Mengupas Tuntas Peluang dan Tantangan Ekonomi Hijau
- Detail
- Ditulis oleh Hayfaza
- Kategori: Berita
- Dilihat: 9345
Pada Kamis (7/7), Bidang Kajian Microeconomics Dashboard Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) menyelenggarakan program bertajuk Meet The Expert #2. Meet The Expert #2 mengkaji mengenai polemik Ekonomi Hijau. Acara ini mengundang Prof. Arief Anshory Yusuf, S.E, M.Sc., Ph.D, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran. Meet the Expert #2 dimoderatori oleh Shima Dewi Mutiara Trisna, S.E., M.Sc. Meet The Expert #2 membahas pertanyaan besar apakah Green Economy ini feasible untuk negara berkembang seperti Indonesia, serta peluang dan tantangan yang akan dihadapi Indonesia jika menerapkan Ekonomi Hijau.
Prof. Arief Anshory Yusuf memulai acara dengan memaparkan konsep mengenai Green Economy yaitu sebagai sistem ekonomi hijau, yang sesuai prinsip ekonomi, bertujuan mengalokasikan sumber daya secara optimal. Prof. Arief Anshory Yusuf menjelaskan bahwa ekonomi yang berdasar pada algoritme harga pasar kerap kali gagal menilai sumber daya dalam lingkungan misalnya udara bersih. Lantas, Prof. Arief Anshory Yusuf menjelaskan Wagner’s Law yang menyatakan bahwa pada umumnya semakin kaya suatu negara, ditandai dengan semakin tinggi Produk Domestik Bruto (PDB) nya semakin berkembang negara tersebut, maka semakin sehat, semakin cerdas, dan semakin canggih pula politik kolektifnya. Namun hal ini berbentur dengan Paradoks Easterlin yang menyatakan bahwa disamping kenaikan PDB Jepang dalam kurun 1958 hingga 1990, survei kepuasan hidup masyarakat Jepang cenderung stagnan dalam kurun waktu yang sama.
Prof. Arief juga menggarisbawahi kegagalan algoritme harga dalam membaca kerugian ekonomi dan humanis dalam kejadian Polusi Asap Asia Tenggara 2015 yang menimbulkan kematian prematur sebesar lebih dari 100.000 jiwa. Hal ini tentu harusnya dipertimbangkan sebagai kerugian ekonomi dan ketidakadilan. Maka merangkum kasus-kasus di atas secara keseluruhan, sistem harga pasar yang menganut sistem free unregulated menimbulkan beberapa problema diantaranya: abai terhadap keadilan, tidak bisa menyempurnakan diri sendiri, tidak bisa menciptakan pasar sendiri, dan tidak bekerja dengan baik dalam informasi asimetrik. Maka, terdapat urgensi penerapan ekonomi hijau yang memandang bahwa tidak semua nilai bersumber dari harga pasar. Sebab kenyataannya, seringkali sumber daya yang paling berharga di dunia, misalnya udara bersih, tidak dapat dinilai dengan harga pasar.
Wacana ekonomi hijau sejatinya tidak menawarkan revolusi pada sistem ekonomi kapitalis, tegas Prof. Arief. Ekonomi hijau bertujuan ‘memberi warna’ pada ekonomi kapitalis yang diaplikasikan oleh mayoritas negara di dunia, agar memiliki perhatian terhadap keberlanjutan lingkungan dan sumber daya alam. Menilik sebuah analisis kasus, ekonomi hijau pada awalnya memerlukan biaya investasi yang besar. Ditambah, ekonomi hijau diproyeksikan menghasilkan profit yang lebih sedikit dibanding ekonomi konvensional. Namun, secara jangka panjang serta menimbang kemungkinan bencana alam dan kerusakan lingkungan, ekonomi hijau memiliki keunggulan ekonomis yang cukup tinggi dibanding ekonomi konvensional. Di Indonesia, sistem ekonomi hijau juga mendapat dukungan konstitusional sebab ekonomi hijau tertulis secara eksplisit dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 4.
Pada akhir sesi, Prof. Arief memaparkan bahwa terdapat setidaknya empat tantangan yang harus dihadapi dalam penerapan ekonomi hijau. Tantangan pertama yaitu paradigma ekonomi konvensional. Beberapa tantangan lainnya yaitu ekonomi politik, domestic policy space, serta komitmen. Namun terdapat strategi yang dapat mengatasi keempatnya. Paradigma konvensional dapat diatasi dengan hadirnya negara ketika ekonomi sedang tidak berfungsi dengan baik. Tantangan ekonomi politik dapat dihadapi dengan perencanaan, monitor, dan kontrol target pencapaian, serta peningkatan partisipasi publik. Domestic policy space dapat diatasi dengan penerapan kebijakan fiskal yang akurat dan relevan. Terakhir, komitmen dapat ditanam dengan peningkatan alokasi anggaran secara progresif terhadap proteksi lingkungan. Pemaparan mengenai tantangan ekonomi hijau sekaligus menjadi pungkasan sesi pemaparan webinar. Pada akhirnya, Meet the Expert #2 ditutup dengan sesi tanya-jawab oleh audiens.
Reportase: Hayfaza Nayottama