Dari Klasterisasi hingga Institusi: Memahami Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberlangsungan Bisnis
- Detail
- Ditulis oleh Rizal
- Kategori: Berita
- Dilihat: 400
Rabu (5/07), kuliah pertama dari rangkaian program Global Summer Week (GSW) 2023 resmi digelar di Auditorium Lantai 8 Gedung Pusat Pembelajaran Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM). Kuliah perdana tersebut diisi oleh Dr. David M. Waguespack, profesor di bidang manajemen dan organisasi yang berasal dari University of Maryland. Pada kesempatan ini, David menjelaskan keterkaitan lokasi dan pertumbuhan kewirausahaan di suatu wilayah.
“Mengapa beberapa tempat memiliki aktivitas kewirausahaan yang lebih banyak dibandingkan tempat lain?” pantik David sebagai pembuka sesi kali ini. Para partisipan secara antusias menganalisis sebab dari hal tersebut, mulai dari perbedaan sumber daya, kultur, hingga jumlah populasi. Secara lebih lanjut, David menekankan bahwa lokasi berpengaruh terhadap perkembangan kewirausahaan.
Kewirausahaan sendiri dapat diklasifikasikan menjadi kewirausahaan berbasis kebutuhan, kewirausahaan berbasis preferensi, dan kewirausahaan yang berorientasi pada pertumbuhan (growth oriented). Dalam kuliah kali ini, jenis kewirausahaan yang ditekankan adalah kewirausahaan yang berorientasi pada pertumbuhan, seperti startup. Kemudian, David menunjukkan peta terkait persebaran startup dan perusahaan venture capital dalam berbagai skala wilayah, mulai dari dunia, Asia Tenggara, Indonesia, hingga Jakarta.
Terlihat bahwa perusahaan-perusahaan tersebut cenderung terkonsentrasi dan membentuk kluster di kawasan tertentu, terutama di pusat perekonomian kawasan tersebut.
David lalu menyimpulkan bahwa klasterisasi perusahaan memiliki beberapa faktor penarik dan faktor pendorong. Faktor penarik terdiri atas adanya kemudahan akses terhadap tenaga kerja, pendanaan, dan pembelajaran dari perusahaan lain. Sementara faktor pendorong yang menjadi tantangan adalah apabila kompetisi menjadi terlalu besar, meliputi kompetisi tenaga kerja, spillover ide, dan kompetisi untuk memperoleh perhatian target pasar.
Keesokan harinya (6/07), David memaparkan materi terkait institusi dalam suatu perusahaan. Tiap institusi, baik formal maupun informal, memiliki sistematika yang berbeda antara satu sama lain. Dalam penjelasannya, David menggunakan gim EVE Online sebagai contoh konkret dari materi kali ini. Melalui gim tersebut, pertama, dilakukan analisis terhadap hubungan antara negara asal dan otonomi pegawai. Selanjutnya, dilakukan pula penelisikan terkait keterkaitan norma gender dan dampaknya terhadap pemilihan karakter permainan.
Berdasarkan contoh konkret dari gim tersebut, diperoleh kesimpulan bahwa bisnis perlu memperhatikan preferensi kultur dan norma ketika beroperasi di wilayah yang berbeda. Hal ini dikarenakan peranan gender, standar kecantikan, dan faktor kultural dalam menentukan perilaku konsumen. Dengan pemahaman terkait preferensi yang berbeda antargrup, bisnis dapat menciptakan produk yang lebih inovatif.
Reportase: Rizal Farizi