
Master of Business Administration Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (MBA FEB UGM) Kampus Jakarta meluncurkan program beasiswa bagi diplomat dari berbagai negara. Inisiatif yang dimulai pada tahun 2025 ini menjadi bentuk nyata diplomasi pendidikan Indonesia sekaligus komitmen MBA FEB UGM untuk membangun kolaborasi internasional melalui jalur akademik.
“MBA FEB UGM meluncurkan Diplomat Scholarship Program yang memberi ruang bagi para perwakilan asing untuk memahami Indonesia dari dekat, bukan hanya lewat ritus kenegaraan, melainkan juga melalui disiplin manajemen dan bisnis yang dibutuhkan era modern,” papar Ketua Program Studi MBA FEB UGM Kampus Jakarta, Prof. Eduardus Tandelilin.
Komitmen dalam Diplomasi Pendidikan
Tandelilin mengatakan program beasiswa ini menjadi sarana memperkenalkan kualitas pendidikan tinggi Indonesia, khususnya di bidang manajemen sekaligus membangun jejaring persahabatan yang kokoh. Dengan belajar di jantung ekonomi Indonesia, para diplomat diharapkan memahami Indonesia dari tiga sisi sekaligus yaitu budaya, dinamika ekonomi, dan kekuatan akademik.
“Langkah ini adalah pernyataan komitmen. Sebagai institusi pendidikan terkemuka, MBA FEB UGM Kampus Jakarta tidak hanya mendidik profesional, tetapi juga merawat ekosistem pengetahuan yang inklusif dan relevan global,” tegas Tandelilin.
Tandelilin mengatakan beasiswa bagi diplomat ini merupakan investasi jangka panjang untuk membangun jejaring persahabatan kolaborasi ekonomi, dan pertukaran pengetahuan antar negara. Beasiswa diplomat mengarahkan kolaborasi internasional pada tujuan yang nyata yakni membangun kapasitas dan memperluas pemahaman lintas budaya. Selain itu, beasiswa ini ditujukan untuk menciptakan duta persahabatan yang membawa cerita Indonesia ke mancanegara.
Beasiswa ini memberikan dukungan pembiayaan menyeluruh sepanjang masa studi. Dengan demikian, mahasiswa dapat fokus pada proses belajar di kelas, menyelesaikan proyek, dan berjejaring dengan komunitas industri. Skema ini memungkinkan diplomat untuk menajamkan keahlian manajerial tanpa beban finansial, sekaligus memberi waktu untuk memetakan peluang kerja sama ekonomi dan investasi yang bermanfaat bagi negara asal dan Indonesia.
Diikuti Diplomat 4 Negara
Pada periode penerimaan Agustus 2025, empat diplomat dari Chile, Kamboja, Pakistan, dan Papua Nugini resmi tercatat sebagai mahasiswa International Executive MBA (IEMBA) di Kampus Jakarta. Kehadiran mereka memperkaya ruang kelas, dimana perspektif Asia Selatan, Amerika Latin, Pasifik, dan Asia Tenggara bertemu dalam forum akademik. Diskusi-diskusi seputar strategi bisnis, tata kelola, hingga pembangunan berkelanjutan kian kaya berkat keberagaman mahasiswa. Hal ini selaras dengan kompetensi inti yang ditekankan di MBA FEB UGM yaitu membentuk pemimpin yang adaptif, berwawasan global, dan siap menghadapi tantangan dunia bisnis yang dinamis.
“Bagi para diplomat, beasiswa ini adalah kesempatan untuk memperdalam pengetahuan manajemen mulai dari strategi hingga keuangan, dari kepemimpinan hingga transformasi digital. Kompetensi tersebut relevan langsung dengan tugas diplomatik yakni menganalisis peluang investasi, memetakan minat dagang, serta merancang program kerja sama yang berdampak. Kelas dan proyek kolaboratif memberi ruang untuk menerapkan konsep pada kasus riil, menjembatani teori dengan praktik,” urai Tandelilin.
Lebih lanjut Tandelilin menyampaikan bahwa beasiswa diplomat ini memperkuat reputasi MBA FEB UGM sebagai lembaga pendidikan bertaraf internasional dengan jejaring alumni strategis. Keberadaan para diplomat di kampus menjadi kanal diplomasi publik yang efektif. Sementara bagi Indonesia, inisiatif ini menunjukkan keseriusan berinvestasi pada hubungan jangka panjang yaitu membangun kepercayaan dan membuka pintu kolaborasi di masa depan.
Salah satu diplomat penerima Diplomat Scholarship Program, Anas Khan dari Kedutaan Besar Pakistan mengungkapkan alasannya memilih MBA FEB UGM Kampus Jakarta. Menurutnya MBA adalah program manajemen yang bersifat universal, tidak hanya mengembangkan pemahaman tentang manajemen bisnis tetapi juga membantu dalam pengambilan keputusan yang tepat. Sebagai seorang diplomat, ia melihat pendidikan yang diperoleh di UGM dapat menjadi bekal untuk menjembatani hubungan bisnis antara Pakistan dengan negara tempatnya bertugas. Anas juga berharap dapat menguasai dunia bisnis serta beradaptasi dengan cepat terhadap dinamika perubahan di sektor korporasi.
Sementara itu, Ray Vicheasophea dari Kedutaan Besar Kerajaan Kamboja merasa bangga mendapat kesempatan menempuh studi di MBA FEB UGM Jakarta melalui beasiswa diplomatik. Minatnya yang besar pada dunia bisnis mendorongnya untuk terus belajar sambil tetap menjalankan tugas diplomatik di Jakarta. Menurutnya, pengalaman belajar di UGM, berinteraksi dengan teman sekelas, serta menjalin hubungan dengan komunitas bisnis Indonesia akan menjadi bekal berharga. Ray meyakini gelar MBA ini tidak hanya bernilai akademis, tetapi juga dapat ia wujudkan dalam praktik nyata untuk mempererat kerja sama bisnis antara Kamboja dan Indonesia.
Keunggulan Program
Lingkup pembelajaran di MBA FEB UGM Kampus Jakarta mengintegrasikan paparan industri, riset kasus lokal, dan perspektif regional ASEAN. Dengan demikian, pengetahuan yang diperoleh tidak berhenti di ruang kuliah. Ia mengalir ke ranah kebijakan, menginspirasi pendekatan diplomatik yang berorientasi bukti (evidence‑based), sensitif konteks, dan produktif.
Berlokasi di pusat ekonomi Indonesia, Kampus Jakarta menyatukan akademia dan praktik industri secara organik. Akses terhadap korporasi, regulator, dan komunitas startup memperkaya proses belajar dan membuka ruang dialog yang konstruktif. Penerima beasiswa akan merasakan langsung bagaimana ide diuji, disempurnakan, dan diterapkan dalam lingkungan bisnis yang dinamis.
Ketika program usai, para diplomat kembali ke negara masing‑masing sebagai alumni yang memahami Indonesia lebih dekat. Mereka membawa jejaring, pengetahuan, dan pengalaman yang siap diterjemahkan menjadi kemitraan konkret, dari promosi investasi hingga pertukaran riset dan pendidikan.
Sumber: Humas MBA FEB UGM
Editor: Kurnia Ekaptiningrum
Sustainable Development Goals