
Apa yang sebenarnya dicari universitas atau penyelenggara beasiswa dari ribuan motivation letter yang masuk? Banyak orang yang masih terjebak dalam kesalahan umum dan mengira cukup dengan menuliskan daftar prestasi. Padahal kuncinya terletak pada kemampuan menarasikan perjalanan dan branding diri dengan otentik dan personal.
Hal tersebut menjadi sorotan dalam Workshop Penulisan Motivation Letter yang menjadi rangkaian sesi Student Week Sharing Session bertajuk Beyond Borders: A Journey Through Exchange Programs pada Kamis (21/8) di Alumni Corner FEB UGM yang dibawakan oleh Rohinun, awardee IISMA 2024 di Universitat Pompeu Fabra, Barcelona.
Memulai sesinya, Rohinun menekankan bahwa motivation letter memiliki bentuk yang berbeda dengan esai akademik. Ia menjelaskan bahwa motivation letter bersifat lebih personal dan persuasif dan bertujuan untuk meyakinkan pembaca kenapa kalian layak diterima sebagai awardee.
“Motivation letter minimal harus menjawab tiga pertanyaan inti, seperti alasan memilih program/universitas/negara ini, hal yang membuat kalian berbeda dengan pelamar lainnya, dan rencana kontribusi di Indonesia selepas program selesai” ujarnya.
Pelamar juga harus memperhatikan beberapa kesalahan umum dalam penulisan motivation letter, seperti menggunakan kalimat yang terlalu umum, menyalin template dari internet sehingga terkesan kaku dan kurang personal. Kesalahan umum lainnya adalah memunculkan daftar prestasi yang tidak relevan, tidak ada alur dan menggunakan tata bahasa yang berantakan.
Rohinun juga mengajak peserta untuk menyusun motivation letter dengan langkah-langkah sistematis. Tahapan pertama yaitu menentukan branding diri yang ingin ditonjolkan sesuai dengan minat atau topik yang relevan dengan program tujuan. Agar terlihat lebih menarik, peserta disarankan membuka esai dengan hook yang personal seperti pengalaman atau titik balik yang menjadi alasan kuat untuk mengikuti program.
Langkah selanjutnya yaitu pilih prestasi utama yang mendukung branding diri dengan menggunakan STAR Method (Situation, Task, Action, Result) dan menekankan bagaimana peserta dapat belajar dari pengalaman tersebut. Tahapan yang tak kalah penting adalah menghubungkan branding dan pengalaman dengan program, universitas, jurusan, atau negara tujuan dengan membuatnya secara personal untuk menjadikan esai semakin persuasif.
Rohinun menambahkan bahwa dalam menulis esai pelamar juga harus menuliskan future goals dan kontribusi yang realistis baik selama menjalani program maupun setelah kembali ke Indonesia.
“Gunakan STAR Method juga untuk menjelaskan rencana kalian dan hubungan dengan branding serta pengalaman sebelumnya. Tulis kontribusi konkret yang bisa dilakukan untuk universitas, komunitas, atau masyarakat dengan realistis dan terencana,” tambahnya.
Selain itu, Rohinun menekankan perlunya menutup motivation letter dengan closing statement yang singkat dengan nada optimis dan percaya diri untuk menegaskan mengapa pelamar layak diterima.
“General tips untuk teman-teman, coba lakukan proofreading bersama teman atau dosen, memanfaatkan bantuan AI namun tetap dengan gaya bahasa sendiri, hingga menjaga alur tulisan agar tidak melompat-lompat. Gunakan pengalaman, angka, dan kata kerja aktif untuk meyakinkan,” pesannya.
Ia juga mengingatkan agar motivation letter tidak dibuat terlalu panjang dengan memasukkan prestasi yang relevan dengan alur narasi yang jelas. Menurutnya, kegagalan pun bisa dimasukkan selama mampu menunjukkannya sebagai pengalaman berharga yang membentuk karakter.
“Pada akhirnya, yang dicari bukan orang yang paling banyak prestasi, tetapi mereka yang mau belajar, berkembang, dan memberi dampak. Motivation letter adalah kesempatan kalian untuk menunjukkan itu semua,” pungkas Rohinun.
Reportase: Shofi Hawa Anjani
Editor: Kurnia Ekaptiningrum