• Tentang UGM
  • SIMASTER
  • SINTESIS
  • Informasi Publik
  • SDGs
  • Bahasa Indonesia
    • Bahasa Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
  •  Tentang Kami
    • Sekilas Pandang
    • Sejarah Pendirian
    • Misi dan Visi
    • Nilai-Nilai
    • Pimpinan Fakultas
    • Pimpinan Senat
    • Pimpinan Departemen
    • Pimpinan Program Studi
    • Pimpinan Unit
    • Dewan Penasihat Fakultas
    • Laporan Tahunan
    • Fasilitas Kampus
    • Identitas Visual
    • Ruang Berita
    • Dies Natalis ke-70
  • Program Akademik
    • Program Sarjana
    • Program Magister
    • Program Doktor
    • Program Profesi
    • Program Akademik Singkat
    • Program Profesional & Sertifikasi
    • Program Sarjana Internasional (IUP)
    • International Doctorate in Business (IDB)
    • Kalender Akademik
    • Ruang dan Kegiatan
  • Fakultas & Riset
    • Keanggotaan Fakultas
    • Akreditasi Fakultas
    • Jaringan Internasional
    • Dosen
    • Profesor Tamu dan Rekan Peneliti
    • Staf Profesional
    • Publikasi
    • Jurnal Yang Diterbitkan
    • Kertas Kerja
    • Bidang Kajian
    • Unit Pendukung
    • Kemitraan Konferensi Internasional
    • Call for Papers
    • Pengabdian Kepada Masyarakat
    • Perpustakaan
  • Pendaftaran
  • Home
  • Berita

Mengenal Toxic Positivity dan Cara Menghadapinya

  • Berita
  • 4 Juli 2025, 08.00
  • Oleh : shofihawa
Mahasiswa duduk sendiri, mencoba menenangkan pikiran dengan tetap positif saat suasana hati sedang sedih.

Dalam hidup, manusia tentu tidak lepas dari masa-masa sulit atau perasaan sedih. Namun, di tengah situasi tersebut, sering kali muncul tuntutan untuk menekan atau mengabaikan emosi negatif dan menggantikannya dengan pikiran, sikap, serta ekspresi positif  dalam setiap keadaan. Tanpa disadari, kebiasaan menekan atau mengabaikan perasaan negatif ini justru bisa berdampak buruk terhadap kesehatan mental dalam jangka panjang. Kondisi ini dikenal dengan istilah toxic positivity.

Psikolog Career and Student Development Unit (CSDU), Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, Anisa Yuliandri, S.Psi., M.Psi., Psikolog., menjelaskan toxic positivity merupakan sebuah sikap atau pandangan yang memaksakan kebahagiaan dan optimisme secara berlebihan, sekaligus menyangkal atau menolak emosi negatif yang muncul. Hal ini tidak hanya terjadi dalam diri sendiri, tetapi juga dapat tercermin saat seseorang memberikan respons terhadap perasaan orang lain. Kalimat-kalimat seperti “Lihat sisi positifnya” atau “Semua orang juga punya masalah” sering kali terdengar ringan dan berniat baik, tetapi justru bisa menjadi bentuk penyangkalan atas pengalaman emosional yang sedang dialami seseorang.

Anisa menyampaikan kebiasaan menekan perasaan negatif dan memaksakan diri untuk terus berpikiran positif ini dapat memperburuk kondisi mental. Sebab, perasaan negatif, seperti cemas, kecewa, atau lelah merupakan bagian alami dari kehidupan serta langkah awal menuju penyembuhan dan kesejahteraan mental.

“Toxic positivity berbeda dari optimisme. Optimisme memberikan ruang bagi penerimaan dan validasi emosi, sedangkan toxic positivity tidak memberikan ruang bagi pikiran untuk memproses emosi, melainkan langsung mengabaikan dan menolak emosi-emosi yang dianggap tidak positif,” paparnya.

Anisa menekankan pentingnya kehati-hatian saat memberikan dukungan atau motivasi kepada seseorang yang sedang menghadapi emosi negatif. Ia mengingatkan bahwa meskipun niat kita baik, cara dan waktu penyampaian yang kurang tepat justru bisa membuat pesan tersebut terkesan mengabaikan atau meremehkan perasaan mereka. Misalnya, ungkapan seperti “Jangan terlalu galau, coba pikirkan sisi positifnya” mungkin terdengar menenangkan, tetapi dapat memunculkan kesan seolah-olah kesedihan yang mereka alami tidak valid atau tidak penting.

Lebih lanjut lagi, Anisa menjelaskan soal menurut regulasi emosi. Menurut pendekatan Cognitive Behavioral Therapy (CBT), menekan atau mengabaikan emosi negatif tanpa memprosesnya hanya akan memperkuat pola pikir tidak sehat, karena tidak memberikan ruang bagi individu untuk memahami dan mengelola emosinya secara sehat. Dalam jangka panjang, hal ini dapat menimbulkan gangguan psikologis lainnya, seperti kecemasan berlebih, stres, depresi, hingga burnout.

Cara Menghadapi Toxic Positivity

Untuk menjaga kesehatan mental, Anisa mengatakan penting bagi seseorang untuk memberi ruang pada semua bentuk perasaan yang muncul, baik itu perasaan negatif maupun positif. Sebab, menerima bahwa emosi negatif adalah bagian dari kehidupan manusia merupakan langkah awal yang sehat menuju pemulihan.

Selain itu, mengelola stres melalui mindfulness seperti meditasi, pernapasan, atau journaling juga bisa membantu seseorang menghadapi tekanan tanpa harus memaksakan diri untuk merasa baik-baik saja atau menolak emosi yang dirasakan. Di saat yang sama, belajar merespons emosi dengan sehat, baik milik sendiri maupun orang lain juga sangat penting.

“Hal ini dapat dilakukan bukan dengan menyuruh mereka untuk berpikir positif, melainkan cukup dengan mendengarkan, hadir, dan memvalidasi perasaan yang tengah mereka alami,” imbuhnya
Anisa kembali mengingatkan bahwa perasaan negatif, seperti sedih, kecewa, atau lelah bukanlah tanda kelemahan. Sebaliknya, perasaan tersebut justru merupakan sinyal bahwa kita butuh waktu untuk beristirahat dan memulihkan diri sejenak. Mengakui bahwa kita sedang tidak baik-baik saja bukanlah bentuk kegagalan, melainkan bentuk keberanian untuk jujur pada diri sendiri dan langkah penting dalam mencintai serta merawat kesehatan mental kita.

FEB UGM melalui Career and Student Development Unit (CSDU) telah menyediakan layanan konseling gratis yang dapat diakses oleh semua mahasiswa FEB. Selain itu, tersedia juga Peer Support, yaitu teman sebaya yang siap menjadi pendengar dan pendamping untuk saling berbagi dan meringankan beban.

Sumber: CSDU
Ditulis Ulang: Najwah Ariella Puteri
Sustainable Development Goals

SDG 3 SDG 4 SDG 10 SDG 16 SDG 17

Views: 440
Tags: SDG 10: Berkurangnya Kesenjangan SDG 16: Perdamaian Keadilan Dan Kelembagaan Yang Tangguh SDG 17: Kemitraan Untuk Mencapai Tujuan SDG 3: Kehidupan Sehat Dan Sejahtera SDG 4: Pendidikan Berkualitas SDGs

Related Posts

Apia Dewi Agustin

Kisah Apia, Penerima Beasiswa PMDSU Jadi Lulusan Terbaik Magister Sains Akuntansi FEB UGM

Wisuda Sabtu, 26 Juli 2025

Masih ingat dengan Apia Dewi Agustin? Namanya sempat mencuri perhatian publik beberapa waktu lalu karena kisah inspiratifnya. Gadis yang berasal dari sebuah pelosok desa di Kab.

Primastuti Indah Suryani

Optimasi Media Sosial Tingkatkan Visibilitas UMKM

Berita Jumat, 25 Juli 2025

Membangun merek dan menjangkau konsumen kini tidak lagi mengandalkan promosi konvensional. Media sosial saat ini telah menjadi kanal utama dalam membentuk citra usaha. Melalui pelatihan bertema “Optimasi Sosial Media dengan Pembuatan Konten”, FEB UGM mendorong pelaku UMKM melakukan optimasi media sosial untuk dengan pengembanagn strategi konten yang efektif sebagai upaya untuk meningkatkan visibilitas UMKM.

Pelatihan yang diselenggarakan oleh Bidang Kajian Kewirausahaan, Inovasi, dan UMKM pada 17 Juli 2025 di FEB UGM ini menghadirkan Primastuti Indah Suryani, M.Si., M.M., selaku content creator dan digital marketing trainer.

Field Trip GSW 2025

GSW 2025 Ajak Mahasiswa Asing Belajar Dunia Industri dan Seni di Yogyakarta

Berita Jumat, 25 Juli 2025

Suara denting logam menggema di sebuah workshop kerajinan perak di Kotagede, Yogyakarta. Di atas landasan besi, lempengan perak ditempa perlahan oleh tangan-tangan terampil. Sementara di sudut lain asap patri mengepul halus, berpadu dengan aroma logam panas yang menguar di udara.

Pemandangan ini menjadi pengalaman berkesan bagi Ali Matough Ali Essa, mahasiswa University of Glasgow, Inggris.

Andar Danova L Goeltom

Green Jobs dan Kurikulum Hijau, Kunci Masa Depan Pariwisata Indonesia

Berita Kamis, 24 Juli 2025

Perubahan besar tengah terjadi di industri pariwisata global. Wisatawan saat ini, terutama generasi muda dan wisatawan internasional, semakin peduli terhadap dampak lingkungan dari aktivitas perjalanan mereka.

Berita Terkini

  • Kisah Apia, Penerima Beasiswa PMDSU Jadi Lulusan Terbaik Magister Sains Akuntansi FEB UGM
    Juli 26, 2025
  • Optimasi Media Sosial Tingkatkan Visibilitas UMKM
    Juli 25, 2025
  • GSW 2025 Ajak Mahasiswa Asing Belajar Dunia Industri dan Seni di Yogyakarta
    Juli 25, 2025
  • Green Jobs dan Kurikulum Hijau, Kunci Masa Depan Pariwisata Indonesia
    Juli 24, 2025
  • Tingkat Pengangguran Menurun, Dosen FEB UGM Sebut Pekerjaan Layak Masih Jadi PR
    Juli 24, 2025

Artikel Terkait

  • Kisah Apia, Penerima Beasiswa PMDSU Jadi Lulusan Terbaik Magister Sains Akuntansi FEB UGM
    Juli 26, 2025
  • Optimasi Media Sosial Tingkatkan Visibilitas UMKM
    Juli 25, 2025
  • GSW 2025 Ajak Mahasiswa Asing Belajar Dunia Industri dan Seni di Yogyakarta
    Juli 25, 2025
  • Green Jobs dan Kurikulum Hijau, Kunci Masa Depan Pariwisata Indonesia
    Juli 24, 2025
  • Tingkat Pengangguran Menurun, Dosen FEB UGM Sebut Pekerjaan Layak Masih Jadi PR
    Juli 24, 2025
Universitas Gadjah Mada

Universitas Gadjah Mada
Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Jln. Sosio Humaniora No.1, Bulaksumur, Yogyakarta, Indonesia 55281

Peta & Arah
Informasi Kontak Selengkapnya

Departemen

  • Akuntansi
  • Ilmu Ekonomi
  • Manajemen

Direktori Fakultas

  • Informasi Publik
  • Manajemen Ruang
  • Manajemen Aset
  • Manajemen Makam

Alumni

  • Komunitas Alumni
  • Layanan Alumni
  • Pelacakan Studi
  • Pekerjaan & Magang
  • Beasiswa

Social Media

© 2025 Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM

Kebijakan PrivasiPeta Situs

💬 Butuh bantuan?
1
FEB UGM Official WhatsApp
Halo 👋
Bisakah kami membantu Anda?
Buka percakapan