Pentingnya Penguasaan Berpikir Kritis di Era Digital
- Detail
- Ditulis oleh Orien
- Kategori: Berita
- Dilihat: 30
Kemampuan berpikir kritis menjadi keterampilan yang perlu dikuasai, terlebih di era digital saat ini. Hal tersebut disampaikan oleh Dosen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, Amanda Wijayanti, S.E., M.S., dalam sesi "Star Lead: Critical Thinking", Jum’at, 22 November 2024 di Auditorium Pertamina Tower FEB UGM.
Memberikan pembekalan bagi mahasiswa FEB UGM terkait critical thinking, Amanda menyampaikan bahwa critical thinking sangat membantu dalam proses penyelesaian masalah maupun pengambilan keputusan. “Critical thinking membantu dalam problem solving dan decision making, terutama di era informasi yang melimpah saat ini,” ungkap Amanda.
Amanda menganalogikan berpikir kritis adalah seperti detektif. Dalam menghadapi suatu hal melakukan pemeriksaan terhadap fakta, memahami berbagai sudut pandang, dan membuat keputusan yang tepat.
Ia menambahkan bahwa kemampuan berpikir, berbicara, dan menulis dengan kritis adalah kunci kesuksesan, terutama di dunia akademik. Oleh sebab itu ia pun mendorong peserta untuk berpikir kritis yang bisa dimulai dengan bertanya. Menurutnya, dengan bertanya dapat membuka pintu menuju pemahaman yang lebih mendalam. “Komponen inti dalam critical thinking meliputi observasi, analisis, pengaruh, evaluasi, komunikasi, dan tentu saja, kemampuan bertanya,” jelasnya.
Di era digital dengan keberlimpahan informasi, Amanda menyebutkan banyak berpikir secara kritis penting dilakukan. Ia menghimbau mahasiswa untuk tidak secara mentah-mentah menerima informasi yang diperoleh namun upayakan untuk mengidentifikasi dan mencari tahu bukti dibaliknya.
“Seperti opini, ada opini yang lemah hanya berdasarkan dugaan atau perasaan pribadi tanpa bukti kuat,” jelas Amanda.
Amanda juga menjelaskan critical thinking bagi seorang penulis menjadi dasar untuk menyampaikan informasi yang relevan dan akurat. Seorang penulis harus memahami topik yang diangkat, menggunakan data yang relevan, dan menyajikannya dengan cara yang logis bagi pembaca.
Ia pun menyinggung critical thinking di era perkembangan kecerdasan buatan (AI) yang begitu pesat. Menurutnya critical thinking menjadi alat penting untuk memastikan manusia tetap memegang kendali dan tidak sepenuhnya bergantung pada mesin.
Amanda pun menekankan bahwa berpikir kritis bukan tentang merasa diri paling benar. Berpikir kritis berati terbuka dan siap menerima kesalahan. “Berpikir kritis melibatkan empati, keterbukaan pikiran, dan pendekatan penuh rasa ingin tahu terhadap ide serta orang lain,” tuturnya.
Reportase: Orie Priscylla Mapeda Lumalan
Editor: Kurnia Ekaptiningrum
Sustainable Development Goals