Sampah masih menjadi persoalan serius di Indonesia. Data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat, timbunan sampah nasional mencapai sekitar 33,9 juta ton per tahun, dan lebih dari setengahnya berasal dari limbah organik rumah tangga. Sampah organik yang tidak dikelola dengan baik dapat menghasilkan gas metana yang berdampak lebih besar terhadap pemanasan global dibandingkan karbon dioksida.
Berangkat dari kepedulian terhadap isu tersebut, Vidhyazputri Belva Aqila, mahasiswa Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM angkatan 2023, menggagas inovasi WormiBox, perangkat pengolah sampah organik berbasis Internet of Things (IoT) yang memanfaatkan cacing tanah untuk mengubah limbah menjadi pupuk organik bernilai ekonomi.
Dalam pengembangannya, Belva berkolaborasi dengan Azkal Anas Ilmawan (Teknik Nuklir 2022), Fikriansyah Ridwan Pratama (Teknik Fisika 2023), Maulana Iqbal Pambudi (Ilmu dan Industri Peternakan 2023), dan Maureen Arsa Sanda Cantika (Sistem Informasi Geografis 2022). Tim ini tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Kewirausahaan (PKM-K) 2025 di bawah bimbingan Dr. Ir. Nur Abdillah Siddiq, S.T., IPP.
Belva menjelaskan bahwa WormiBox hadir untuk memberdayakan masyarakat agar mandiri dalam mengelola sampah rumah tangga. “Setiap tahun volume sampah rumah tangga terus meningkat, sedangkan kapasitas pengelolaan sampah terbatas. Melalui WormiBox, kami ingin membantu masyarakat mengolah limbah sendiri sekaligus memperoleh manfaat ekonomi dari hasilnya,” ujar Belva.
WormiBox bekerja dengan memantau suhu dan kelembapan secara otomatis untuk menjaga kondisi ideal bagi cacing dalam proses penguraian. Dengan sistem berbasis IoT ini, proses pengomposan berlangsung lebih cepat dan efisien, menghasilkan pupuk organik berkualitas tinggi yang dapat dimanfaatkan kembali.
Produk WormiBox dibanderol dengan harga sekitar Rp699.999 dan menyasar segmen ibu rumah tangga, peternak cacing, serta komunitas pecinta lingkungan yang menerapkan gaya hidup berkelanjutan. “Kami berharap WormiBox tidak hanya menjadi produk teknologi, tetapi juga gerakan sosial yang menginspirasi masyarakat untuk lebih peduli terhadap pengelolaan sampah,” tambah Belva.
Kedepannya, tim berencana menggandeng pemerintah daerah, komunitas pengelolaan sampah, serta organisasi lingkungan guna memperluas penerapan WormiBox. Mereka berharap inovasi ini tidak hanya dimanfaatkan di tingkat rumah tangga, tetapi juga mendukung sistem pengelolaan sampah desentralisasi di berbagai daerah di Indonesia.
Reportase: Orie Priscylla Mapeda Lumalan
Editor: Kurnia Ekaptiningrum
Sustainable Development goals
