Bagi Robert P. Fanggidae, pulang ke daerah bukanlah langkah mundur. Justru dari sanalah ia menemukan makna pengabdian. Alumnus Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) angkatan 1989 ini memilih membangun ekonomi masyarakat Nusa Tenggara Timur melalui bank perekonomian rakyat. Sebuah jalan sunyi yang mengantarkannya pada sederet penghargaan di tingkat lokal maupun nasional, salah satunya UGM Alumni Awards 2025 kategori Pelopor Pemberdayaan Daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T).
Robert hadir sebagai sosok yang berhasil membuktikan bahwa perubahan dapat dimulai dari ketekunan, integritas, dan keberpihakan pada masyarakat kecil. Ia melihat peluang, bukan keterbatasan. Melalui Bank Perekonomian Rakyat Tanaoba Lais Manekat (TLM), ia bukan sekedar menghadirkan akses keuangan, tetapi membuka lapangan kerja, dan menumbuhkan harapan baru bagi masyarakat Nusa Tenggara Timur.
Robert menamatkan studinya di FEB UGM pada Agustus 1995. Karier profesionalnya dimulai di Bank Danamon Kupang, lalu bekerja di sebuah perusahaan di Jakarta sebelum akhirnya pulang ke kampung halaman karena alasan kesehatan. Keputusan kembali ke Kupang menjadi titik balik penting dalam hidupnya, membuka jalan pengabdian yang lebih panjang. Sebelum mengembangkan Bank TLM ia sempat menjadi Manajer KSU Talenta, Kupang dan Wakil Pimpinan Cabang Bank Artha Graha Internasional, Kupang.
Belajar dari Nol
Bulan Februari 2006 menjadi titik awal bagi Robert mengembangkan Bank TLM. Saat itu ia dipercaya menjadi Konsultan Pengembangan Yayasan Tanaoba Lais Manekat untuk menginisiasi pendirian Bank Perkreditan Rakyat.
Pendirian BPR TLM bukan perkara mudah. Saat itu, akses informasi sangat terbatas. Robert menghabiskan malam-malam panjang di sebuah warnet sederhana di Kupang untuk mencari berbagai informasi dan memahami bagaimana sebuah bank perkreditan rakyat seharusnya dibangun. Ia pun belajar sendiri menyusun studi kelayakan hingga membentuk tim statistik untuk membaca data demografi dan menerjemahkannya menjadi strategi manajerial.
“Dulu internet belum seperti sekarang. Warnet hanya ada satu di Kantor Pos dan setiap jam 8 malam saya kesana mencari materi untuk membuat buat studi kelayakan, mempelajari peraturan BI, bersama tim membuat studi kelayakan termasuk strategi bisnis & memproyeksikan keuangan selama 5 tahun dalam rangka memperoleh Izin Prinsip,” paparnya.
Sebagai Konsultan Pengembangan YTLM, ia juga mempersiapkan SDM, Aktiva Tetap, penyetoran Modal, Produk, SOP, mencari Core Banking System, dan lainnya dalam rangka memperoleh Izin Operasional. Tentu hal tersebut bukan hal mudah karena belum ada pengalaman.
Akhirnya setelah melalui perjalanan panjang selama dua tahun, BPR TLM resmi beroperasi pada 1 Februari 2008 dengan modal awal Rp1,5 miliar dan 18 karyawan. Dalam 11 bulan pertama, bank ini sudah mencatatkan laba. Per 30 November 2025, aset BPR TLM tumbuh menjadi Rp 298 miliar, dengan 149 karyawan dan dua cabang dan dua kantor kas.
Robert menegaskan bahwa BPR TLM tidak hanya berfungsi sebagai lembaga intermediasi, tetapi juga agen pembangunan. Bank ini memberi akses keuangan bagi pelaku usaha mikro dan masyarakat kecil. Tidak hanya itu, di bawah kepemimpinannya menghadirkan terobosan dengan menghadirkan tabungan tanpa biaya administrasi jauh sebelum kebijakan serupa menjadi arus utama. Kehadiran BPR TLM juga membuka lapangan kerja lokal, meningkatkan literasi keuangan, serta berkontribusi pada penerimaan pajak daerah. Pada 2024, bank ini tercatat sebagai salah satu pembayar pajak terbesar di wilayahnya.
Pengabdian Berbuah Pengakuan
Dalam membangun BPR TLM, Robert menempuh jalan yang sederhana namun konsisten yaitu menegakkan integritas dan menerapkan tata kelola yang profesional. Prinsip tersebut tidak hadir secara instan, melainkan tumbuh sejak ia menempuh pendidikan di FEB UGM. Lingkungan akademik yang menanamkan nilai-nilai tersebut menjadi fondasi kuat yang kemudian ia terapkan dalam praktik nyata di dunia perbankan.
Prinsip tersebut mengantarkan BPR TLM meraih lebih dari 30 penghargaan seperti Juara 1 Paritrana Awards 2025 Tingkat Provinsi NTT, Juara 2 Paritrana Awards 2024 Tingkat NTT, serta Juara 1 Paritrana Awards 2023 Tingkat Provinsi NTT. Selain itu, BPR TLM 14 kali meraih BPR Infobank Awards sejak 2011 hingga 2022 dan pada tahun 2024-2025 dinyatakan sebagai salah satu BPR Terbaik Tingkat Nasional dengan predikat Sangat Bagus. Capaian lain adalah meraih Juara 3 Paritrana Awards 2023 Tingkat Nasional, dan meraih Platinum Infobank Awards sebagai BPR Terbaik Tingkat Nasional selama 3 kali berturut-turut.
Atas dedikasinya dalam memberdayakan masyarakat daerah 3T, Robert juga dianugerahi UGM Alumni Awards 2025 kategori Pelopor Pemberdayaan Daerah 3T. Baginya, penghargaan dari UGM memiliki makna personal yang mendalam. Ia mengaku tidak meraih indeks prestasi kumulatif (IPK) sempurna saat kuliah karena persoalan keluarga. Namun justru dari pengalaman itu, ia belajar bahwa nilai seseorang tidak berhenti pada angka akademik.
“Saya bangga, dengan IP pas-pasan, ternyata bisa berdampak bagi banyak orang. Penghargaan ini seperti membalas ketidakpuasan saya saat kuliah dulu,” tutur Ketua Pengurus Daerah (Pengda) Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) Provinsi NTT ini.
Menutup perbincangan melalui zoom Robert berpesan kepada generasi muda untuk teguh memegang integritas. Nilai tersebut menjadi salah satu kunci keberhasilan selain semangat pantang menyerah, dan kemauan untuk terus belajar.
“Selama masih diberi kesempatan hidup, lakukan yang terbaik. Terus jaga integritas, bersikap profesional, dan berkontribusi bagi lingkungan tempat kita bekerja,” pungkasnya.
Reportase: Kurnia Ekaptiningrum






