Social responsibility menciptakan paradigma baru dalam pembangunan ekonomi islam
- Detail
- Ditulis oleh Sony
- Kategori: Berita
- Dilihat: 1838
Selasa (15/10), Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) berkolaborasi dengan Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menggelar Forum Riset Ekonomi dan Keuangan Syariah (FREKS) 2019. Acara yang diselenggarakan di Auditorium Magister Manajemen FEB UGM ini dilatar belakangi oleh pengembangan industri keuangan syariah yang semakin kompleks dan perlunya dilakukan terobosan yang dapat mendorong pertumbuhan keuangan syariah lebih cepat, stabil, efisien, dan berdaya saing.
Acara ini mengusung tema "Peningkatan Daya Saing Keuangan Syariah Melalui Inovasi dan Sinergi Menuju Responsible Finance and Investment (RFI) dalam rangka Mendukung Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi Nasional". Tema tersebut mengandung makna dan harapan agar Industri Keuangan Syariah dapat mengimplementasikan RFI sehingga mampu berdaya saing dan bersinergi dalam mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional.
Berlangsungnya acara FREKS mencakup berbagai kegiatan, diantaranya presentasi dari 22 finalis call for paper yang terbagi menjadi 3 level, yaitu peneliti muda, peneliti madya, dan peneliti Scopus; kegiatan seminar dari prominent speaker; kegiatan seminar terkait ekonomi dan keuangan syariah, dan side event Forum Silaturahim Studi Ekonomi Islam (FoSSEI).
Bersamaan dengan acara tersebut, sekaligus dilaksanakan peluncuran konsentrasi baru, yaitu Konsentrasi Akuntansi Syariah di Program Studi Magister Akuntansi FEB UGM. Dalam sambutannya, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., IPU., ASEAN Eng. (Rektor UGM) menyampaikan bahwa dengan adanya pengembangan konsentrasi tersebut diharapkan ekonomi dan keuangan syariah dapat menjadi kekuatan ekonomi yang sangat besar. Hal ini mengingat Indonesia merupakan negara dengan jumlah umat muslim terbesar di dunia. Hal senada disampaikan oleh Trisaktiana M.S (Perwakilan dari Gubernur Yogyakarta) bahwa dengan adanya program studi baru tersebut, UGM sebagai poros merapi secara ketuhanan akan memiliki hubungan yang lebih kuat.
Keynote Speaker dalam acara tersebut adalah Astera Primanto Bhakti (Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan di Kementerian Keuangan RI) mewakili Ibu Sri Mulyani Indrawati (Menteri Keuangan RI dan Ketua Umum Ikatan Ahli Ekonomi Islam). Astera menyampaikan bahwa sejalan dengan program Sustainable Development Goals (SDGs) yang digalakkan oleh pemerintah serta adanya kesadaran akan perilaku socially responsible menciptakan paradigma baru dalam pembangunan ekonomi islam. Implementasi dalam perencanaan program pemerintah tercermin dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) yang memiliki irisan dengan ekonomi islam. Indonesia merupakan negara dengan jumlah institusi syariah terbanyak di dunia dan menjadi pelopor penerbitan sukuk ritel. Akan tetapi, pangsa pasar yang dijamah baru berada pada angka 5,8% terhadap seluruh aset perbankan nasional. Capaian ini masih jauh di bawah negara Arab, Malaysia, dan Uni Emirat Arab. Oleh karena itu, diperlukan adanya riset dan pengembangan yang kuat serta adanya link and match riset pun demand industri syariah.
Dalam diskusi tersebut, Ir. Hoesen, M.M. (Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan) menyampaikan bahwa dengan adanya atensi terhadap keuangan dan investasi berkelanjutan, memunculkan adanya peluang untuk berfokus pada responsible financial investing. Misalnya dengan menggali potensi syariah, berupa dana sosial, wakaf, dan sedekah. Hoesen menilai bahwa Indonesia sebagai negara dengan wisata halal terbaik tidak boleh terlena dan harus terus melakukan terobosan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai lembaga pengawas industri jasa keuangan terus berkomitmen menyelenggarakan forum riset. Strategi pengembangan industri keuangan yang dilakukan, meliputi penguatan institusi keuangan islami, menciptakan permintaan yang berkelanjutan, serta membangun ekosistem keuangan islami.
Sumber: Sony Budiarso/Leila Chanifah Zuhri