Peran data science kian tak terelakkan dalam analisis ekonomi modern. Menurut Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sekaligus Research Professor di Chaoyang University of Technology Taiwan, Rezzy Eko Caraka, penguasaan data science menjadi fondasi penting bagi riset dan kebijakan publik yang berbasis bukti.
“Langkah awalnya untuk menguasai data science adalah mempelajari machine learning yang dimulai dengan penguasaan dasar-dasar statistika dan pemrograman untuk mengolah data,” jelas Rezzy.
Dalam acara I GET CODE 2025 Conference yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Magister Ekonomika Pembangunan (HIMMEP) FEB UGM pada Sabtu (23/8), Rezzy menyampaikan setelah mempelajari machine learning, peneliti dapat menentukan fokus kajian, baik pada ranah mikro maupun makro dengan dukungan ekonometrika untuk membangun dan menganalisis model. Ia juga menekankan bahwa data tetap menjadi inti dari analisis. Data yang akurat dan relevan akan membantu pemerintah maupun pembuat kebijakan mewujudkan layanan publik berbasis bukti, sekaligus memastikan praktik pengelolaan data yang baik.
Rezzy menyebut bahwa data dapat bisa diperoleh dari berbagai kanal seperti data mobile dan media sosial, publikasi akademik, data finansial dari Bloomberg atau lembaga lain, data pemerintah, hingga data multimedia. Data juga bisa dikumpulkan secara mandiri melalui survei, eksperimen, hasil laboratorium, maupun data satelit.
Salah satu contoh data yang ia soroti adalah data satelit yang diperoleh melalui metode remote sensing, atau teknik pengumpulan informasi data geospasial melalui satelit atau wahana udara seperti drone, balon, atau pesawat. Teknologi ini menghasilkan big data dengan cakupan masif dan multidimensi, yang bermanfaat untuk menganalisis infrastruktur, jejak urban, hingga wilayah pertanian. Data ini dapat diakses melalui lembaga internasional seperti NASA melalui Earth Science Data System (ESDS).
Rezzy menjelaskan big data bersifat luas, kompleks, dan bersumber dari berbagai kanal. Tantangan utamanya adalah menjaga agar data tetap bernilai meski bersifat umum, lalu diolah dengan analitik berbasis teknologi, matematika, dan komputasi. Dari proses ini, peneliti dapat menemukan pola tersembunyi, relasi implisit, hingga informasi penting yang mendukung pengambilan keputusan. Melalui data science inilah memungkinkan kuantifikasi perilaku manusia yang memberikan insight mengenai segmentasi pasar, perilaku konsumen, hingga strategi pemasaran.
Rezzy memaparkan salah satu penelitiannya mengenai pemanfaatan AI untuk deteksi dini kanker serta perencanaan pembangunan pusat kanker di Indonesia. Penelitian tersebut menggunakan data hasil remote sensing untuk menganalisis faktor seperti elevasi, kemiringan, suhu, jarak, serta kedekatan dengan sumber air, guna mengidentifikasi lokasi yang paling tepat untuk pendirian fasilitas kanker. Selain itu, analisis big data juga memungkinkan estimasi tingkat kerentanan populasi di suatu wilayah terhadap kanker, yang menjadi dasar pertimbangan dalam pembangunan pusat layanan kesehatan.
Meski begitu, Rezzy mengingatkan agar AI tidak dijadikan penentu tunggal kebijakan, tetapi sebagai pendukung riset. Sebab, keputusan tetap harus berada di tangan manusia, karena validasi terhadap kebenaran dan logika data tidak dapat sepenuhnya digantikan oleh mesin. “Sistem AI harus didesain untuk menyediakan indikasi, pola, atau anomali. Tetapi keputusan final harus tetap dilakukan oleh manusia, termasuk melalui proses cross-checking manual,” pungkasnya.
Reportase: Najwah Ariella Puteri
Editor: Kurnia Ekaptiningrum
Sustainable Development Goals
