
Dalam era digital dan keterbukaan informasi, peran humas di lingkungan perguruan tinggi menjadi semakin penting untuk menjaga citra dan reputasi institusi. Praktisi humas dituntut memiliki kemampuan menyampaikan informasi secara cepat, akurat, dan menarik melalui berbagai kanal, baik teks maupun visual. Keterampilan menulis berita yang sesuai kaidah jurnalistik menjadi salah satu hal esensial yang perlu dikuasai oleh staf humas.
Kepala Biro Kompas DIY, Haris Firdaus menyampaikan dalam dunia komunikasi massa, jurnalis dan praktisi humas memiliki tanggung jawab yang sama pentingnya, namun menjalankan peran yang berbeda. Jika jurnalis bertugas menyuarakan kepentingan publik dengan independensi isu, maka praktisi humas berkewajiban menjaga citra institusi dengan tetap mengedepankan prinsip jurnalistik yang etis dan bertanggung jawab.
Pemahaman mendasar terkait perbedaan peran tersebut menjadi salah satu poin utama yang disampaikan oleh Haris dalam Pelatihan Menulis Berita Kehumasan yang diselenggarakan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) pada 19 Mei 2025 lalu. Pelatihan diadakan untuk membekali staf humas di lingkungan FEB UGM dengan keterampilan menulis berita untuk kehumasan sesuai dengan kaidah jurnalistik.
Dalam kesempatan tersebut Haris menyampaikan lima tahapan utama dalam kegiatan jurnalistik yaitu pencarian informasi, verifikasi, pengolahan data menjadi naskah berita, penyuntingan, dan publikasi. Setiap tahapan saling terkait dan dirancang untuk memastikan informasi yang disampaikan kepada publik bersifat faktual, akurat, dan dapat dipertanggungjawabkan secara etis.
Peserta juga dikenalkan dengan empat jenis utama laporan jurnalistik yaitu straight news, feature, laporan mendalam, dan laporan investigasi. Di antara keempatnya, straight news menjadi bentuk yang paling mendasar dan sering digunakan dalam praktik jurnalistik sehari-hari. Ciri khas berita jenis ini adalah struktur piramida terbalik, di mana informasi paling penting ditempatkan di awal tulisan. Penulis wajib menjawab unsur 5W+1H (what, who, when, where, why, how) secara jelas dan padat.
Dalam menulis straight news, kejelasan dan efisiensi menjadi kunci. Kalimat harus singkat, langsung ke pokok masalah, dan tidak menggunakan gaya bahasa yang bertele-tele. Selain itu, penentuan sudut pandang (angle) yang tepat sangat penting agar berita memiliki fokus yang jelas dan memberi dampak informasi yang maksimal.
Berbeda dari straight news, penulisan feature memberikan ruang lebih luas bagi narasi dan kreativitas. Informasi tidak harus langsung disampaikan sejak awal, melainkan dapat dibuka dengan deskripsi visual, kutipan menarik, atau cerita pendek yang menggugah emosi pembaca. Namun, unsur faktual dan akurasi tetap menjadi landasan.
Materi pelatihan juga membahas penggunaan bahasa jurnalistik yang harus lugas, objektif, dan bebas dari clickbait. Hal ini menjadi sangat penting dalam konteks kehumasan institusi. Judul dan isi berita yang terlalu sensasional berpotensi merusak kredibilitas lembaga. Oleh karena itu, keseimbangan antara daya tarik dan integritas informasi perlu dijaga.
Reportase: Orie Priscylla Mapeda Lumalan
Editor: Kurnia Ekaptiningrum
Sustainable Development Goals