Cetak
Kategori: Berita
Dilihat: 3196
MUBYARTO 2018

Kamis (3/5) lalu, Fakultas Ekonomika Bisnis UGM kembali mengadakan Mubyarto Public Policy Forum. Forum ini sudah yang kedua kalinya diadakan di FEB UGM. Nama Prof. Dr. Mubyarto digunakan sebagai nama seri sebagai penghargaan atas jasanya dalam bidang ekonomi kerakyatan. Pada seri forum kebijakan publik ini, FEB UGM bekerja sama dengan Australia National University (AUN) Indonesia Project.

Acara ini dibuka oleh Eko Suwardi, M.Sc., Ph.D. selaku Dekan FEB UGM. Pembicara pada forum ini di antaranya Prof. Sri Adiningsih, Ph.D. selaku Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres); Prof. Armida Alisjahbana, Ph.D. selaku Kepala SDGs Center Universitas Padjajaran; Prof. Fukunari Kimura, Ph.D. selaku Chief Economist ERIA Jakarta; serta Denni Puspa Purbasari, Ph.D. selaku Deputi III Kantor Staf Presiden (KSP).

Dalam beberapa tahun terakhir, pembangunan ekonomi di Indonesia telah berhasil mengurangi tingkat pengangguran, kemiskinan, serta kesenjangan masyarakat terutama di daerah pedesaan. Meskipun begitu, pemerintah masih terus berusaha untuk meningkatkan pembangunan di daerah pinggiran. Hal ini tertuang dalam Nawacita Pemerintah yang disampaikan oleh Sri Adiningsih, di antaranya mengembangkan daerah di Indonesia terutama di daerah pinggiran, meningkatkan kualitas hidup masyarakat, meningkatkan produktivitas serta daya saing internasional, dan mempercepat perkembangan ekonomi domestik.

Di era teknologi ini, partisipasi dari berbagai pihak termasuk masyarakat dan pemerintah melalui ekonomi digital diperlukan untuk membantu mengentaskan kemiskinan dan ketimpangan di desa. Armida Alisjahbana menambahkan bahwa pengembangan modal manusia (human capital) penting untuk membantu Indonesia menyelesaikan permasalahannya selaras dengan Sustainable Development Goals (SDGs) yang telah dirumuskan PBB. Beberapa goals yang digarisbawahi oleh Armida di antaranya no poverty, zero hunger, good health and well-being, serta quality of education.

"Pemerintah akan terus melakukan pemberdayaan masyarakat. Kita punya potensi besar untuk berkembang pesat. Oleh karena itu, dibutuhkan dukungan dari seluruh lapisan masyarakat. Generasi millenials dapat berpartisipasi aktif melalui ekonomi digital." ujar Sri.

Prof. Fukunari dalam pemaparannya mengatakan bahwa terobosan teknologi telah mengubah pemetaan tenaga kerja internasional. Prof. Fukunari menjelaskan bahwa terdapat empat rezim unbundlings, yaitu pre-globalized world dengan titik berat pada bidang pertanian, level 1 unbundling dengan titik berat pada pertambangan dan manufaktur, level 2 unbundling dengan titik berat tenaga kerja mesin, serta level 3 unbundling dengan titik berat ekonomi digital. Indonesia sudah memasuki level ketiga unbundlings yaitu era ekonomi digital menggunakan teknologi komunikasi yang maju.

Denni memulai sesinya dengan menjelaskan perkembangan PDB dan komponen pembentuknya. Beliau menegaskan bahwa daya saing menjadi prasyarat untuk tumbuh berkesinambungan. Kunci dari daya saing adalah efisiensi dan inovasi. Kemudian kunci dari efisiensi dan inovasi adalah SDM. Selain itu, pembangunan infrastruktur dan institusi juga membutuhkan SDM yang kompeten dan berintegritas.

Sumber: Mahsa Edgina I.E. (Acha)