Penerapan Economic-Epidemiology dalam Diskursus Pandemi COVID-19
- Detail
- Ditulis oleh Hayfaza
- Kategori: Berita
- Dilihat: 900
Pandemi COVID-19 menimbulkan impak yang luas dan mendalam pada ekonomi dan bisnis. Ekonom melakukan berbagai pendekatan untuk menganalisis timbal-balik pandemi terhadap ekonomi, serta kebijakan moneter, fiskal, maupun regulasi lain yang tepat dalam rangka memberhentikan rantai infeksi dan memulihkan perekonomian global. Merespon hal ini, pada Rabu (6/7) International Week (iWeek) menggelar kuliah seputar economic-epidemiology dalam rangka memandang model epidemiologi dengan integrasi teori ekonomis. Kuliah ini menghadirkan Dr. Jude Bayham, dosen Colorado State University. Dr. Jude mengawali kuliah dengan overview kasus infeksi dan kematian COVID-19 di Indonesia dibanding negara-negara tetangga. Jude Bayham mendiskusikan tiga topik utama kuliah yaitu: peran perilaku manusia dalam memodelkan dan mempelajari pandemi, pengukuran perkiraan efek kebijakan selama pandemi global, dan dilema palsu kesehatan publik vs ekonomi.
Lantas, Jude memaparkan konsep economic-epidemiology, yang menurut Fenichel (2011;2013) didefinisikan sebagai usaha mengintegrasikan teori ekonomis ke dalam model epidemiologi penyakit menular. Hal ini dimungkinkan dengan memodelkan masyarakat global sebagai aktor ekonomis dengan keputusan yang memengaruhi penyebaran infeksi penyakit, dalam hal ini COVID-19. Dalam mengukur efek kebijakan selama pandemi global, Jude menilik kebijakan pemerintah Amerika Serikat (AS) terkait mandat pemakaian masker yang dipantau oleh The Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Pada analisis mandat pemakaian masker pada musim gugur di New Mexico, tingkat rawat-inap setelah penetapan wajib-masker menurun. Akan tetapi penurunan tingkat rawat-inap tidak bertahan cukup lama. Hal ini menunjukkan bahwa mandat wajib-masker tidak dapat disimpulkan sebagai kebijakan yang tepat.
Dalam analisis lain tentang kebijakan pemerintah, Jude menyandingkan indeks grafik tingkat rawat-inap dengan grafik belanja konsumen di Colorado. Kebijakan lockdown oleh pemerintah bertujuan menghindari kelebihan kapasitas okupansi rumah sakit. Riset menunjukkan bahwa kebijakan ini berhasil dalam menghambat tingkat okupansi rumah sakit tetapi pada saat yang bersamaan juga menimbulkan depresi ekonomi, ditandai dengan turunnya consumer spending, pendapatan bisnis, dan tingkat pekerjaan. Dalam hal pendidikan, Jude meneliti dengan metode prakiraan dan perbandingan pengamatan, terkait kebijakan pemerintah Colorado untuk mengalokasikan dana hibah federal pada area yang paling terdampak COVID-19.
Pada poin terakhir, untuk membuktikan dilema palsu kesehatan publik vs ekonomi, Jude merujuk pada temuan utama Chetty et al. (2020), bahwa "Dalam jangka panjang, satu-satunya cara untuk mendorong pemulihan ekonomi adalah dengan berinvestasi dalam upaya kesehatan masyarakat yang akan memulihkan kepercayaan konsumen". Lalu, Jude juga memaparkan kesimpulannya, yang pertama adalah bahwa perilaku manusia memiliki peran penting dalam memodelkan dan mempelajari pandemi. Kedua, memperkirakan efek kebijakan selama pandemi merupakan hal yang esensial meskipun sulit untuk dilakukan. Ketiga, adalah bahwa kesehatan publik vs kegiatan ekonomi dapat dikonklusikan sebagai dilema palsu. Pada akhirnya, kuliah iWeek kali ini diakhiri dengan sesi tanya jawab yang direspon dengan antusias oleh para partisipan.
Reportase: Hayfaza Nayottama
Simak video selengkapnya: https://youtu.be/uQJsxNr7RQk