Pandemi Covid-19 Mengubah Kebijakan, Perilaku, dan Penelitian
- Detail
- Ditulis oleh Sony
- Kategori: Berita
- Dilihat: 10685
Pandemi Covid-19 yang tidak pernah terprediksi sebelumnya, dewasa ini telah banyak berpengaruh terhadap perubahan perilaku masyarakat. Menimbang hal tersebut, pada Hari Rabu(20/05), Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) menyelenggarakan SinarKU (Seminar dan Kuliah Umum) yang berjudul “Penelitian Perilaku dan Eksperimental Selama Pandemi 2020”. Kurang lebih 121 peserta hadir meramaikan diskusi, baik itu dari kalangan akademisi maupun masyarakat umum. Diskusi ini dibawakan oleh Putu Sanjiwacika R. , S.E, M.Sc selaku moderator dan dihadiri oleh narasumber yaitu Dosen Departemen Ilmu Ekonomi FEB UGM, M. Ryan Sanjaya, Ph.D.
Diskusi diawali dengan penyampaian Ryan mengenai fokus yang akan dibahas yaitu mengenai penelitian perilaku dan eksperimental dalam ilmu sosial selama pandemi. Ryan menyampaikan bahwa dampak pandemi yang dibagi menjadi tiga bagian, yaitu dampak kecil, menengah dan besar. Pandemi terlepas dari segala dampak negatifnya, menurutnya akan sangat berpengaruh terhadap penelitian. "Pandemi akan mengubah cara kita melakukan penelitian dan sekaligus menciptakan topik baru untuk penelitian", ujarnya.
Ryan melanjutkan dengan penyampaian mengenai metode eksperimental. Ia menjelaskan proses penelitian yang diawali dengan penyusunan dan pengajuan pertanyaan penelitian, mencari teori temuan, mendesain eksperimen, mengamati perilaku, membuat kesimpulan, dan menyarankan evaluasi untuk perbaikan. Ia juga membahas mengenai lab experience, dimana ekonom melakukan berbagai eksperimen yang pada intinya melakukan modifikasi kepada eksperimen sehingga bisa menyesuaikan dengan apa yang diteliti. "Setelah melakukan eksperimen kita bisa mendapatkan outcome yang diharapkan, seperti perilaku", papar Ryan.
Mengenai kebijakan dan perilaku akibat pandemi Covid-19, Ryan menyarankan kebijakan yang baik itu didasari oleh pemahaman tentang masyarakatnya, jika pemerintah sadar kalau masyarakat memang memiliki pengetahuan tentang Covid-19, maka pembuat kebijakan harus menyiapkan bias atas apa yang akan terjadi di masyarakat. Ia memberi contoh kejadian di Inggris, dimana Isu behavioral ethics Pemerintah Inggris dalam menerapkan distancing policy dengan mempertimbangkan waktu, karena menurutnya jika terlalu cepat melakukan distancing policy, orang akan kelelahan dan melakukan komplain.
Untuk Indonesia sendiri, untuk melawan pandemi Covid-19 secara umum sama dengan negara lain, diantaranya membangun kepercayaan, menetapkan jarak sosial, dan menciptakan kepastian. Selain itu juga perlu diterapkannya komunikasi publik yang efektif. Tetapi Indonesia bukan Inggris, Eropa, atau negara-negara kaya lainnya. Agar perilaku masyarakat kita berubah, menurut Ryan, orang perlu memiliki kemampuan, peluang, dan motivasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak orang Indonesia yang memiliki kemewahan kesempatan dan perlindungan sosial terbatas, oleh karenanya, partisipasi masyarakat harus didorong. Di Indonesia saat ini sudah melakukan social distancing, akan tetapi menurut Ryan yang kurang dari Pemerintah Indonesia adalah kurangnya komunikasi publik yang baik, dan Indonesia harus mendorong community participation. "Kita tahu bahwa social protection Indonesia kurang memadai, tidak mungkin selalu bergantung dari pemerintah”, ungkap Ryan.
Waktu yang belum pernah terjadi sebelumnya membutuhkan tindakan luar biasa. Penelitian perilaku harus beradaptasi dengan lebih mengandalkan eksperimen atau survei daring. Saat ini, banyak kesempatan yang cukup untuk penelitian, tetapi membutuhkan waktu dan bimbingan teoretis untuk diuji dengan benar menggunakan eksperimen ekonomi. Kepercayaan kepada pemerintah dan keterlibatan sosial atau masyarakat sangat penting dalam masa krisis khususnya di negara-negara dengan kemampuan keuangan yang terbatas. Ryan menutup pemaparan materi dengan mengutip kata dari Kahneman tentang kebijakan, dimana kebijakan pada akhirnya tentang orang, apa yang mereka inginkan dan apa yang terbaik untuk mereka. Setiap pertanyaan kebijakan melibatkan asumsi tentang sifat manusia, khususnya tentang pilihan yang dibuat orang dan konsekuensi dari pilihan mereka untuk diri mereka sendiri dan untuk masyarakat.
Sumber: Sony Budiarso/Leila Chanifah Zuhri