuk mengoperasikan kondisi lab sehingga perilaku yang dapat diamati (observed behavior) dapat digunakan untuk mengkaji alternatif teori dan kebijakan. Di dunia nyata, ketiadaan kontrol mengakibatkan masalah data di banyak bidang riset ekonomi. Misalnya, evaluasi proposisi pasar persaingan bahwa pasar akan menghasilkan harga dan kuantitas yang efisien dan bersaing membutuhkan data harga, kuantitas dan efisiensi, given seperangkat kurva permintaan dan penawaran. Namun, kurva permintaan dan penawaran tidak dapat diamati secara langsung dengan data alami. Metode ekonometri memungkinkan diestimasinya permintaan dan penawaran pasar dari data harga transaksi. Namun, proses estimasi ini berlandaskan asumsi bahwa harga secara konstan berada dekat ekuilibrium. Meskipun dimungkinkan untuk mengestimasi permintaan dan penawaran tanpa mengasumsikan bahwa pasar dalam keadaaan ekuilibrium, namun dalam hal ini, peneliti tetap harus membuat asumsi-­asumsi tertentu tentang nature dari disekuilibrium. Kompleksitas pasar memaksa pengukuran parameter berdasarkan simplifikasi yang dilanggar di pasar non-lab. Pengujian kecenderungan ekuilibrium pasar dimana permintaan dan penawarannya diestimasi berdasarkan asumsi-asumsi tertentu tentang apakah pasar berada dalam ekuilibrium atau bagaimana pasar menuju ekuilibrium merupakan riset yang dipertanyakan. Dengan demikian, uji proposisi pasar dengan data alami merupakan uji gabungan dari seperangkat hipotesis utama dan auxillary yang rumit. Metode lab memungkinkan untuk mengurangi jumlah hipotesis auxillary yang terlibat dalam menguji hipotesis utama. Eksperimen dapat digunakan untuk menguji teori secara 'minimal' dalam arti apabila teori tidak terbukti dalam kondisi 'best-shot' yang terkontrol, pertanyaan yang jelas adalah apakah teori akan bekerja dalam kondisi lain (Davis and Holt, 1993).

Metode eksperimen lebih merupakan komplemen - bukan substitut - dari metode empiris lain. Eksperimen digunakan untuk berbagai tujuan (Roth, 1995): 

  1. Speaking to Theorists. Eksperimen yang didesain untuk menguji prediksi teori dan untuk mengamati regularitas yang tidak diramalkan dalam lingkungan yang terkontrol sehingga memungkinkan observasi diinterpretasikan tanpa ambigu dalam hubungannya dengan teori. Eksperimen dengan tujuan ini dimaksudkan untuk memberikan feedback pada literatur teoritis.
  2. Searching for facts. Eksperimen yang didesain dengan tujuan ini meliputi eksperimen yang mempelajari variabel-variabel dimana teori yang ada hanya memberikan informasi sedikit atau bahkan tidak tentangnya. Eksperimen ini merupakan usaha untuk mendokumentasi regularitas empiris dari hubungan antar variabel-variabel ekonomi. 5eringkali eksperimen ini dimotivasi oleh eksperimen terdahulu dan didesain untuk mengisolasi penyebab regularitas yang diamati, dengan mengubah prosedur eksperimen. Eksperimen ini dilakukan di pasar lab dimana tidak ada measurement error dan dimana basis yang mendasari permintaan, penawaran, dan informasi diketahui oleh eksperimenter.
  3. Whispering in the Ears of the Princes. Eksperimen ini menawarkan formulasi kebijakan. Eksperimen yang didesain dengan tujuan ini memiliki lingkungan yang sangat mendekati lingkungan alami yang merupakan fokus minat dari tujuan kebijakan.

Prinsip-prinsip Eksperimen

Eksperimen dilakukan dalam lingkungan ekonomi (economic environment) yang terkontrol. Tiga hal inherent dalam suatu eksperimen adalah environment, institution, dan behaviorEnvironment terdiri dari kumpulan karakteristik agen atau pelaku ekonomi dan institusi. Melalui institusi tersebut, pelaku ekonomi berinteraksi. Karakteristik agen dapat berupa teknologi, selera yang dalam ilmu ekonomi tradisional biasanya diwakili oleh fungsi preferensi atau utilitas, informasi, endowment sumber daya, fungsi produksi atau fungsi biaya. Karakteristik ini bisa diturunkan dalam bentuk persamaan atau kurva permintaan (willingness to pay) dan penawaran (willingness to accept). lnstitusi menjelaskan bahasa komunikasi pelaku ekonomi (pesan atau tindakan) dan mengatur dalam kondisi bagaimana pesan tersebut menjadi kontrak atau alokasi. Dalam suatu eksperimen pasar, pelaku ekonomi adalah pembeli dan penjual, sedangkan institusinya berupa tipe pasar, seperti misalnya double auctions atau posted-offer. Behavior berkaitan dengan pilihan pelaku ekonomi atas pesan atau tindakan yang akan mereka lakukan, given institusi dan environment yang menghubungkan pilihan dengan alokasi (Smith, 1989; Friedman dan Sunder, 1994). Dengan demikian, institusi, environment, dan behavior merupakan tiga hal yang eksis dalam eksperimen. Suatu proses penghimpunan data yang tidak menggunakan institusi, bukan merupakan eksperimen.

Validitas Desain Eksperimen

Desain eksperimen merupakan hal yang vital dalam menentukan validitas eksperimen. Syarat-syarat desain eksperimen yang valid (Friedman dan Sunder, 1994):

  1. Non-satiation. Subjek lebih menyukai reward (bayaran dari eksperimen) yang banyak dibandingkan dengan reward yang sedikit (more is preferred to less), dan tidak satiated.
  2. Saliency. Besarnya reward yang diterima subjek tergantung pada pengambilan keputusan atau tindakan subjek tersebut dalam eksperimen (dan pada tindakan subjek lain) seperti yang diatur dalam aturan kelembagaan dalam eksperimen tersebut. 
  3. Reward dominance. Perubahan utilitas subjek dalam eksperimen didominasi oleh reward dan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi utilitas subjek dapat diabaikan. Misalkan V(m,z) adalah preferensi subjek terhadap reward (m) dan hal-hal lain (z}, dominasi reward menjadi lebih persuasif bila reward salien (delta m) meningkat dan bila komponen dijaga konstan.
  4. Privacy. Apabila para subjek tidak diperkenankan untuk saling mengetahui reward pihak lain-hal ini disebut privasi - maka komponen z menjadi netral, dan dominasi reward akan lebih plausible.

Ketika syarat-syarat di atas terpenuhi, eksperimenter dapat mengontrol karakteristik agen (subjek eksperimen). Konsep saliensi membedakan eksperimen dengan survey. Dalam survey, responden tidak mendapatkan reward salien dan tidak mengambil keputusan ekonomi yang berada dalam kendali peneliti. Hal sebaliknya terjadi dalam eksperimen: subjek mendapatkan reward salien dan mengambil keputusan ekonomi dalam kendali peneliti.

Dengan demikian, suatu prosedur lab yang memberikan bayaran lumpsum kepada subjek untuk menjawab pilihan-pilihan hipotetis merupakan suatu survey dan bukan merupakan suatu eksperimen.

Peran Institusi 

lnstitusi merupakan hal yang mutlak harus ada dalam eksperimen. Dalam eksperimen pasar, kita menguji asumsi-asumsi teori mengenai perilaku agen. Desain eksperimen pasar mengontrol lingkungan dengan menggunakan teknik induced valuation dan mengontrol institusi dengan mendefinisikan bahasa dan aturan yang menaungi para subjek dalam bertransaksi. Ketika observasi dalam eksperimen menunjukkan konsistensi dengan teori, maka hal tersebut membuktikan bahwa teori tersebut-seperti yang diterapkan dalam lingkungan dan institusi yang digunakan dalam eksperimen-memiliki kekuatan prediktif. Apabila teori tersebut menjelaskan secara eksplisit tentang institusi, namun tidak eksplisit mengenai lingkungan, maka riset diarahkan untuk melakukan variasi lingkungan eksperimen. Apabila teori tidak eksplisit mengenai institusi, maka riset diarahkan untuk mengeksplorasi desain eksperimen dengan institusi yang bervariasi. Dengan demikian, kita dapat meletakkan landasan hasil empiris yang memotivasi ekstensi teori awal. Berkebalikan dengan eksperimen, peneliti yang melakukan uji teori dengan data lapangan (survey) tidak memiliki kontrol independen terhadap lingkungan dan institusi. Proses tersebut merupakan uji simultan terhadap lingkungan, institusi, dan perilaku. Dalam hal ini, apabila teori 'lolos', maka hal tersebut dapat diakibatkan oleh bekerjanya semua elemen-lingkungan, institusi, perilaku. Apabila teori 'gagal', maka peneliti tidak dapat membedakan elemen manakah yang menyebabkan misrepresentasi tersebut. Ketika teori tidak dimisrepresentasikan oleh data lab (eksperimen), maka dapat dikatakan bahwa terdapat bukti yang mendukung asumsi-asumsi teori mengenai perilaku, given institusi dan lingkungan yang dihipotesiskan oleh teori dan desain eksperimen. Peran institusi dalam eksperimen adalah vital. Merupakan hal yang mustahil untuk menguji teori dengan menggunakan data eksperimen pasar tanpa menspesifikasi institusi. Agen harus mengetahui bagaimana keputusan pesannya menghasilkan alokasi. lnsentif agen dalam pilihan pesan (bid, misalnya) dipengaruhi oleh aturan kelembagaan yang mengkonversi pesan menjadi hasil (Smith, 1989). Metode pengumpulan data di lab yang dilakukan tanpa institusi, dengan demikian, sama sekali tidak dapat dikatakan sebagai eksperimen.

Where to Go?

Dalam perkembangannya, metode eksperimen diterapkan di banyak area: barang publik (dengan permasalahan misalnya, apakah individu itu selfish atau kooperatif; apakah yang mening katkan koordinasi); problem koordinasi (lingkungan dengan generasi overlap, permainan koordinasi dengan pareto ranked equilibria, pemainan dengan ekuilibrium optimal majemuk); ekonomi industri (institusi perdagangan, regulasi monopoli dan entry potensial, struktur pasar dan kekuatan pasar, faktor-faktor yang mempengaruhi kolusi, diferensiasi produk); pasar aset (efisiensi pasar, learning dan dynamics, investasi dan kebijakan publik), lelang (common value auctions, symmetric independent private values model), pengambilan keputusan individu (pilihan dalam kondisi ketidakpastian dan adanya risiko). Penerapan metode eksperimen mengajarkan banyak tentang bagaimana seharusnya pertanyaan dipose. Uji paling sederhana adalah dengan menerapkan asumsi struktural di lab dan mengamati apakah asumsi perilaku merupakan aproksimasi yang tepat (apakah prediksi teori akurat). Davis dan Holt (1993) mengatakan, "we believe that economics is well on its way to becoming an experimental science, and we do not anticipate ever finding complete consistency between theory and behavior." Tiga dekade riset lab menunjukkan adanya justifikasi dan motivasi perjalanan ekonomika menuju sains eksperimental. []

 

Referensi

Ariely, Dan, Predictably Irrational: The Hidden Forces that Shape Our Decisions, Harpers Collins Publisher, London, 2009.
Davis, Douglas D., dan Charles A. Holt, Experimental Economics, Princeton University Press, New Jersey, 1993.
Friedman, Daniel, dan Shyam Sunder, Experimental Methods: A Primer for Economists, Cambridge University Press, 1994.
Kagel, John H., dan Alvin E. Roth, The Handbook of Experimental Economics, Princeton University Press, 1995.
Smith, Vernon, "Theory, Experiment and Economics," Journal of Economic Perspectives, 3(1), 1989, p.151-169.
Smith, Vernon, "Markets as Economizers of Information: Experimental Examination of the Hayek Hipothesis," Economic Inquiry, vol. 20, 1982, p. 165-179.

---
Artikel Dosen: Penyimpangan dari Rasionalitas: Bukti dari Laboratory Experiments
Dimuat pada majalah EBIZ Edisi 6 Tahun 2010