Akuntan sebagai Engine of Reform dan Pentingnya Pilar Integritas untuk Merespon Pandemi
- Detail
- Ditulis oleh Sony
- Kategori: Berita
- Dilihat: 1467
Pada Sabtu (19/9) Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) menyelenggarakan Rapat Senat Terbuka 2020, sebagai peringatan Dies Natalis ke-65 FEB UGM (Lustrum XIII). Rapat Senat Terbuka 2020 dihadiri oleh jajaran ketua, sekretaris, dan anggota senat; jajaran dekanat, Wakil Rektor UGM Bidang Keuangan dan Sistem Informasi, Perwakilan mitra, yaitu KAFEGAMA, Bank Indonesia, Bank Mandiri, CIMB Niaga, BRI Syariah, serta Civitas Academica FEB UGM. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Rapat Senat Terbuka tahun ini diselenggarakan secara daring melalui platform Zoom Meetings dan disiarkan secara langsung melalui saluran YouTube Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM. Disebabkan oleh kondisi yang kurang kondusif akibat masih merebaknya pandemi COVID-19 dan merespon perubahan-perubahan akibat pandemi, tahun ini Rapat Senat Terbuka dalam rangka Lustrum XIII FEB UGM bertema "Merespon Pandemi melalui peningkatan Pengetahuan dan Kepedulian Sosial dengan Integritas".
Prof. Dr. Marwan Asri, M.B.A selaku Ketua Senat FEB UGM memberi sambutan pembuka untuk menandai dimulainya Rapat Senat Terbuka 2020. "Hari ini FEB UGM genap berusia 65 tahun atau lustrum XIII, sebuah usia yang menggambarkan perjalanan yang cukup panjang dari tantangan masa ke masa. Sebuah usia yang panjang untuk mengukir prestasi yang dapat digapai, pelan tapi pasti, semua tantangan dapat dijawab dengan tegas oleh Civitas Academica FEB UGM", paparnya.
Setelah sesi sambutan selesai, Dr. Eko Suwardi, M.Sc. selaku Dekan FEB UGM, menyampaikan Laporan Tahunan FEB UGM. Menurutnya, ada beberapa poin penting yang perlu diperhatikan, khususnya untuk Civitas Academica FEB UGM. Ia mengatakan bahwa tema rapat senat terbuka tahun ini dipilih sebagai respon atas peristiwa pandemi yang disebabkan virus COVID-19. Ia juga menambahkan bahwa kondisi tersebut membawa dampak sangat signifikan di banyak sisi kehidupan, termasuk dalam berkehidupan di lingkungan kampus.
"Selaras dengan misi visi FEB UGM, tema Dies Natalis ke-65 ini dimaksudkan mengajak dan mendorong para civitas dan pemangku kepentingan FEB UGM untuk memberikan respon positif terhadap permasalahan dan tantangan yang diakibatkan pandemi COVID-19". Menurutnya, perlu kolaborasi dari Civitas Academica FEB UGM untuk terus bergerak maju melalui implementasi program-program yang ditujukan untuk menyeimbangkan antara pencapaian tujuan akademik berupa tantangan pengetahuan dengan pencapaian tujuan sosial berwujud kepedulian nyata terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat saat ini.
"Banyak prestasi yang telah dicapai FEB UGM, diantaranya adalah Akreditasi Unggul dari BAN PT, AACSB dari the AACSB International", ungkap Dr. Eko. Selain itu, FEB UGM juga menyemarakkan Program Merdeka Belajar, di mana dalam rangka turut mewujudkan program nasional Merdeka Belajar, dari delapan aspek Merdeka Belajar, FEB UGM secara substansi justru telah melaksanakan lima aspek, yaitu penulisan skripsi, KKN, exchange, dual degree, dan FEB Excellence (FEB-X).
"Dalam pendekatan ini, mahasiswa diajak untuk menyelesaikan kasus nyata yang ada di organisasi mitra dengan bimbingan dosen pengampu mata kuliah. Keterlibatan konkrit di European Quality Improvement System (EQUIS) dan Global Business School Network (GBSN) pada awal tahun ini juga menjadi satu dari kebijakan strategis FEB UGM dalam berkiprah aktif di kancah internasional", ungkap Dr. Eko.
Kemudian dalam upayanya mencapai tujuan selanjutnya, kepedulian sosial fakultas ditempuh melalui beragam inisiatif yang secara riil kontribusinya dapat dirasakan masyarakat, misalnya implementasi kegiatan social responsibility (FEB SR) dan inisiasi Sambatan Jogja (SONJO) oleh Dosen FEB UGM di awal situasi pandemi COVID-19. Bantuan aplikasi, program-program desa binaan, kebutuhan pokok dan pulsa juga turut hadir sebagai solusi di tengah pandemi.
Rapat Senat Terbuka 2020 dilanjutkan dengan penyampaian Pidato Ilmiah oleh Guru Besar FEB UGM, Prof. Dr. Mardiasmo M.B.A., dengan topik "Pembangunan Ekonomi Indonesia yang Inklusif dengan Akuntansi sebagai Engine of Reform". Prof. Mardiasmo mengatakan bahwa Akuntansi dengan para akuntan sebagai punggawanya dianggap sebagai pillar of integrity dalam perekonomian Indonesia, sehingga menurutnya, profesi akuntan memegang pilar penting untuk keadaan bangsa dan bernegara. Profesi Akuntan dengan skill dan knowledge yang melekat padanya, serta nilai-nilai etika dan integritas yang dipegang teguh dapat menjadi engine of reform dalam perekonomian sebuah negara.
Menurutnya, meskipun Akuntan bekerja pada tataran mikro, namun kinerjanya akan dapat berdampak secara makro terhadap perekonomian. Oleh sebab itu, akuntan tak hanya terbatas pada Ilmu Akuntansi saja, beberapa kompetensi harus dikuasai oleh akuntan. Selain itu, akuntan juga perlu menggunakan Head dan Heart dalam menjalankan profesinya.
"Akuntan perlu bekerja menggunakan head dan heart, bekerja dengan pikiran dan hati, memanfaatkan teknologi mutakhir, dapat beradaptasi dan memiliki fleksibilitas untuk memastikan efektivitas pertumbuhan ekonomi”. Apalagi, ketidakpastian yang melanda dunia saat ini berpotensi memberikan tekanan pada setiap negara. Indonesia sendiri, dihadapkan pada tantangan untuk memperbaiki masalah kemiskinan dan kesenjangan.
Prof. Mardiasmo mengatakan bahwa tingkat kemiskinan dan tingkat kesenjangan dapat terus ditekan dengan berbagai strategi. "Salah satu strategi yang dapat ditempuh adalah dengan mewujudkan pembangunan yang inklusif, yang akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi sebagai syarat penting mewujudkan kesejahteraan", terangnya.
Prof. Mardiasmo menambahkan bahwa perlu adanya pembangunan yang inklusif, yaitu model pembangunan yang dapat menyentuh langsung dan memberi manfaat bagi seluruh masyarakat. Untuk mewujudkan hal tersebut, menurutnya, perlu untuk menumbuhkan ekonomi yang berkualitas, yaitu pertumbuhan yang dapat dinikmati masyarakat sehingga terwujud pemerataan dan ketahanan ekonomi yang lebih baik.
"Yang perlu diperhatikan tak hanya sekedar berapa tingkat pertumbuhannya, melainkan siapa saja yang berkontribusi terhadap pertumbuhan tersebut, apakah pertumbuhan tersebut hanya dihasilkan oleh segelintir orang tertentu atau sebagian besar masyarakat?", ungkap Mardiasmo. Jawaban ini, menurutnya, akan membawa pada pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, yaitu pertumbuhan yang dihasilkan dan dinikmati oleh seluruh rakyat sehingga terwujud keadilan, pemerataan, ketahanan ekonomi yang lebih baik, dan akuntan menjadi engine of reform pada perekonomian Indonesia.
Sumber: Sony Budiarso/Leila Chanifah Z.