Cetak
Kategori: Berita
Dilihat: 2136
IAEI 2018

Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) Wilayah DIY menyelenggarakan "Kuliah Umum, Tasyakuran Akhir Tahun, dan Penyerahan Penghargaan IAEI DIY Award 2018" pada Sabtu (22/12) pagi di Auditorium Pusat Pembelajaran lantai 8 FEB UGM. Bekerja sama dengan Pusat Kajian Ekonomi dan Bisnis Syariah (PKEBS) FEB UGM, kegiatan ini dihadiri oleh para nominator beserta anggota IAEI seluruh DIY.

Akhmad Akbar Susamto, selaku ketua panita, menyampaikan bahwa acara ini ditujukan untuk mengapresiasi baik individu maupun institusi yang berjasa dalam ekonomi Islam. “Mereka dengan publikasi ataupun programnya masing-masing telah berjuang untuk meningkatkan gairah ekonomi Islam,” sebutnya.

Total ada 12 penghargaan yang dianugerahkan pada hari itu. Enam penghargaan untuk kategori individu, dan enam lagi untuk kategori institusi. Akbar menyatakan bahwa indikator yang digunakan untuk menilai para pemenang tidak asal-asalan. “Indikatornya banyak, terukur, dan transparan sehingga bisa disebut objektif. Namun, ada 3 kategori yang dinilai berdasarkan kualitas karena memang khusus,” ungkapnya.

Akbar berharap para pemenang nantinya akan meneruskan langkahnya untuk terus mengembangkan bidang ekonomi Islam. Menurutnya, karena itulah acara tersebut juga dirangkai dengan kuliah umum. “Melalui kuliah umum kali ini, kita mendapat pemahaman bagaimana meningkatkan kualitas penelitian ekonomi Islam,” ujarnya.

Dr. Elan Satriawan, M.Ec., selaku pengisi kuliah umum, menyebutkan bahwa banyak kritik terhadap studi ekonomi Islam maupun Islam itu sendiri. Hal yang perlu dilakukan, menurutnya, adalah lebih terbuka terhadap kritik tersebut. “Terbuka di sini berarti mencoba memahami data yang disajikan oleh pihak yang mengkritik,” tegasnya.

Langkah selanjutnya, lanjut Elan, adalah dengan memulai penelitian tandingan sebagai respons kritik tersebut. “Lakukan penelitian dengan landasan teori yang kuat dan jangan lupa sertakan data yang valid serta lebih kuat pula,” himbaunya.

Namun, Elan mengingatkan ketika mengambil kesimpulan harus yang konsisten dan logis. Hal itu karena selama ini banyak penelitian yang sering menyimpulkan tanpa melihat korelasi logis antar data. “Contoh ada yang menghubungkan antara tingkat kesehatan dan pendidikan dari suatu masyarakat. Padahal, keduanya tidak ada hubungannya,” terangnya.

Terakhir, Elan berpesan agar jangan ragu untuk memulai penelitian. “Memang tidak ada penelitian yang mudah untuk dijalankan. Akan tetapi, jika tidak mulai maka hasil yang diharapkan juga tidak akan pernah tercapai,” pungkasnya.

Sumber: Hakam/UGM