- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 3174
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) menyelenggarakan acara Serah Terima, Peresmian dan Talk Show: "Energizing Asia: Menjadi Pemimpin Bisnis Energi pada 2025". Acara diselenggarakan di Auditorium Djarum
- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 4176
Meski pemilu baru akan dilaksanakan tahun depan, awal tahun 2013 sudah dipenuhi berbagai isu politik yang menghangat. Berbagai isu politik yang mencuat menandakan Indonesia mulai masuk ke dalam tahun politik.
Ekonom senior FEB UGM, Prof. Dr. Sri Adiningsih memperkirakan ekonomi global masih akan melemah. Pelemahan ekonomi dan ketidak pastian ekonomi global tersebut dinilai memberikan dampak negatif bagi ekonomi Indonesia.
"Faktor internasional yang menekan ekonomi melalui perdagangan, investasi asing maupun pasar keuangan, serta kondisi domestik yang kurang memberikan dukungan iklim yang kondusif bagi bisnis dan investasi tentu memberikan tekanan yang berat pada stabilitas ekonomi makro serta pertumbuhan ekonomi," katanya, Kamis (14/3), di Auditorium Djarum Pertamina Tower, FEB UGM saat berlangsung Indonesia Economic Review and Outlook (IERO) dalam diskusi bertajuk Ekonomi dan Keuangan Menyambut Tahun Politik Yang Diawali Dengan Kisruh Investasi Emas.
Membahas ekonomi makro Indonesia dan proyeksi ekonomi ke depan, Adiningsih memprediksi ekonomi Indonesia belum akan segera membaik. Inflasi diperkirakan akan meningkat, volatilitas rupiah masih akan besar, dan pertumbuhan ekonomi belum akan segera meningkat signifikan.
"Oleh karena itu otoritas ekonomi diharapkan tetap fokus menjaga stabilitas ekonomi makro serta memberikan berbagai dukungan ataupun stimulus yang diperlukan bisnis dan dunia usaha, agar stabilitas ekonomi terjaga dengan baik dan pertumbuhan ekonomi tidak kepangkas lagi," jelasnya.
Sementara itu, meski telah didahului kegaduhan politik, Ekonom Dr. Tony Prasentiantono, M.Sc tidak percaya bila anggota dewan terpilih nanti mampu memberi pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Sebab investasi, sistim perbankan, nilai tukar dan faktor-faktor ekonomi lain yang mempu memberi pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.
Sumber: Agung/UGM
- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 2399
Untuk ketiga kalinya selama tiga tahun berturut-turut, FEB UGM menyelenggarakan International Academic Exposure yang tahun ini bekerja sama dengan the University of Queensland, Brisbane, Australia. Dengan jadwal pelaksanaan 28 Januari - 4 Februari 2013, IAE kali ini diikuti sejumlah 17 mahasiswa baik dari program reguler maupun internasional.
Rangkaian kegiatan IAE dimulai dengan kuliah pengantar Bisnis Internasional yang diampu oleh Dr. Budi Santoso, M. Bus., sekretaris Jurusan Manajemen, FEB UGM, selama dua hari, kemudian diikuti dengan briefing singkat tentang persiapan keberangkatan.
Selama tujuh hari di Brisbane, peserta IAE mengikuti kuliah di UQ tentang isu-isu ekonomi dan perdagangan antara Indonesia dan Australia, Human Resources Management, Doing Business in Australia dan Financial and Accounting Environments. Peserta juga diajak mengunjungi South Bank Corporation, perusahaan yang merancang dan mengelola daerah South Bank di Brisbane dan ke JBS, sebuah perusahaan multinasional pengolahan makanan dan daging yang berpusat di Brasil.
Setelah empat hari mengikuti kegiatan perkuliahan, peserta kemudian diajak berwisata melihat Mount Coot-tha dan Lone-Pine Koala Sanctuary. Peserta juga berkesempatan selama satu hari menjelajahi Gold Coast dan Brisbane sebelum terbang kembali ke Yogyakarta.
Menutup rangkaian kegiatan International Academic Exposure ini, para peserta mengikuti kuliah post-visit di FEB UGM. Apabila mahasiswa peserta IAE ini mengikuti semua kegiatan yang sudah ditentukan maka berhak mendapat kredit dan nilai untuk mata kuliah International Business/Bisnis Internasional.
Sumber: Nia/FEB
- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 2598
Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan masyarakat kelas menengah di Indonesia berkembang sangat pesat. Meskipun demikian Hatta berharap agar pertumbuhan kelas menengah ini merata baik di perkotaan maupun pedesaan. Untuk itu pemerintah saat ini terus mendorong berkembangnya pusat-pusat pertumbuhan baru secara merata di Indonesia.
"Bahaya kalau pertumbuhan hanya terjadi di kota sedangkan di desa tidak berkembang," papar Hatta pada acara Seminar Prisma Tour "Perselingkuhan Bisnis dan Politik" di Gedung Pascasarjana UGM, Jumat (8/3) sore.
Hatta menjelaskan kelas menengah adalah masyarakat yang memiliki pengeluaran antara 2-20 dolar per harinya. Ia memberikan data kenaikan kelas menengah tersebut, yaitu jika tahun 2003 jumlahnya sekitar 81 juta, maka tahun 2010 telah naik mencapai 131 juta orang.
"Ada kenaikan sekitar 50 juta,"imbuh Hatta.
Pada kesempatan tersebut Hatta juga berharap agar pertumbuhan investasi bisa terus meningkat seiring kebutuhan konsumtif yang ikut naik. Hatta sempat menyayangkan upaya perbaikan iklim investasi yang telah dilakukan beberapa diantaranya tidak sesuai harapan.
"Maka salah satunya melalui MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) kita optimis 2025 Indonesia menjadi negara nomor tujuh yang kuat ekonominya," katanya.
Sementara itu pengamat ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM, Dr. Sri Adiningsih, M.Sc menilai pesatnya pertumbuhan masyarakat kelas menengah di Indonesia bisa menjadi sebuah ancaman bagi bangsa Indonesia jika tidak diwaspadai.
"Yang sudah terjadi bisa dilihat di Afrika, Asia maupun Amerika Latin," kata Adiningsih.
Ancaman ini cukup beralasan karena sampai sekarang masih terjadi ketimpangan pengeluaran penduduk yang jumlahnya meningkat serta kualitas manusia Indonesia yang masih rendah. Beberapa bidang yang masih bisa diharapkan untuk meningkatkan perekonomian Indonesia, kata Adiningsih, antara lain melalui sektor mikro dan informal.
"Jangan sampai kita menjadi negara yang stagnan pertumbuhan ekonominya seperti prediksi ADB terhadap 11 negara yang tengah berkembang di kawasan Asia," tuturnya.
Sumber: Satria/UGM
- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 4470
Waktu menunjukkan pukul 9 pagi di saat beberapa mahasiswa melangkahkan kaki ke dalam ruangan Audio Visual FEB UGM, beberapa orang lagi tampak masih mengantri untuk mengisi buku tamu di lobi fakultas. Kedua petugas buku tamu yang berbaju batik merah dengan ramah menunggu mahasiswa yang hendak mengikuti acara P&G Goes to Campus pada Jumat (22/2) lalu.
Acara yang rutin digelar setiap tahun itu diawali dengan sesi guest lecturer yang diampu oleh Ony Sujoyono, selaku Customer Business Development - Manager dan Irawan, selaku Customer Business Development - District Manager. Sesi ini dibuka dengan sangat apik oleh salah seorang staf P&G bernama Tedi. Pembawaannya yang atraktif segera mengajak mahasiswa yang hadir untuk mengenal lebih jauh perusahaan yang telah ada di Indonesia sejak 23 tahun silam. Selanjutnya, acara diisi dengan pemaparan beragam materi menarik seputar bisnis yang digeluti P&G, termasuk nilai-nilai perusahaan yang dipegang teguh untuk menjaga harmonisasi kerja hingga kualitas produk itu sendiri.
Diselingi rehat selama satu jam, acara dilanjutkan dengan persentasi mengenai ASEAN Business Challenge atau ABC. ABC ini merupakan acara tahunan yang digelar oleh P&G untuk mengasah kemampuan mahasiswa dalam membangun brands, menjual produk dan develop people. ABC akan merangkum mahasiswa-mahasiswa dari seluruh Indonesia untuk digodok selama 4 hari, lalu mempresentasikannya dihadapan Top Managers P&G pada malam final. Tim yang keluar dengan hasil terbaik akan mewakili Indonesia untuk ABC tingkat ASEAN yang akan diselenggarakan di Singapura, bertanding dengan tim-tim terbaik dari Malaysia, Singapura, Vietnam dan Filipina.
Acara yang berdurasi selama enam jam ini pun usai seiring berakhirnya reasoning test yang berlangsung selama satu jam. Beragam souvenirs pun menanti peserta saat ditutupnya acara pada pukul 3 sore.
Sumber: hesti/feb
- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 2961
Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang digelontorkan pemerintah sebesar 193,8 triliun pada tahun 2013 dipastikan tidak akan tepat sasaran. Subsidi yang seharusnya dimanfaatkan oleh kendaraan umum, kendaraan bermotor dan nelayan. Sebaliknya, subsidi tersebut lebih banyak dimanfaatkan oleh kelompok ekonomi keluarga mampu yang memiliki kendaraan mewah. Oleh karena itu, diusulkan agar pemerintah untuk segera menaikkan harga BBM secara bertahap, pemasanganSingle Identity Number(SIN) lewat E-KTP dalam pemasaran BBM, mempercepat konversi BBM ke BBG dan meningkatkan sumber produksi minyak dan gas. Demikian yang mengemuka dalam diskusi Diskusi para ahli mengenai Kebijakan Subsidi BBM dan Perekonomian Nasionaldi gedung Tower Pertamina, Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM, Sabtu (23/2).
Rimawan Pradiptyo, M.Sc., Ph.D, Peneliti Kebijakan Subsidi BBM dari FEB UGM mengatakan pola konsumsi BBM bersubsidi di Indonesia adalah compensated consumption. Fenomena ini ibarat orang tua yang memberikan credit card kepada anaknya yang ABG dan si-anak dibebaskan membeli barang apapun di sebuah mall mewah dan orang tua akan membayar berapapun konsumsi yang dilakukan oleh si anak.
Namun demikian, menurunkan alokasi subsidi BBM dengan meminimalkan dampak negatif kebijakan tersebut ke pendapatan rumah tangga miskin justru lebih sulit untuk dicapai di Indonesia; mengingat tidak adanya Single Identity Number (SIN) dalam pemasaran BBM sehingga tidak ada price discrimination antara BBM bersubsidi dan BBM non-subsidi. "Ini pilihan yang kita hadapi bersama terkait dengan subsidi BBM bukanlah pilihan antara enak dan tidak enak, namun lebih tepat adalah pilihan antara tidak enak dan lebih tidak enak", tegas Rimawan.
Kepala Pusat Kebijakan APBN, Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Rofyanto Kurniawan, S.T., M.B.A., menuturkan alokasi subsidi BBM dari tahun ke tahun selalu berttambah sehingga membebani APBN. Dia menyebutkan dari tahun 2011,subsidi BBM mencapai 129 triliun, kemudian meningkat menjadi 165 triliun di tahun 2012. "Utang subsidi sebesar 23 trilun tahun 2012 saja belum dibayar," ungkapnya.
Anggota Komisi VII dan anggota Badan Anggaran DPR, Ir. Isma Yatun, M.T, menerangkan pemerintah saat ini dinilainya kesulitan mengawasi pembatasan pemakaian BBM bersubsidi. Bahkan dari target pemerintah agar kendaraan pemerintah dan perusahaan Negara tidak mengkonsumsi. BBM bersubsidi tidak tercapai. "Di Jawa dan Bali, dari target 80 persen kendaraan hanya 23 persen saja yang tercapai, belum lagi daerah lain," katanya.
Pilihan untuk menaikkan harga BBM menurut Isma Yatun menjadi pilihan yang sulit bagi pemerintah. Kalaupun pemerintah menaikkan harga sesuai dengan harga internasional maka harga BBM akan menjadi Rp 9.000 per liter. "Apakah pemerintah berani menaikkan hingga harga keekonomian?," katanya.
Kendati demikian dia menyarankan pemerintah untuk melakukan langkah mengurangi subsidi BBM secara bertahap agar subsidi yang mencapai 2,1 dari PDB tersebut bisa dialihkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kesehatan dan mengurangi jumlah masyarakat miskin.
Sumber: Gusti/UGM
Halaman 158 dari 191