Desa Binaan FEB UGM Belajar Pengelolaan Sampah di Bank Sampah Panggungharjo
- Detail
- Ditulis oleh Najwah
- Kategori: Berita
- Dilihat: 513
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) melalui Pusat Kajian Ekonomika Kewilayahan dan Keberlanjutan (SpaRSE) melakukan pendampingan pengelolaan sampah bagi warga di sekitar bantaran Kali Code, khususnya Desa Sinduadi, Kabupaten Sleman. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat berbasis desa binaan ini merupakan wujud komitmen dalam mengembangkan program yang berdampak bagi masyarakat (societal impact).
Melalui program berjudul BISSA! (Berbagi Ilmu Sinduadi Sleman Asri) tim FEB UGM mendampingi warga dalam mengelola dan memilah sampah. Kegiatan pendampingan ini dilakukan untuk membantu warga dalam mengatasi persoalan pengelolaan sampah di lingkungan yang cukup padat dan akses yang terbatas, sehingga sulit dijangkau oleh layanan pengangkutan sampah. Alhasil, banyak warga terpaksa menumpuk atau membakar sampah di lahan sekitar yang meningkatkan risiko pencemaran lingkungan.
Program BISSA dimulai pada bulan April 2024 dengan bimbingan dua dosen FEB UGM, Qisha Quarina, S.E., M.S.c., Ph.D., dan Dea Yustisia, S.E., MSc., serta satu dosen FT UGM, Dr. Ir. Rachmawan Budiarto, S.T., M.T., IPU. Program ini meliputi berbagai kegiatan seperti sosialisasi, FGD, dan pelatihan pengelolaan sampah.
Guna meningkatkan wawasan dan pengetahuan desa binaan, tim FEB UGM bersama desa binaan melakukan studi banding ke TPS 3R KUPAS (Kelompok Usaha Pengelolaan Sampah) di Desa Panggungharjo, Kabupaten Bantul, pada Senin 28 Oktober 2024. Kunjungan ke KUPAS yang berada di Desa Panggungharjo, Kabupaten Bantul ini sekaligus sebagai ajang diskusi terkait pengelolaan sampah. Pada kunjungan ini, tim BISSA bersama tiga orang warga binaan mempelajari sistem pengolahan dan pemilahan sampah di KUPAS yang diharapkan dapat diadopsi nantinya oleh warga Sinduadi.
HUMAS KUPAS Panggungharjo, Wahyu Trisna Jati, S.I.Kom., menjelaskan jika KUPAS adalah tempat pembuangan sampah (TPS) 3R induk yang berada di bawah naungan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan telah beroperasi sejak 2013 atas inisiatif kepala desa saat itu, Wahyudi Anggoro Hadi. Kini, KUPAS berhasil mengelola sekitar 30% sampah di Panggungharjo dengan kapasitas maksimal 8-10 ton per hari. Untuk mendukung kegiatan operasional di TPS Induk, terdapat TPS anak di tingkat padukuhan atau RT yang membantu mengumpulkan sampah dari rumah-rumah warga. “Di bawah KUPAS ini masih terdapat TPS tingkat padukuhan atau RT. Untuk jenis sampah yang kami terima ada tiga, yaitu sampah organik, anorganik, dan residu,” jelas Wahyu.
Ia memaparkan bahwa pengelolaan sampah organik di Desa Panggungharjo diserahkan kepada warga. Apabila warga tidak dapat mengolahnya sendiri maka KUPAS akan membantu mengolahnya dengan dijadikan sebagai pakan maggot untuk petani-petani maggot di Kulonprogo yang sudah bekerja sama dengan KUPAS. Sementara itu, untuk sampah anorganik sendiri sudah dalam kondisi bersih dan siap dijual. Sedangkan, untuk sampah residu, seperti sampah popok bayi, pembalut, dan bungkus kopi akan dibakar menggunakan mesin incinerator dan residu pembakaran bisa dimanfaatan sebagai campuran pupuk.
Ia juga menjelaskan mengenai sistem bank sampah di KUPAS dan program tabungan emas yang bekerja sama dengan Pegadaian. Program bank sampah ditujukan untuk mendorong pengelolaan sampah dari sumbernya. Sedangkan program tabungan emas ditujukan untuk meningkatkan semangat warga dalam mengumpulkan sampahnya ke KUPAS. Program ini memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk mencairkan saldo tabungan sampah mereka dalam bentuk emas.
Ketua Pelaksana BISSA, Qisha Quarina, S.E., M.S.c., Ph.D., berharap jika program BISSA di Sinduadi mampu meningkatkan kesadaran masyarakat akan pengelolaan sampah di Sinduadi. “Semoga dengan adanya program pengelolaan sampah yang sama di Sinduadi, dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat dari tingkat yang paling kecil, yaitu rumah tangga. Karena jika yang kecilnya berubah maka yang atasnya juga akan mengikuti, sehingga konsep bottom-top ini memang salah satu langkah termudah dalam mencapai perubahan,” ujarnya.
Sementara itu, Dewi Ratna S.Pd., seorang guru TK sekaligus warga binaan BISSA Desa Sinduadi turut mengungkapkan keresahannya akan kondisi pengelolaan sampah yang ada di desanya. Menurutnya, kesadaran masyarakat di sekitarnya masih rendah sehingga banyak yang masih membakar dan membuang sampah di kali. “Dengan adanya program ini, saya berharap agar nantinya desa kami dapat menjadi contoh pengelolaan sampah yang baik di Kabupaten Sleman, sama seperti bagaimana desa Panggungharjo menjadi contoh pengelolaan sampah yang baik di Kabupaten Bantul,” ungkapnya.
Dengan adanya kunjungan ini, diharapkan dapat memberikan wawasan baru bagi warga binaan BISSA Desa Sinduadi dan tim BISSA. Melalui kerja sama antara masyarakat sekitar dan tim BISSA dari UGM, diharapkan dapat berkontribusi terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan nomor 4 (pendidikan berkualitas), 11 (kota dan permukiman berkelanjutan), dan 12 (konsumsi dan produksi bertanggung jawab).
Reportase: Najwah Ariella Puteri
Editor: Kurnia Ekaptiningrum
Sustainable Development Goals