Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) dan Hiroshima University of Economics (HUE) berhasil menghadirkan pengalaman lintas budaya melalui Indonesia International Contribution Project (IICP-HUE) 2025. Selama hampir dua minggu, mahasiswa dari kedua negara belajar langsung tentang kekayaan budaya, terutama Tenun Lurik, serta menjalani serangkaian aktivitas yang menghubungkan masyarakat lokal, industri kreatif, dan pendidikan.
Proyek kerja sama antara HUE dengan Departemen Hubungan dan Diplomasi Eksternal Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FEB UGM ini melibatkan sembilan mahasiswa HUE dengan satu dosen pembimbing, serta diikuti oleh mahasiswa UGM yang berperan aktif dalam berbagai kegiatan. Selama program, pada 29 Agustus hingga 10 September 2025 peserta melakukan kunjungan ke Pakel Arum, Moyudan Sleman untuk memahami proses pembuatan tenun secara langsung dengan kelompok paguyuban tenun Sleman. Selain itu peserta juga berkesempatan belajar tentang tenun di Museum Sonobudoyo, bertemu produsen tenun untuk memperluas pasar lokal, dan mengunjungi industri tenun Lawe Indonesia.
Salah satu momen menarik adalah pengenalan pelajaran tenun lurik di sekolah dasar, diikuti 53 siswa kelas 1–3 dan 6. Anak-anak belajar sejarah, jenis, serta makna motif tenun, sekaligus menerima souvenir kotak pensil bermotif tenun sebagai upaya menumbuhkan ketertarikan terhadap budaya lokal.
Selain itu, dalma kegiatan pembukaan juga menghadirkan pertukaran budaya dengan Jepang. Mahasiswa UGM diajarkan permainan sumo kertas, yang menampilkan keseruan kompetisi satu lawan satu hingga babak final. Aktivitas ini menjadi media interaksi yang menyenangkan dan mendekatkan peserta dari kedua negara.
Ketua Program IICP HUE, Wilma Juliana Margaretha Aguw (Manjemen-IUP 2024) menyampaikan program ini ditujukan untuk meningkatkan daya juang masyarakat desa melalui promosi tenun lurik dan hasil karya warga desa terpilih. Program ini juga menjadi sarana bagi mahasiswa UGM untuk membangun hubungan internasional dan melatih kemampuan berkolaborasi di luar Indonesia, sekaligus memperluas wawasan budaya.
“Kami berharap kedepannya dapat melanjutkan kemitraan ini,” harapnya.
Dr. Takahiro Yamate selaku dosen pembimbing dari HUE menjelaskan bahwa program ini telah berjalan sejak tahun 2006. Dalam dua dekade pelaksanaan, terdapat lebih dari 536 mahasiswa dari Jepang dan Indonesia yang berpartisipasi dalam program ini.
“Melalui kegiatan ini, kami berharap hubungan antara mahasiswa Indonesia dan Jepang berjalan dengan baik dan para peserta dapat terus menjalin kerja sama yang erat selama dua minggu di Yogyakarta,” ungkapnya.
Ketua delegasi HUE, Toshitaka Sago turut menyampaikan kesannya saat mengikuti program ini. Ia mengaku telah mengikuti program IICEP HUE untuk kedua kalinya. Kendati begit, ia memperoleh banyak pengetahuan baru yang belum diperoleh dalam program sebelumnya.
“Karena ini sudah kali kedua, saya pikir mungkin sudah tidak akan ada banyak hal yang mengejutkan. Saya juga belajar untuk memperluas cara pandang saya terkait kendala dan masalah yang terjadi,” jelasnya.
Sementara Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat, Kerja Sama, dan Alumni FEB UGM, Gumilang Aryo Sahadewo, S.E., M.A., Ph.D., menyampaikan apresiasi dan rasa terima kasih kepada delegasi HUE dan BEM FEB UGM atas komitmen dan kerja samanya dalam pelaksanaan program ini. Ia pun berharap peserta memperoleh pengalaman dan wawasan berharga dari kegiatan ini.
“Semoga pengalaman di Yogyakarta bisa memberikan pembelajaran. FEB UGM terbuka untuk mendiskusikan kerja sama di masa mendatang. Kami harap, nilai-nilai yang diperoleh di sini semoga bisa dibawa kembali ke Jepang sebagai inspirasi,” ujarnya.
Reportase : Shofi Hawa Anjani
Editor: Kurnia Ekaptiningrum
Sustainable Development Goals
