Prof. Dr. Bambang Riyanto L.S., M.B.A., Ak., CA. Dikukuhkan Sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Akuntansi
- Detail
- Ditulis oleh Sony
- Kategori: Berita
- Dilihat: 2957
Prof. Bambang Riyanto, LS, M.B.A, Ph.D. secara resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar bidang Ilmu Akuntansi Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam Rapat Dewan Guru Besar yang dilaksanakan di Balai Senat Universitas Gadjah Mada pada Kamis (16/07). Rapat dihadiri oleh Ketua Dewan Guru Besar, para Guru Besar, dan hadirin, yaitu civitas academica UGM. Disiarkan secara langsung melalui kanal Youtube @UGMOfficial, prosesi Pengukuhan Guru Besar berjalan dengan lancar. Dengan ini, Prof. Bambang Riyanto resmi menjadi Guru Besar ke 41 dari total 46 Guru Besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM (FEB UGM). Prof. Bambang Riyanto juga menjadi Guru Besar ke 484 dari 563 Guru Besar UGM, baik yang aktif maupun nonaktif. Pengukuhan Guru Besar merupakan bukti dari jerih payah Prof. Bambang Riyanto yang selama ini telah mengabdi pada dunia pendidikan. Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM (FEB UGM), Eko Suwardi, Ph.D. mengungkapkan rasa bangga dan ucapan selamat kepada Prof. Bambang Riyanto karena telah dikukuhkan sebagai salah satu Guru Besar di FEB UGM. “Prof. Bambang Riyanto mengemban jabatan baru dan menambah jajaran ahli di FEB, khususnya dalam bidang Ilmu Akuntansi. Selamat dan sukses untuk Prof. Bambang Riyanto”, ungkapnya.
Pemimpin Rapat Dewan Guru Besar kali ini adalah Ketua Dewan Guru Besar UGM, Prof. Drs. Koentjoro, MBSc., Ph.D.. Membawa topik tentang good corporate governance dan good government governance, Prof. Bambang Riyanto memberi Pidato Pengukuhan dengan mengangkat judul “Governance dan Akuntan: Tantangan ke Depan di Indonesia”. Prof. Bambang mengawali pidatonya dengan memaparkan mengenai Good Corporate Governance, khususnya dari Perspektif External Governance. Menurutnya, Governance menyangkut upaya mengarahkan perilaku eksekutif perusahaan agar prioritas kebijakan dan pemanfaatan sumber daya hanya untuk kemakmuran pemegang saham, dan tidak terjadi divergence of interests atau kepentingan eksekutif berbeda dengan kepentingan stockholders. Hal ini bisa terjadi karena pemegang saham tidak menjadi pengelola perusahaan yang dimilikinya.
“Pengelolaan perusahaan diserahkan kepada eksekutif, dan pemilik tidak lagi memiliki kendali atas pemanfaatan resources perusahaan yang dimilikinya sehingga terjadi information asymmetry, yang berupa hidden information dan hidden action”, ungkapnya.
Mengutip agency theory, Prof. Bambang menjelaskan bahwa hubungan antara pemegang saham dan eksekutif merupakan equity contractual relationship yang artinya, pemegang saham adalah principals yang merekrut eksekutif sebagai agents untuk mengelola perusahaan. Maka dari itu, principals maupun agents adalah rational individual yang berusaha memaksimalkan utility mereka (utility maximizing actors) sehingga sangat mungkin agents akan melakukan tindakan yang cenderung memaksimalkan utility-nya sendiri (self-serving behavior). Menurutnya, jika hal ini dibiarkan terus-menerus, akan mengakibatkan harga saham perusahaan yang baik menjadi undervalued, sedangkan harga saham perusahaan yang buruk menjadi overvalued. Sebab, menurutnya investor berpotensi tidak dapat membedakan harga saham perusahaan yang dikelola dengan baik dan yang tidak karena harga saham ditentukan berdasarkan harga rata-rata dari gabungan perusahaan yang baik dan yang buruk. Hal ini akan mengurangi insentif perusahaan yang baik untuk menjual sahamnya sehingga pada akhirnya pasar modal banyak menyediakan saham perusahaan yang buruk, dan di sisi lain minat investor berinvestasi di pasar modal juga akan menurun.
Prof. Bambang juga menjelaskan, akuntan memiliki peran penting dalam membangun good corporate governance, tidak hanya sebagai akuntan publik, tetapi juga dalam keterlibatannya sebagai internal auditor, komite audit, tim manajemen risiko, dan bahkan dalam menyiapkan laporan keuangan. Ia memberi contoh berbagai kasus yang terjadi di Bursa Efek Indonesia (BEI), seperti kasus Kimia Farma, PT Garuda Indonesia, PT Hanson International, yang masih didominasi oleh kasus penggelembungan laba. Menurutnya, hal ini mengindikasikan akuntan masih menjadi sumber lemahnya corporate governance di pasar modal Indonesia.
Prof. Bambang menambahkan bahwa terdapat dua aspek untuk mendorong munculnya pimpinan yang kompeten dan terwujudnya good governance, diantaranya adalah aspek sistem perencanaan dan aspek sistem pertanggungjawaban dan akuntabilitas. Selain itu, terdapat dua faktor lain yang tak kalah penting, yaitu law enforcement dan market for labor. “Mereka yang melakukan pelanggaran harus ditindak segera dengan denda yang membuat jera yang mempertimbangkan etika dan moral, itulah law enforcement”, katanya. Market for labor secara sederhana, menurutnya adalah nilai laku tidaknya seorang eksekutif akan ditentukan oleh mekanisme pasar. “Jika seseorang tidak mempunyai track records yang baik, atau bahkan pernah melakukan ‘self-serving behavior’, maka dia tidak akan laku (tidak akan ada yang merekrut). Law enforcement yang tegas dan membuat jera akan mendorong mekanisme labor for market berjalan dengan baik.”, ungkap Prof. Bambang.
Ia menutup pidatonya dengan menegaskan tentang pentingnya pelarangan mantan pelaku kejahatan untuk turut terlibat dalam pemerintahan dan jabatan politis, “Penegakan hukum yang kurang tegas kepada para koruptor jelas melemahkan governance. Oleh karena itu, untuk menuju ke arah good government governance, perlu penguatan Komisi Pemberantasan Korupsi dan pelarangan mereka yang pernah berurusan dengan hukum, khususnya kasus korupsi, untuk dilarang menduduki jabatan politis atau pemerintahan dan dicabut hak politiknya”, tutupnya.
Berakhirnya pidato Pengukuhan Prof. Bambang menandai prosesi pengukuhan Guru Besar kepada Prof. Bambang Riyanto telah berakhir. Ketua Dewan Guru Besar menutup Rapat Dewan Guru Besar dengan memberi closing statement. “Pemikiran dari Prof. Bambang semoga didengar oleh para pengambil kebijakan, khususnya untuk peran dan tata kelola yang diusulkan sehingga dapat menjadi kebijakan yang betul-betul memberi manfaat dan betul-betul bisa berguna untuk kemaslahatan umat dengan baik”, tutup Prof. Koentjoro.
Keluarga Besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis mengucapkan selamat dan sukses kepada Prof. Bambang Riyanto atas diraihnya Jabatan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Akuntansi.
Sumber: Sony Budiarso/Leila Chanifah Z.
Foto: Humas UGM