
Di era Industri 5.0 ini, penggunaan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) sudah sangat masif. Tak hanya sekadar digunakan untuk mempermudah hidup manusia, di berbagai sektor, AI telah membuktikan kemampuannya dalam meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja juga. Lantas, dalam konteks yang lebih besar, apakah AI dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi nasional?
Profesor Corporate Finance dari Universitas Bina Nusantara, Prof. Yanthi R.I. Hutagaol-Martowidjojo menyampaikan bahwa AI memiliki peran penting dalam meningkatkan keberlanjutan perusahaan sekaligus pertumbuhan ekonomi Indonesia. AI hadir sebagai alat penting yang dapat digunakan untuk membantu perusahaan beradaptasi dengan tren global dan praktik bisnis berkelanjutan.
“UMKM maupun perusahaan besar berkontribusi signifikan terhadap PDB nasional. Namun, dalam beberapa tahun terakhir keduanya dihadapkan oleh tantangan yang mengancam bisnis, yaitu menurunnya permintaan ekspor di pasar global serta meningkatnya tuntutan praktik usaha berkelanjutan. Disinilah AI memiliki peran untuk mendorong keberlanjutan dan memperkuat pertumbuhan ekonomi,” paparnya dalam I GET CODE 2025 Conference bertajuk “Navigating the Future: The Role of AI in Shaping Economic and Social Dynamics in Industry 5.0” yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Magister Ekonomika Pembangunan (HIMMEP) di Djarum Hall Pertamina Tower FEB UGM pada Sabtu (23/08).
Yanthi menambahkan bahwa di tengah percepatan perkembangan zaman dan meningkatnya kepedulian lingkungan, perusahaan tidak lagi cukup hanya mengejar tujuan jangka pendek bisnis. Sebab, perusahaan juga perlu mempertimbangkan tujuan jangka panjang yang lebih berkelanjutan. Untuk itu, penggunaan AI menjadi krusial untuk membantu perusahaan mengidentifikasi kebutuhan dan perhatian dari berbagai pihak terkait, bukan hanya dari internal perusahaan saja. Penggunaan teknologi seperti generative AI, predictive AI, maupun prescriptive AI memungkinkan perusahaan melakukan analisis dan prediksi dengan cepat, transparan, serta sesuai dengan tren maupun regulasi terbaru. Dampaknya, perusahaan tidak hanya menjadi lebih produktif, tetapi juga mampu menumbuhkan budaya bisnis yang berkelanjutan.
“Penggunaan AI itu sebenarnya tidak apa-apa selama digunakan secara etis dan bertanggung jawab. Dalam hal ini, AI digunakan bukan supaya kita tidak belajar tetapi agar bisa berkolaborasi dengan teknologi yang ada. Sebab, sekalipun menggunakan AI, tetap harus ada sentuhan manusia di dalamnya,” jelasnya.
Selanjutnya, untuk menjawab pertanyaan apakah sebuah perusahaan atau UMKM dapat mengadopsi model AI, Yanthi menawarkan model adopsi AI berbasis empat kuadran, yang membagi strategi implementasi AI berdasarkan ukuran perusahaan dan intensitas data yang dimiliki. Misalnya, perusahaan besar dengan data terbatas, disarankan untuk membangun fondasi AI yang kokoh sambil memperbanyak pengumpulan data. Sebaliknya, perusahaan besar dengan akses big data perlu melangkah lebih jauh dengan membangun fondasi kuat sekaligus merekrut data scientist. Untuk UMKM dengan data terbatas, strategi yang dapat digunakan adalah membeli teknologi AI dan mengadaptasikannya ke dalam sistem bisnis sendiri. Sementara itu, UMKM berbasis teknologi yang memiliki big data dapat langsung membangun fondasi AI, melakukan konfigurasi, serta menjalin kerja sama dengan perusahaan besar untuk efisiensi proses.
Yanthi menyebutkan bahwa penerapan AI di level perusahaan tidak hanya penting secara mikro, tetapi juga memberi dampak yang signifikan secara makro. Sebab, ketika perusahaan semakin mampu memenuhi standar keberlanjutan, maka produktivitas mereka juga akan meningkat. Jika tren ini terjadi secara luas di seluruh perusahaan atau UMKM di Indonesia, maka produktivitas nasional pun naik, yang pada akhirnya turut mendorong pertumbuhan PDB Indonesia. Hal ini pun terbukti dalam sejumlah studi internasional yang membuktikan adanya pengaruh signifikan praktik keberlanjutan perusahaan pada level makro. Sayangnya, di Indonesia tren ini masih belum sepenuhnya terwujud.
Tak lupa Yanthi turut menekankan perlunya riset lanjutan mengenai model adopsi AI tersebut. Ia pun merekomendasikan agar penelitian ke depan melakukan uji empiris atas efektivitas model ini, mengidentifikasi trade-off antara efisiensi yang diperoleh dari penggunaan AI dengan energi yang dikonsumsi, serta meneliti lebih dalam bagaimana praktik berkelanjutan di level perusahaan benar-benar berdampak terhadap indikator makroekonomi.
Reportase: Najwah Ariella Puteri
Editor: Kurnia Ekaptiningrum
Sustainable Development Goals