Menganalisis Perangkap Kemiskinan di Indonesia
- Detail
- Ditulis oleh Merisa
- Kategori: Berita
- Dilihat: 2700
Kamis (27/10) Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) menyelenggarakan Brown Bag Seminar. Seminar ini diselenggarakan di Ruang Auditorium Lantai 8 Gedung Learning Center FEB UGM. Dalam pelaksanaan seminar ini, FEB UGM bekerjasama dengan MD FEB UGM dan Laboratorium FEB UGM. Pembicara pada seminar ini adalah Wisnu Setiadi Nugroho, SE, M.Sc., Ph.D., selaku Dosen Departemen Ilmu Ekonomi FEB UGM dengan membawa topik "Geographical Poverty In Rural Indonesia: Isolation and Disasters."
Acara ini dimoderatori oleh Heni Wahyuni, SE, M.Ec., Ph.D., selaku Ketua Program Magister Sains Ilmu Ekonomi. Acara dibuka dengan perkenalan singkat tentang Wisnu yang baru saja menyelesaikan gelar doktornya dari Universitas Toledo. Dalam seminar ini, Wisnu mempresentasikan makalahnya dan mengangkat permasalahan terkait daerah miskin yang masih ada. Dalam penulisan makalahnya, Wisnu mengambil definisi kemiskinan dari Amartya Sen yang merupakan seorang ekonom dan filsuf India. Menurut Sen, kemiskinan adalah hidup di bawah standar tertentu, seperti kurangnya akses terhadap makanan, air minum yang aman, fasilitas sanitasi, kesehatan, pendidikan, dan informasi. Faktor penyebab kemiskinan juga bisa berasal dari geografi, demografi, etnis, ras, keluarga, dan lain-lain.
Wisnu memaparkan teori "Poverty Environment Trap" yang menjelaskan bahwa perangkap kemiskinan terjadi karena kondisi lingkungan yang marjinal menjamin hasil yang rendah dan kerusakan tanah di daerah tersebut. Rendahnya hasil produksi disebabkan oleh kondisi lingkungan, akses pasar yang kurang memadai, dan cara bercocok tanam yang masih sangat tradisional. Selain itu, Wisnu juga menjelaskan bahwa faktor penyebab jebakan kemiskinan adalah frekuensi bencana seperti banjir dan kekeringan, letak geografis di pegunungan, lahan yang kurang menguntungkan, isolasi fisik dan keterpencilan yang menyebabkan rendahnya tingkat akumulasi aset.
Wisnu menjelaskan kontribusi utamanya terhadap masalah yang mengambil subjek Indonesia ini adalah Negara Indonesia sebagai negara yang memiliki pendapatan menengah ke bawah dengan pertanian sebagai sektor utama dan memiliki frekuensi bencana yang tinggi. Dalam hal ini, Wisnu menggunakan proksi aset dan kesejahteraan sebagai alat ukur dan faktor kemiskinan yang dapat menjelaskan pertumbuhan konsumsi yang stagnan. Dalam menyusun makalah, beliau menjelaskan asal-usul data yang digunakan, literature review yang digunakan, dan bagaimana mengolah data yang diperoleh. Setelah itu, seminar dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dipimpin oleh moderator sekaligus menjadi penutup acara ini.
Reportase: Merisa Anggraini
Simak video selengkapnya https://youtu.be/_Nzm4QknjpA