Perjalanan menjadi akuntan publik bukanlah hal yang mudah. Begitu pula, dengan alur pendidikan dan karir Pandu Kurniawan yang berhasil menjadi akuntan publik termuda se-Indonesia pada usia 29 tahun. Lulus dari ujian Akuntan Publik pada Januari 2025 dan akan dilantik menjadi Akuntan Publik pada bulan Mei atau Juni nanti, alumni program Pendidikan Profesi Akuntan (PPAk) FEB UGM ini memiliki perjalanan luar biasa dalam membangun kariernya.
Pandu memiliki ketertarikan pada bidang ekonomi dan akuntansi semenjak duduk di bangku SMA. Ia yang awalnya berada di jurusan IPA memutuskan untuk pindah ke jurusan IPS untuk belajar ekonomi.
“Saya termotivasi oleh dorongan keluarga yang mayoritas memiliki latar belakang di bidang keuangan. Minat ini juga tumbuh karena bidang ini memiliki peluang karier yang luas. Maka dari itu, saya memutuskan memilih jurusan akuntansi,” jelasnya saat di wawancara belum lama ini.
Menyelesaikan pendidikan S-1 Akuntansi di Universitas Brawijaya, Pandu melanjutkan ke program PPAk FEB UGM di tahun 2017. Ia mengaku belum sempat terpikirkan untuk mengambil program magister karena ia ingin memperdalam mata kuliah S-1 di program PPAk FEB UGM.
Perjalanan Studi di PPAk FEB UGM
Dalam perjalanannya mencari program profesi, Pandu mencari informasi di beberapa kampus seperti Universitas Brawijaya, UGM, dan UI. Setelah melakukan riset, ia tertarik untuk menjadi auditor dan menjatuhkan pilihannya pada PPAk FEB UGM karena program ini bekerja sama dengan Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dan mendukung mahasiswa menjadi profesional di bidang audit.
“Program ini memiliki akreditasi A yang menjamin kualitas program, tenaga pengajar, dan mahasiswanya. Selain itu, PPAk memiliki joint program dengan Magister Akuntansi FEB UGM yang akan mempersingkat masa studi dan menunjang mahasiswa ketika sudah lulus nanti,” ungkapnya.
Lingkungan belajar mengajar yang kondusif di PPAk FEB UGM menjadi pengalaman paling berkesan bagi Pandu. Selama satu setengah tahun mulai dari matrikulasi hingga magang yang membukakan jalan baginya di dunia auditor banyak memberikannya pembelajaran. Selama studi do PPAk FEB UGM juga memberikan pengalaman praktik di lapangan dengan mengajarkan bagaimana menjadi praktisi yang berintegritas dan profesional dengan penekanan pada dunia auditor.
“PPAk mewajibkan mahasiswanya untuk mengikuti program magang. Saya mendapatkan pengalaman magang di KAP Mahsun, Nurdiono, Kukuh & Partners (MNK & PARTNERS),” jelas pria yang bekerja di Inspektorat Kementerian BUMN ini.
Melakukan studi di PPAk juga merupakan tantangan tersendiri bagi Pandu terutama ketika beradaptasi dengan budaya akademik yang berbeda antara Universitas Brawijaya dan UGM. Ia merasa sangat terbantu dengan program matrikulasi yang diberikan di PPAk UGM untuk menyamakan persepsi dan budaya akademik.
“Tantangan lainnya adalah perbedaan pendekatan antara S1 dengan PPAk. Jika di S1 lebih banyak teori, maka di PPAk lebih berfokus pada praktik dan aplikasi nyata di dunia audit. Ini memberikan saya gambaran mengenai tantangan dan peluang yang dihadapi seorang auditor sebelum benar-benar terjun ke dunia kerja,” jelasnya.
Pencapaian Berkesan di Magister Akuntansi FEB UGM
Setelah lulus dari PPAk, ia melanjutkan studi ke program Magister Akuntansi FEB UGM di tahun 2018 dan mengikuti beberapa aktivitas di luar akademik.
“FEB UGM membebaskan dan mendukung mahasiswanya untuk mengembangkan diri dan mengasah softskill dengan mengikuti organisasi. Saya sendiri dipercaya sebagai Ketua Mahasiswa Magister Akuntansi di tahun 2019 dan juga menjadi Ketua Mahasiswa Pascasarjana di bidang Kewirausahaan,” ujar Pandu.
Dukungan dari dosen juga menjadi faktor penting dalam perjalanan akademik. Pandu menyebut bahwa tesisnya yang membahas perbandingan sistem unicorn Gojek dan Grab dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan mendapatkan bimbingan langsung dari Dekan FEB UGM, Prof. Dr. Didi Achjari, S.E., M.Com., Ak., CA.
“Awalnya, sempat diragukan apakah bisa melakukan penelitian lintas negara, tetapi Pak Didi terus memberikan dukungan. Akhirnya, penelitian saya dapat dilakukan di Indonesia, Singapura, Thailand, dan Vietnam, hingga berhasil dipublikasikan di jurnal Scopus Q3,” ungkapnya.
Kini, Pandu tengah mempersiapkan diri untuk menempuh program doktoral di Universitas Indonesia melalui jalur riset yang mensyaratkan publikasi di jurnal internasional bereputasi minimal Scopus Q3. Ia juga terus berkolaborasi dengan Prof. Didi dalam penelitian yang berkaitan dengan sistem informasi dan akuntansi.
“Saya sudah meminta izin kepada pimpinan untuk menjadikan ini sebagai riset dan diperbolehkan. Kolaborasi yang berkelanjutan antara dosen dan mahasiswa, terutama dalam penelitian sangat penting dalam memberikan kontribusi akademis, baik untuk FEB UGM maupun bidang akuntansi,” jelasnya.
Pandu menekankan nilai-nilai FEB UGM sangat berperan dalam perjalanan akademik dan kariernya. Ia mengungkapkan pentingnya integritas, profesionalisme, objektivitas, dan kepedulian sosial yang diajarkan selama studi. “Di FEB UGM, kami diajarkan untuk menjaga integritas dalam segala hal, baik dalam pendidikan maupun pekerjaan. Sebagai auditor, objektivitas adalah kunci untuk menjaga keadilan dalam penilaian,” ujar Pandu.
Kebebasan akademik di FEB UGM juga menjadi salah satu nilai yang sangat dirasakannya. Ia merasa diberi ruang untuk memilih mata kuliah sesuai passion dan mengembangkan potensi diri. Selain itu, kepedulian sosial yang disalurkan melalui program-program di Himpunan Mahasiswa di MAKSI turut memberikan dampak positif, baik bagi masyarakat maupun lingkungan internal mahasiswa.
Perjalanan Menjadi Akuntan Publik
Sertifikasi Certified Public Accountant (CPA) untuk mendapatkan lisensi sebagai akuntan publik awalnya bukan sebuah hal yang familiar di mata Pandu. Seiring dengan berjalannya waktu, pengurus PPAk mensosialisasikan adanya waiver dan kemudahan bagi lulusan PPAk untuk memperoleh sertifikasi tersebut.
“Ini tidak mudah. Ujian pertama saya di tahun 2019 sempat tidak lulus dan di percobaan kedua saya baru berhasil mendapatkan sertifikat CPA non-signing,” ujar Pandu.
Setelah memperoleh sertifikasi ini, Pandu melanjutkan ke jenjang pendidikan S-2 di Magister Akuntansi FEB UGM dan setelah lulus ia bergabung dengan Telkom sebagai internal auditor. Kinerja yang ditunjukkan mengantarkannya sebagai salah satu auditor terbaik yang dikirim ke Kementerian BUMN untuk menjalani penugasan khusus.
Pada tahun 2024, ia kembali mengikuti ujian CPA signing (Akuntan Publik). Pandu menceritakan bahwa mengikuti ujian secara bertahap bukanlah hal yang mudah dan perlu mengulang beberapa kali. Ujian yang diikutinya adalah Workshop A dan Workshop B yang menitikberatkan pada pengetahuan teknis audit tingkat lanjut.
“Saya sempat merasa minder sebagai peserta termuda dan berpikir bahwa saya terlalu nekat mengikuti ujian Workshop. Beberapa peserta bahkan mengatakan bahwa belum saatnya saya mengikuti ujian dan sebaiknya memberi kesempatan terlebih dahulu kepada mereka yang lebih tua,” ungkapnya.
Namun, ia berprinsip jika bisa dilakukan saat ini mengapa tidak. Perjalanannya mendapatkan sertifikasi ini pun tidak diperoleh dengan mudah. Bahkan ia mengalami beberapa kali kegagalan dan perlu mengulang dalam beberapa mata ujian.
“Setelah beberapa kali gagal, akhirnya saya lulus untuk semua mata ujian pada Januari 2025. Perjalanan lulus ujian AP berlangsung selama satu tahun, dari Januari 2024 hingga Januari 2025,” ujar Pandu dengan bangga.
Berbicara mengenai tips untuk lulus ujian sertifikasi CPA, Pandu mengungkapkan bahwa penting untuk menanamkan niat dan menentukan tujuan yang jelas apakah ingin menjadi CPA (Certified Public Accountant) atau CA (Chartered Accountant).
“Tidak menutup kemungkinan teman-teman bisa mengambil keduanya secara simultan, itu lebih baik. Jadi untuk saran saya tentukan dulu yang pertama, teman-teman ini arahnya untuk mengambil CA atau CPA karena kedua ini membutuhkan tingkat konsentrasi yang tinggi,” ujarnya.
Dengan semakin berkembangnya dunia bisnis dan perusahaan-perusahaan Indonesia, Pandu percaya bahwa kebutuhan akan akuntan publik akan terus meningkat, meskipun tantangan besar seperti teknologi AI akan turut berperan. “Meskipun teknologi dapat menggantikan beberapa pekerjaan teknis, profesi akuntan publik masih sangat dibutuhkan, terutama dalam menjaga integritas dan profesionalisme,” pungkasnya.
Reportase: Shofi Hawa Anjani
Editor: Kurnia Ekaptiningrum
Sustainable Development Goals