Kemampuan berkomunikasi efektif, memahami diri, dan menyampaikan nilai secara meyakinkan menjadi kunci sukses dalam proses wawancara kerja. Kesadaran inilah yang ingin ditumbuhkan melalui kegiatan Mandatory Soft Skills: Interview Skills, yang digelar Career and Student Development Unit (CSDU) FEB UGM bersama Lutfi Anggriawan, MR 5, CFP, CHRM, Branch Office Head (Assistant Vice President) BRI Cabang Yogyakarta Cik Ditiro yang juga alumni Manajemen FEB UGM.
Lutfi, menyampaikan interview skills merupakan kemampuan kandidat untuk mempresentasikan diri dan kompetensinya secara efektif dalam proses wawancara, termasuk dalam komunikasi verbal, non-verbal, serta kemampuan menjawab pertanyaan dengan tepat dan terarah. Wawancara bukan sekadar menjawab pertanyaan dari pewawancara, melainkan tentang bagaimana seseorang menunjukkan siapa dirinya, cara berpikirnya, dan bagaimana membawa nilai-nilai pribadinya ke dalam dunia profesional.
“Kesiapan wawancara bukan hasil dari hafalan, melainkan dari proses refleksi dan persiapan mendalam yang mencakup pengetahuan tentang diri sendiri dan perusahaan yang dituju,” ujarnya, Jum’at (7/11/2025) di FEB UGM.
Lutfi menjelaskan bahwa langkah awal dalam mempersiapkan wawancara adalah melakukan riset mendalam mengenai perusahaan dan posisi yang dilamar. Dengan memahami latar belakang, visi, dan nilai organisasi, kandidat dapat menyesuaikan jawaban serta sikapnya agar sejalan dengan budaya perusahaan. Selain itu, peserta juga perlu menyiapkan self-branding atau citra diri yang ingin ditampilkan.
Lebih lanjut, ia mendorong peserta untuk meninjau kembali pengalaman dan prestasi yang relevan sebagai bahan refleksi diri. Setiap pengalaman akademik, organisasi, maupun kegiatan sosial dapat menjadi bukti konkret kompetensi seseorang. Di samping itu, kesiapan wawancara juga mencakup kemampuan soft skill seperti komunikasi, empati, dan kerja sama, serta kesiapan teknis berupa kelengkapan dokumen dan penampilan profesional. Etika menjadi hal yang tak kalah penting, karena kesopanan, ketepatan waktu, dan sikap hormat terhadap pewawancara merupakan bentuk penghargaan terhadap proses seleksi.
Untuk melatih rasa percaya diri, Lutfi menyarankan agar mahasiswa melakukan simulasi wawancara di depan cermin. Melalui latihan sederhana ini, peserta dapat memperhatikan ekspresi wajah, intonasi suara, dan bahasa tubuh mereka agar terlihat natural dan meyakinkan. Ia juga mendorong mahasiswa untuk aktif mengikuti career days atau pameran rekrutmen sebagai sarana berlatih langsung berinteraksi dengan perusahaan. Kegiatan tersebut, menurutnya, tidak hanya membuka peluang karier tetapi juga menjadi pengalaman belajar nyata dalam menghadapi dunia kerja.
Lutfi turut menyoroti empat aspek utama yang menjadi kunci keberhasilan wawancara, yaitu creative and analytical thinking, empathy and active listening, motivation and self-awareness, serta resilience, flexibility, and agility. Keempat kemampuan ini,menjadi fondasi penting bagi mahasiswa untuk menghadapi tantangan dunia kerja yang dinamis. Untuk menunjukkan kemampuan berpikir kreatif dan analitis, ia pun memperkenalkan teknik STARyang terdiri dari Situation, Task, Action, dan Result. Teknik ini membantu kandidat menjawab pertanyaan dengan terstruktur dan fokus pada hal yang ingin dinilai oleh pewawancara.
Sebagai contoh, ketika pewawancara menanyakan “Ceritakan tantangan terbesar yang pernah kamu hadapi dan bagaimana kamu menyelesaikannya,” banyak kandidat cenderung menjawab dengan cerita panjang yang tidak terarah. Padahal, yang ingin diketahui pewawancara adalah bagaimana seseorang berpikir, membuat keputusan, dan bertindak dalam situasi nyata. Dengan menggunakan teknik STAR, kandidat dapat menjelaskan konteks situasi yang dihadapi, tanggung jawab yang diemban, tindakan yang diambil, serta hasil yang diperoleh. Pendekatan ini membantu pewawancara menilai kemampuan analitis, reflektif, dan cara kerja kandidat secara konkret.
Lebih lanjut, Lutfi juga memaparkan empat tahapan umum dalam proses wawancara kerja yang biasanya digunakan oleh tim Human Resource. Tahapan pertama adalah pertanyaan umum atau perkenalan diri, di mana kandidat diminta memperkenalkan latar belakang pendidikan, pengalaman, serta nilai-nilai yang dimiliki. Tahap kedua mencakup pertanyaan kompetensi, yang berfokus pada kemampuan teknis dan pengalaman kerja nyata yang relevan dengan posisi yang dilamar. Selanjutnya, tahap ketiga berisi pertanyaan kepribadian dan sikap kerja, yang menilai karakter, etika, serta cara seseorang beradaptasi dan bekerja sama dalam tim. Tahap keempat adalah pertanyaan tujuan dan harapan, yang mengungkap motivasi kandidat, arah karier yang ingin dicapai, serta kesesuaian antara aspirasi pribadi dengan visi perusahaan.
Selain berpikir kritis dan analitis, Lutfi juga menekankan pentingnya kemampuan adaptasi dan empati. Adaptabilitas mencerminkan kemampuan seseorang untuk menerima perubahan, belajar cepat, dan tetap produktif, sementara empati menunjukkan kepekaan dalam memahami perasaan dan kebutuhan orang lain. Menurutnya, dua kemampuan ini saling melengkapi, adaptasi membantu seseorang menghadapi perubahan lingkungan kerja, sedangkan empati membantu memahami dampaknya terhadap rekan kerja atau tim. Dalam wawancara, menunjukkan sikap adaptif dan empatik menjadi bukti kematangan karakter serta kesiapan bekerja dalam lingkungan yang beragam.
Reportase: Orie Priscylla Mapeda Lumalan
Editor: Kurnia Ekaptiningrum


