Cerita Asysyfa, Anak Buruh Perkebunan Jeruk Mengejar Mimpi Kuliah di FEB UGM
- Detail
- Ditulis oleh Kurnia
- Kategori: Berita
- Dilihat: 1269
Elfa Harningsih (48) masih merasakan kedua kakinya terus bergetar. Tak hanya itu, ia juga merasa gugup yang teramat sangat ketika harus berdiri di mimbar podium yang berada di Grha Sabha Pramana (GSP) UGM. Bagaimana tidak, ratusan mata mengarah padanya saat ia harus menyampaikan pidato mewakili orang tua mahasiswa baru UGM angkatan 2024.
Di hadapan pimpinan UGM dan ratusan orang tua mahasiswa baru, wanita asal Desa Sungai Naniang, Kecamatan Bukit Barisan, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat ini pun mencoba merangkai kata. Sesekali ia menarik nafas panjang untuk meredakan rasa gugupnya itu. Tak pernah sekalipun terlintas dalam benak Elfa akan terpilih menyampaikan pidato perwakilan orang tua mahasiswa baru. Elfa menyadari bahwa ia bukanlah siapa-siapa. Ia hanyalah ibu rumah tangga yang sehari-hari membantu suami, Mardion (54), yang bekerja sebagai buruh tani di perkebunan jeruk milik tetangga dengan penghasilan tak seberapa.
“Berdiri di podium ini membuat kaki saya bergetar. Saya tidak menyangka akan menyampaikan pidato sambutan mewakili orang tua mahasiswa baru,” ucapnya terbata-bata, Senin (29/7) di acara Temu Orang Tua Mahasiswa Baru di GSP UGM.
Elfa merupakan orang tua dari Asysyfa Maisarah (18) yang diterima di Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM melalui jalur Seleksi Nasional Berdasar Prestasi (SNBP) atau tanpa tes. Asysyfa merupakan siswa berprestasi, sejak SMP hingga SMA ia selalu langganan juara kelas dan menjuarai berbagai lomba sehingga mendapatkan beasiswa pendidikan dan terbebas dari biaya sekolah. Lalu saat diterima di bangku kuliah pun ia berhasil mendapatkan beasiswa Uang Kuliah Tunggal Pendidikan Unggul bersubsidi 100% (UKT 0) sehingga tidak dipungut biaya pendidikan hingga selesai kuliah.
“Awalnya tidak menyangka anak perempuan kami menyampaikan keinginan kuliah di UGM. Campur aduk perasaan saya waktu itu dan hanya mendoakan yang terbaik untuk Asysyfa,” ucapnya.
Elfa mengaku senang, bangga, sekaligus bersyukur saat putrinya dinyatakan lolos masuk UGM. Perasaan bahagia sekaligus gundah menggelayuti pikiran Elfa. Kala itu Elfa dan suami khawatir tentang biaya kuliah Asysyfa yang tidak sedikit hingga lulus nantinya. Namun lagi-lagi kecemasannya itu langsung sirna ketika sang putri meyakinkannya bahwa semua ada jalannya asal terus berusaha.
“Bundo tenang saja, pasti ada jalannya, ada beasiswa,” tuturnya menirukan perkataan putrinya kala itu.
Kecemasan akhirnya berganti dengan rasa penuh syukur tatkala ia mendapatkan kabar putri sulungnya mendapatkan beasiswa selama kuliah. Asysyfa dinyatakan menjadi salah satu penerima beasiswa UKT bersubsidi 100% dari FEB UGM.
“Beasiswa ini sangat membantu kami yang hanya mengandalkan upah Rp50.000 per hari sebagai buruh tani dan itu pun jika ada yang meminta untuk mengurus kebun,” jelasnya.
Oleh sebab itu, ia menyampaikan rasa terima kasih kepada UGM yang telah memberikan beasiswa kepada putrinya. Melalui beasiswa ini, putrinya dan anak-anak dari keluarga kurang mampu lainnya mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan studi di UGM.
“Terima kasih kepada UGM dan kami titipkan anak-anak untuk didik. Semoga apa yang menjadi impian kita dan anak-anak kita bisa tercapai,” harapnya.
Asysyfa merupakan salah satu sosok anak bangsa yang membuktikan bahwa keterbatasan ekonomi tak menghentikan langkahnya untuk memperoleh pendidikan terbaik bahkan hingga bangku perguruan tinggi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis sebagai bagian dari UGM memiliki komitmen kuat memberikan pendidikan berkualitas unggul dan terjangkau bagi masyarakat guna mewujudkan pendidikan yang berkeadilan, merata, dan inklusif.
Reportase: Kurnia Ekaptiningrum
Foto: Kanal YouTube Universitas Gadjah Mada
Sustainable Development Goals