Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) bekerja sama dengan Australian National University (ANU) kembali menyelenggarakan Mubyarto Public Policy Forum 2025 yang berlangsung pada Jumat (24/10/2025) di Function Hall, lantai 8 Gedung Learning Center FEB UGM. Pada tahun ini kegiatan mengusung tema Poverty and Welfare Reform in Indonesia.
Mubyarto Public Policy Forum merupakan sebuah forum tahunan yang diselenggarakan oleh FEB UGM dan ANU sejak tahun 201. Forum ini digelar untuk untuk menghormati Prof. Mubyarto, seorang ekonom terkemuka di Universitas Gadjah Mada dan salah satu intelektual paling berpengaruh di Indonesia dalam isu pembangunan pedesaan tahun 1960-an dan 1990-an. Melalui forum ini, FEB UGM dan ANU berupaya mendorong diskusi akademik mengenai berbagai isu kebijakan pembangunan di Indonesia, khususnya yang berkaitan dengan kemiskinan dan pembangunan pedesaan.
Pada forum kali ini menghadirkan Sudarno Sumarto, peneliti senior dari The SMERU Research Institute, sebagai keynote speaker yang mengulas transformasi perlindungan sosial untuk masa depan Indonesia. Dua pembicara utama turut hadir, yakni Elan Satriawan, Dosen Departemen Ilmu Ekonomi FEB UGM dan Putu Geniki L. Nathi, Dosen Departemen Ilmu Ekonomi Universitas Indonesia yang akan memberikan perspektif akademik dan berbagai pengalaman empiris mengenai perlindungan sosial dan efektivitas kebijakan publik.
Wakil Dekan FEB UGM Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, Kerja Sama, dan Alumni FEB UGM, Gumilang Aryo Sahadewo, S.E., M.A., Ph.D., menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang berpartisipasi dalam Mubyarto Public Policy Forum tahun 2025. Ia menekankan bahwa forum ini merupakan ruang penting bagi akademisi dan peneliti untuk merefleksikan arah kebijakan pembangunan, terutama dalam isu kemiskinan dan kesejahteraan sosial.
“Dialog antara riset dan kebijakan publik merupakan kunci untuk merancang reformasi yang benar-benar berpihak kepada masyarakat,” ucapnya.
Melalui forum ini, lanjutnya, kita meneruskan semangat Prof. Mubyarto bahwa ekonomi harus melayani kemanusiaan. Bagi Prof. Mubyarto, pembangunan ekonomi bukan hanya soal peningkatan PDB, melainkan memastikan bahwa pertumbuhan tersebut inklusif, partisipatif, serta berakar pada keadilan dan solidaritas. Dalam tulisannya, beliau sering mengingatkan bahwa mengabaikan kelompok miskin dan terpinggirkan pada akhirnya akan melemahkan fondasi moral dan ekonomi bangsa.
“Visi itu tetap sangat relevan hingga kini, saat Indonesia terus berupaya memperkuat perlindungan sosial, memperluas kesempatan, dan mereformasi sistem kesejahteraan bagi seluruh warga negara,” jelasnya.
Lebih lanjut, Gumilang mengapresiasi kerja sama berkelanjutan antara FEB UGM dan ANU Indonesia Project, yang terus memperkuat jejaring riset dan kontribusi akademik antara Indonesia dan Australia.
Dr. Firman Witoelar, dari ANU menekankan pentingnya memperkuat kembali praktik pembuatan kebijakan publik berbasis bukti di Indonesia. Ia menyebutkan bahwa pemerintahan dan pembangunan sosial di Indonesia telah mengalami perubahan signifikan, ditandai dengan komitmen yang tumbuh terhadap perumusan kebijakan dan desain program yang lebih terarah. Namun, hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan kepercayaan terhadap efektivitas implementasi beberapa program sosial utama. Hal ini menimbulkan kekhawatiran terkait dampak dan efisiensi kebijakan, serta potensi ketidaktepatan dalam alokasi sumber daya. Melalui forum ini menjadi ruang untuk merefleksikan kembali praktik kebijakan berbasis bukti agar reformasi sosial di Indonesia dapat berjalan lebih efektif. Selain itu forumini menjadi ruang diskusi akademik dan wadah memperkuat kolaborasi antara peneliti dan pembuat kebijakan dalam merancang kebijakan publik yang berpihak kepada masyarakat.
Reportase: Kurnia Ekaptiningrum





