Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) berkomitmen menumbuhkembangkan generasi muda yang tangguh, berdaya saing, dan berjiwa wirausaha. Salah satu inisiatif yang dijalankan adalah pengembangan soft skills dan kewirausahaan melalui program pra-inkubasi bisnis yang telah diinisiasi sejak tahun 2023.
Dalam upaya mengembangkan pola pikir wirausaha, FEB UGM melalui unit Career and Student Development Unit (CSDU) menyelenggarakan Kick Off Program Pra Inkubasi Bisnis 2025 dan sesi inspiratif pada 10 Oktober 205 di Alumni Corner FEB UGM. Acara ini bertujuan untuk mengembangkan pola pikir wirausaha dan membekali mahasiswa dengan pengetahuan dalam menghasilkan ide bisnis yang inovatif dan bermanfaat bagi masyarakat.
Dalam program Pra Inkubasi FEB UGM tahun 2025 ini diikuti sembilan kelompok dari kelas kewirausahaan dan dua kelompok non kelas kewirausahaan. Selanjutnya, FEB UGM akan memberikan dana hibah usaha dan pembinaan serta mentoring bagi tiga tim terbaik. Bantuan pendanaan usaha tersebut diberikan sebagai wujud stimulus untuk pengembangan usaha.
Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FEB UGM, Bayu Sutikno, S.E., M.S.M., Ph.D., memberikan semangat bagi mahasiswa yang mengikuti seleksi program pra inkubasi ini. Ia meminta mahasiswa dapat menikmati setiap proses yang dijalani. Setiap pengalaman, baik dalam kegiatan akademik maupun kompetisi bagian penting dari pembelajaran yang akan menjadi modal berharga saat terjun di dunia kerja maupun berwirausaha.
Dalam sesi inspiratif menghadirkan Ivan Halim, yang merupakan Co-founder dan CEO dari Slingshot Brand Consulting serta CMO Sekreatic AI dan mantan CMO Sevenpreneur. Ia membawakan materi inspiratif dengan tema “The Entrepreneur Way: Great Entrepreneurs and Greater Business Ideas.”
Dalam paparannya, Ivan menyoroti realitas dunia bisnis yang penuh tantangan. Ia mengungkapkan bahwa hanya 0,1% bisnis di Indonesia yang mampu bertahan selama lima tahun. Kondisi tersebut memperlihatkan bahwa membangun bisnis bukanlah perkara mudah.
“Bisnis itu tidak untuk semua orang. Tapi bersyukurlah, mahasiswa FEB UGM punya wadah seperti ini untuk belajar langsung bagaimana membangun bisnis yang bisa bertahan,” ujarnya.
Menurut Ivan menjadi entrepreneur sejati bukan hanya tentang menciptakan ide bisnis. Namun, entrepreneur adalah soal kemampuan mengeksekusi ide dengan tepat.
Ivan juga membahas pentingnya mindset seorang pendiri bisnis yang kuat. Ia menyebutkan bahwa bisnis yang baik selalu lahir dari kebutuhan dan keresahan, bukan sekadar keinginan pribadi.
“Setiap bisnis datang untuk memecahkan masalah,” ujarnya.
Bagi Ivan, inilah esensi dari value proposition memberikan nilai yang benar-benar dibutuhkan oleh pelanggan. Ia juga menyinggung konsep unique selling product (USP) sebagai pembeda yang membuat bisnis mampu bersaing dan bertahan di pasar. Dalam membangun bisnis, menurutnya, dibutuhkan keseimbangan antara tiga unsur penting yaitu nilai, keterampilan, dan passion.
Lebih lanjut, Ivan menegaskan bahwa keberanian adalah fondasi utama dalam berwirausaha. Mengutip pepatah Latin “Fortis fortuna adiuvat” atau “Fortune favors the bold”, ia menyampaikan bahwa keberuntungan bukanlah sesuatu yang datang begitu saja, melainkan sesuatu yang dapat direkayasa dengan kerja keras dan keberanian untuk mencoba.
Ia menambahkan bahwa entrepreneur bukanlah sosok yang dilahirkan, melainkan dibentuk melalui proses pembelajaran dan pengalaman.
“Entrepreneurs are made, not born. But entrepreneurship is not for everyone,” ungkapnya dengan penuh keyakinan.
Dalam sesi penutup, Ivan berpesan bahwa bisnis terbaik adalah bisnis yang dijalankan, bukan yang hanya terus dipertanyakan. Pesan ini menjadi pengingat kuat bagi seluruh peserta bahwa perjalanan kewirausahaan sejatinya dimulai dari langkah pertama, sekecil apa pun itu.
Reportase: Orie Priscylla Mapeda Lumalan
Editor: Kurnia Ekaptiningrum








