
Kompleksitas relasi sosial di lingkungan akademik seringkali menimbulkan tantangan. Dalam upaya mewujudkan relasi sosial yang sehat, UGM menyusun buku panduan dalam membangun interaksi yang profesional, etis, dan bertanggungjawab berjudul Relasi Sehat.
Buku ini disusun secara kolaboratif oleh 12 dosen lintas fakultas dengan latar bidang keilmuan yang berbeda yang memiliki perhatian lebih pada isu-isu perempuan, inklusivitas, kesetaraan, dan etika. Salah satu kontributornya adalah Wuri Handayani, S.E., Ak., M.Si., M.A., Ph.D., Dosen Departemen Akuntansi FEB UGM yang terlibat sejak awal penyusunan buku ini.
“Penyusunan buku ini terlahir dari keprihatinan atas meningkatnya kasus kekerasan dan bullying di lingkungan UGM. Ini semua membuat kita melakukan refleksi, sebenarnya apa masalah utamanya?,” ungkapnya.
Wuri dan tim penyusun buku melihat ada hal-hal yang dapat diatur agar lingkungan UGM bisa lebih mendukung, positif, dan inklusif. Tujuannya adalah memberi gambaran bagaimana civitas akademika UGM berinteraksi.
“Menyadari posisi kita memiliki struktur sosial yang berbeda, baik dosen, tenaga kependidikan, mahasiswa, maupun dengan atasan. Relasi yang berbeda ini dapat memunculkan ketimpangan kuasa,” tambahnya.
Dalam proses penyusunan buku ini, tim penyusun buku berkontribusi sesuai dengan minat dan kompetensinya. Wuri tergabung dalam tim kecil yang menyusun konsep-konsep kunci dalam relasi sehat, termasuk tentang hak asasi manusia, keberagaman, inklusi, relasi kuasa, dan komunikasi sehat.
Dalam menyusun buku ini, Wuri juga menghadapi tantangan seperti menyatukan persepsi karena anggota tim penyusun berasal dari latar belakang multidisiplin. Ia mencontohkan, ketika membahas soal relasi kuasa, dalam ilmu sosial antara senior dan junior itu muncul relasi kuasa karena adanya kekuasaan. Namun, dalam dunia kedokteran hal tersebut dianggap hal biasa dan merupakan bagian dari tempaan.
“Pada akhirnya, kami mendapatkan win-win solution dan saya belajar hal baru mengenai konsep relasi kuasa yang awalnya ada di luar kompetensi saya,” jelasnya.
Wuri menyebutkan bahwa UGM merupakan miniatur Indonesia, memiliki keberagaman secara sosial, ekonomi, hingga budaya. Oleh sebab itu, penting untuk memahami bagaimana membangun relasi sehat dalam keragaman di lingkungan kampus untuk menciptakan interaksi yang sehat dan inklusif.
Dengan hadirnya buku Relasi Sehat, ia berharap bahwa FEB UGM dapat menjadi ruang yang beragam yang inklusif dan saling mendukung. Buku ini tidak hanya memotret tantangan dalam interaksi kampus, tetapi juga memberikan panduan praktis untuk membangun lingkungan yang mendukung kesejahteraan mental dan sosial.
Reportase: Shofi Hawa Anjani
Editor: Kurnia Ekaptiningrum
Sustainable Development Goals