
Sebanyak 14 mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM berkesempatan belajar kewirausahaan dalam program NUS Startup Ecosystem Exposure 2025. Selama delapan hari, pada 5-12 Januari 2025, mereka belajar secara langsung terkait dunia startup dan bisnis inovatif bersama dengan mahasiswa National University of Singapore (NUS) dan universitas lain di Indonesia.
Bagaimana kisah mereka menghadapi tantangan, beradaptasi dalam lingkungan internasional, dan mendapatkan wawasan berharga dari para mentor dunia bisnis? Simak kisah perjalanan inspiratif Apriana Vika Vianbara (Manajemen 2021) dan M. Zhorif Asyraf (Manajemen 2022) yang berhasil menjadi bagian dari NUS Startup Ecosystem Exposure 2025.
Bagi Apriana Vika Vianbara dan M. Zhorif Asyraf, mengikuti NUS Startup Ecosystem Exposure (SEE) 2025 bukan sekadar pengalaman akademik. Keikutsertaan dalam program tersebut sekaligus menjadi langkah strategis untuk memperluas wawasan dan membangun keterampilan di dunia kewirausahaan.
Apriana mengungkapkan bahwa motivasi utamanya adalah mendapatkan international exposure dan memperdalam pemahaman tentang startup serta bisnis. Sementara itu, Zhorif melihat program ini sebagai peluang emas untuk memahami ekosistem bisnis dan startup di tingkat global.
Apriana dan Zhorif mengungkapkan antusiasmenya dalam mengikuti program yang berjalan selama 8 hari ini. Mulai dari mengembangkan ide bisnis hingga melakukan pitching sebagai output dari ide tersebut.
“Kami belajar melalui sesi talkshow, lecturing, company visit ke berbagai startup dan inkubator, dan game” jelas Apriana.
Zhorif menambahkan bahwa selain belajar mengenai bisnis dan startup, mereka juga diajak mengenal budaya lokal yang ada di Indonesia. Seluruh peserta diajak mengeksplorasi budaya lokal dengan mengunjungi berbagai tempat seperti di Saung Angklung Udjo dan kawasan wisata di Lembang, Bandung.
Dalam menjalani program ini, Apriana dan Zhorif tak luput dari menghadapi tantangan besar, salah satunya adalah komunikasi dengan orang asing. Selain hal ini, mereka juga menghadapi tantangan berupa persiapan pitch deck dalam waktu yang singkat di tengah jadwal harian yang padat. Meski demikian, mereka berhasil mengelola waktu dan bekerja sama secara efektif dalam tim.
Sebelum mengikuti NUS Startup Ecosystem Exposure 2025, Apriana dan Zhorif, memiliki ekspektasi tinggi terhadap program ini. Namun, pengalaman yang mereka dapatkan ternyata jauh melampaui ekspektasi awal. Apriana merasa terkesan karena program ini.
“Kami tidak hanya belajar dari para mentor melalui talkshow, tetapi juga membentuk tim dengan mahasiswa dari berbagai universitas, menganalisis masalah nyata di Indonesia dan menciptakan bisnis yang solusinya linier dengan permasalahan tersebut. Tidak hanya itu, kami juga mendapatkan kesempatan untuk bimbingan dengan profesional dan mempresentasikan ide kami di hadapan praktisi bisnis yang berpengalaman,” ujar Apriana.
Bagi Zhorif, ekspektasinya melalui pengalaman ini tidak hanya terpenuhi tetapi juga terlampaui. Ia tidak hanya belajar dari sesi mentoring dan talkshow, tetapi juga mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang baru dari berbagai latar belakang yang memberikan perspektif unik dan inspiratif.
Salah satu momen paling berkesan bagi Zhorif adalah ketika kerja keras ia dan timnya membuahkan hasil dan menjadi pemenang dalam kompetisi ini dengan solusi yang mereka tawarkan menjadi salah satu ide terbaik dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh Metland. Keberhasilan ini semakin bermakna ketika pihak Metland, termasuk direkturnya, secara langsung menyampaikan ketertarikan terhadap konsep dinding mikroalga yang mereka kembangkan.
“Kami sangat bahagia ketika Metland bahkan membuka peluang diskusi lebih lanjut untuk mengaplikasikan solusi ini dalam proyek-proyek. Pengalaman ini tidak hanya mengajarkan kami tentang pentingnya manajemen waktu dan kerja tim, tetapi juga memberi kami kepuasan dan kebanggaan atas hasil kerja keras yang telah kami lakukan,” ungkap Zhorif dengan sukacita.
Melalui program ini, Zhorif menyadari pentingnya untuk membangun mentalitas tahan banting (resilience) dalam menghadapi tantangan di dunia startup dan kewirausahaan. Salah satu pesan yang paling berkesan baginya disampaikan oleh pembicara dalam program ini, Armand Hartono yang menyampaikan sebuah pesan. “Kesuksesan tidak hanya bergantung pada kecerdasan atau keahlian, tetapi juga pada kemampuan untuk bangkit dari kegagalan, belajar dari setiap pengalaman, dan terus bergerak maju dengan semangat yang tinggi”. Pesan tersebut sangat membekas dibenaknya karena ia memahami bahwa perjalanan membangun startup penuh dengan tantangan yang membutuhkan ketekunan, kreativitas, serta kecintaan pada proses kerja.
Sementara Apriana mendorong mahasiswa FEB UGM lainnya untuk tidak ragu mengikuti program ini dengan terlebih dahulu menggali informasi melalui Student Wellness and Personal Development Center (SWPDC) dan Career and Student Development Unit (CSDU) FEB UGM. Sebelum mengikuti kegiatan ini, Apriana berpesan kepada mahasiswa untuk melakukan persiapan yang matang agar dapat memperoleh manfaat maksimal dari program ini. Selain itu juga untuk bersikap percaya diri dan aktif saat mengikuti program ini untuk berinovasi dan melatih problem-solving skill.
“Jangan lupa untuk tetap percaya diri dan nikmati prosesnya karena pengalaman ini adalah peluang berharga untuk belajar dan berkembang,” tutup Apriana.
Reportase: Shofi Hawa Anjani
Editor: Kurnia Ekaptiningrum
Sustainable Development Goals