Menilik Perilaku Konsumen Papan Pasar Daring Indonesia
- Detail
- Ditulis oleh Kirana
- Kategori: Berita
- Dilihat: 3495
Berangkat dari fakta bahwa laman situs dominan kini di dunia maya merupakan pusat perdagangan daring yang akrab kita sebut sebagai e-marketplace, penelitian berjudul "Perilaku Konsumen Papan Pasar Daring Indonesia Tahun 2019" tersebut mencoba memotret perilaku konsumen e-marketplace di tahun 2019. Menguatnya peran papan pasar daring selama beberapa tahun terakhir ini menjadi alasan Dr. Sahid Susilo Nugroho, Dosen Departemen Manajemen dan Koordinator Pusat Kajian Perdagangan Daring, Fintech dan Media Sosial, mencoba mengangkat isu ini.
Menurut Dr. Sahid, ada banyak alasan mengapa papan pasar daring semakin menguat, salah satunya karena fenomena one-stop shopping di mana hanya cukup dari satu laman pengguna dapat sekaligus melihat, menyeleksi, dan membeli aneka produk/merek secara jauh lebih praktis dan nyaman. Seperti yang mungkin telah kita ketahui, Indonesia masih punya PR terkait masalah kepercayaan dan transaksi yang merugikan konsumen. Dalam konteks papan pasar daring, masalah tersebut bisa diatasi karena ada peran admin dari papan pasar daring sebagai wasit/juri yang kemudian akan menyelesaikan transaksi bermasalah. Atas fakta tersebut terbukti bahwa peran perantara sekarang ini semakin kuat.
Dalam penelitian ini, perilaku konsumen yang menarik untuk dicermati adalah terkait dengan 3 kondisi, yaitu preferensi konsumen yang semakin besar untuk berbelanja di papan pasar daring, keengganan konsumen untuk berbelanja di papan pasar daring internasional, dan kompleksitas informasi produk yang dijual di papan pasar daring Indonesia. Metode penelitian dilakukan dengan pelaksanaan survei pada akhir tahun 2019 di 8 kota besar Indonesia dengan masing-masing kuota 50 responden yang mayoritas berjenis kelamin perempuan dan berumur antara 21-25 tahun. Selain itu, kebanyakan responden adalah mahasiswa dan sudah pernah melakukan minimal 3 kali belanja di papan pasar daring dalam setahun terakhir.
Terkait hasil survei, sebanyak 77,8% responden menetapkan Shopee sebagai papan pasar daring pilihan favoritnya. Selain itu, sebanyak 89,4% responden lebih memilih platform berbasis aplikasi dibandingkan laman situs dengan mayoritas alasan kemudahan penggunaan dan keamanan transaksi. Dalam penelitiannya, Dr. Sahid juga meneliti pola belanja konsumen di papan pasar daring. Pola belanja tersebut diteliti berdasarkan beberapa variabel, yaitu frekuensi berbelanja konsumen dalam setahun terakhir, nilai belanja rata-rata konsumen setiap kali transaksi, kategori produk yang biasa dibeli oleh responden, dan frekuensi kunjungan konsumen ke laman atau aplikasi tanpa bertransaksi.
Selanjutnya, Dr. Sahid menjelaskan tentang masalah-masalah konsumen baik di papan pasar daring lokal maupun asing. Pada papan pasar daring lokal, tiga masalah teratas yang dialami konsumen adalah barang yang dikirim tidak sesuai dengan iklan (gambar dan keterangan), barang tidak memiliki ukuran standar yang baku untuk kategori produk fesyen, dan informasi ketersediaan barang yang tidak akurat (ketika sudah dilakukan transaksi pembelian, barang ternyata habis tidak tersedia).
Sedangkan, tiga permasalahan pada papan pasar daring asing yang paling sering dialami konsumen adalah waktu kirim yang relatif lama, biaya kirim yang relatif mahal, dan tarif pajak impor yang mahal (sekitar 30%).
Di penghujung presentasinya, Dr. Sahid menjelaskan apa saja hal-hal yang dipentingkan konsumen ketika berbelanja di papan pasar daring. Tingkat kepentingan konsumen tersebut dikategorikan atas produk dan harga, kualitas laman atau aplikasi, fitur fasilitas transaksi, fitur pembayaran transaksi, fitur pengiriman barang, fitur perlindungan privasi dan keamanan, fitur pelayanan pelanggan, program promosi penjualan dan endorsement selebriti, serta komunikasi pelanggan. Presentasi penelitian pun diakhiri dengan sesi tanya jawab yang dipandu oleh moderator acara.
Reportase: Kirana Lalita Pristy/Sony Budiarso.
Video presentasi: https://youtu.be/jBmqFtmhlNs?t=4089