Bagi Bayu Setyawan Suprayogi, perjalanan akademik di Program Magister Sains Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (MD FEB UGM) bukan sekadar melanjutkan studi, melainkan proses menemukan kembali jati diri intelektualnya. Lulusan S1 Akuntansi FEB UGM ini memutuskan untuk kembali ke kampus setelah lima tahun berkarier sebagai auditor.
Ia pun berhasil menyelesaikan pendidikan magister dengan predikat sebagai wisudawan terbaik Program MD FEB UGM pada periode I Tahun Akademik 2025/2026 pada bulan Oktober 2025. Meraih predikat cumlaude dengan IPK nyaris sempurna yaitu 3,96 dengan masa studi 1 tahun 10 bulan 19 hari.
“Saya memang sudah berencana melanjutkan studi sejak S1, tapi waktu itu belum ingin langsung. Saya ingin tahu dulu dunia praktik seperti apa,” ujarnya.
Sebelum melanjutkan studi, Bayu menghabiskan waktu sekitar lima tahun sebagai auditor. Namun di tengah kesibukan profesional itu, Bayu menyadari keinginannya untuk mendalami sisi akademik akuntansi, khususnya di bidang audit.
“Selama bekerja, saya sering berdiskusi intens dengan klien mulai dari staf hingga manajemen puncak. Dari situ saya tertarik memahami dinamika negosiasi antara auditor dan manajemen dari sisi ilmiah,” jelasnya.
Ketertarikan tersebut kemudian melandasi tesisnya yang berjudul Analisis Pengaruh Jeda Laporan Audit terhadap Kualitas Audit ketika Terjadi Rotasi Auditor dan Diaudit oleh Auditor Spesialis Industri.” Menurut Bayu, jeda laporan audit sering kali merepresentasikan intensitas negosiasi antara auditor dan klien. Dalam penelitiannya, ia mengamati fenomena ini dari perspektif karakteristik auditor, terutama dalam kondisi rotasi auditor dan spesialisasi industri.
“Kalau jedanya lama, berarti negosiasinya bisa jadi lebih intens, dan itu bisa berdampak terhadap kualitas audit,” tuturnya.
Bayu resmi menjadi mahasiswa Magister Sains Akuntansi FEB UGM pada 15 Agustus 2023 melalui beasiswa LPDP. Selama menyusun tesis ia dibimbing oleh Dr. Suyanto, S.E., M.B.A., Ph.D., yang banyak memberikan arahan dan masukan mendalam.
“Meskipun bidang penelitian kami berbeda, beliau sangat membantu saya berpikir lebih luas,” ujarnya.
Baginya, menempuh studi di FEB UGM menanamkan banyak nilai berharga salah satunya adalah kebebasan akademik. Selain itu juga objektivitas dan kesetaraan. Selama kuliah, ia merasakan atmosfer riset yang begitu kuat. Hampir setiap mata kuliah mendorong mahasiswa untuk menghasilkan karya penelitian.
“Kurikulumnya sangat mendukung kami fokus di riset. Bahkan sejak semester pertama kami sudah diarahkan menyusun proposal,” jelasnya.
Ia menilai pendekatan pembelajaran di FEB UGM sangat personal. Dalam beberapa kelas, ia menjadi satu-satunya mahasiswa yang mengambil topik tertentu. Salah satu pengalaman paling berkesan baginya adalah ketika tugas literature review di mata kuliah Akuntansi Keberlanjutan berhasil diterbitkan menjadi artikel ilmiah. Bayu juga sangat bersyukur karena FEB UGM mendorong dan memfasilitasi mahasiswanya untuk mengembangkan riset secara terbuka.
Di balik pencapaiannya, Bayu juga harus menyeimbangkan peran sebagai mahasiswa dan kepala keluarga. Saat awal masuk kuliah, sang istri baru melahirkan yang menjadikannya lebih banyak di rumah, membagi waktu antara studi dan keluarga. Cerita duka juga ia alami saat menjalani studi magister karena ayahnya berpulang di tahun ini sebelum melihatnya diwisuda. Bayu lahir dan besar di Gunungkidul, Yogyakarta, dalam keluarga sederhana yang sarat nilai-nilai pendidikan. Almarhum ayahnya merupakan seorang guru SD dan sang ibu merupakan ibu rumah tangga. Sementara kakaknya merupakan lulusan Pendidikan Akuntansi yang turut menginspirasinya mengambil program studi akuntansi saat kuliah.
Di akhir perbincangan Bayu berpesan kepada mahasiswa yang saat ini masih menjalani studi S2 agar tidak terburu-buru dalam menjalani kuliah. Menurutnya, mahasiswa perlu menikmati setiap proses dalam tahapan perkuliahan dan sejak awal menentukan arah riset.
“Nikmati prosesnya. Proses itu dimulai sejak awal kuliah. Tentukan arah riset dari semester pertama, dan pastikan di semester dua sudah punya topik untuk tesis. Dengan begitu, perjalanan akademik akan lebih terarah dan bermakna,” pesannya.
Reportase: Orie Priscylla Mapeda Lumalan
Editor: Kurnia Ekaptiningrum
Sustainable Development Goals
