Pengoptimalisasian Pertanian Indonesia melalui Smart Farming
- Detail
- Ditulis oleh Merisa
- Kategori: Berita
- Dilihat: 1555
Pada Jumat, (22/07) Keluarga Alumni Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (KAFEGAMA) bersama PT Pupuk Kaltim menyelenggarakan seminar yang merupakan salah satu rangkaian dari acara Pupuk Kaltim - Gadjah Mada Business Case Competition (PKT-GAMA BCC). Acara tersebut dilaksanakan secara luring di Binakarna Auditorium Hotel Bidakara Jakarta dan daring melalui Zoom Meetings dengan tema "Smart Farming to Improve Agricultural Productivity and Sustainability."
Acara ini dibuka dengan kata sambutan yang diberikan oleh Eddiwan Danusaputro selaku Koordinator PKT-GAMA BCC 2022 sekaligus Direktur Utama PT BNI Modal Ventura. Eddi mengucapkan terima kasih kepada Pupuk Kaltim yang telah bersedia menjadi eksklusif sponsor di acara PKT-GAMA BCC 2022 ini. Eddy juga menyampaikan pesan kepada peserta bahwa jika ide bisnis yang dibuat bagus, meskipun tidak mendapatkan juara tetap bisa dijadikan startup. Ia juga mengucapkan semangat untuk para peserta PKT-GAMA BCC di babak final.
Selama seminar berlangsung, Prof. Dr. Catur Sugiyanto, M.A., Ph.D. selaku Guru Besar FEB UGM yang menjadi moderator memimpin jalannya seminar. Sebelumnya, Prof. Catur memberikan pembahasan mengenai topik Smart Farming and Productivity. Ia menjelaskan tentang proses smart farming yang dilakukan menggunakan robot, mesin, informasi dan pengetahuan manajemen, serta pertanian yang presisi. Dalam menghadapi teknologi baru, Prof. Catur menjelaskan bahwa penggunaan teknologi yang diputuskan petani tersebut berdasarkan dengan tujuan yang ingin dicapai petani dan faktor dari luar yang berpengaruh serta sikap petani dengan pengaruh tersebut.
Seminar ini diisi oleh Emilia Tri Setyowati selaku Sekretaris Eksekutif Bina Swadaya sekaligus Ketua Dewan Aliansi Organik Indonesia. Emil menjelaskan tentang Bina Swadaya yang merupakan Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) dengan visi menjadi lembaga kewirausahaan sosial yang diakui kepeloporan dan keunggulannya dalam meningkat keberdayaan masyarakat. Bina Swadaya memiliki banyak anak perusahaan seperti Wisma Hijau, Toko Trubus. Masalah pertanian Indonesia disebabkan oleh kepemilikan lahan yang kurang dari 0,2 ha/kk, tingkat pendidikan dan literasi petani yang rendah, kurangnya regenerasi petani, kurangnya penggunaan teknologi dan inovasi. Tahun 2019 proporsi penduduk yang bekerja sebagai petani menyusut hingga 28,5%. Emil menjelaskan bahwa strategi yang dapat dilakukan ialah melakukan regenerasi petani dengan menciptakan agripreneur pada pemuda.
Selanjutnya, David Setyadi Gunawan selaku Founder & CEO Eden Farm menjelaskan bahwa apabila menjadi pengusaha, maka akan dibayar untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Ia juga memaparkan bahwa petani di Indonesia tersebut masih tradisional jika dibandingkan dengan petani di negara luar. Maka dari itu, Eden Farm membantu para petani tradisional melalui teknologi yang dimiliki, memberikan pasokan dana, serta membantu pendistribusian hasil pertanian.
Terakhir, Andi Nur Alam Syah selaku Direktur Jendral, Perkebunan juga menyampaikan bahwa komoditas perkebunan sangat dekan dengan komoditas industri yang membutuhkan IT. Adanya revolusi industri 4.0 menjadi tantangan baru untuk sektor perkebunan. Ia menekankan bahwa Industri 4.0 harus dimanfaatkan sebagai lokomotif dari industry 1.0 sampai 3.0 untuk mencapai pertumbuhan yang lebih optimal. Apabila telah mencapai industry 4.0, maka diperkirakan dapat menyerap tenaga kerja sebesar 30%-50% dari penambahan tenaga kerja di 2030.
Reportase: Merisa Anggraini