• Tentang UGM
  • SIMASTER
  • SINTESIS
  • Informasi Publik
  • SDGs
  • Bahasa Indonesia
    • Bahasa Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
  •  Tentang Kami
    • Sekilas Pandang
    • Sejarah Pendirian
    • Misi dan Visi
    • Nilai-Nilai
    • Pimpinan Fakultas
    • Pimpinan Senat
    • Pimpinan Departemen
    • Pimpinan Program Studi
    • Pimpinan Unit
    • Dewan Penasihat Fakultas
    • Laporan Tahunan
    • Fasilitas Kampus
    • Identitas Visual
    • Ruang Berita
    • Dies Natalis ke-70
  • Program Akademik
    • Program Sarjana
    • Program Magister
    • Program Doktor
    • Program Profesi
    • Program Akademik Singkat
    • Program Profesional & Sertifikasi
    • Program Sarjana Internasional (IUP)
    • International Doctorate in Business (IDB)
    • Kalender Akademik
    • Ruang dan Kegiatan
  • Fakultas & Riset
    • Keanggotaan Fakultas
    • Akreditasi Fakultas
    • Jaringan Internasional
    • Dosen
    • Profesor Tamu dan Rekan Peneliti
    • Staf Profesional
    • Publikasi
    • Jurnal Yang Diterbitkan
    • Makalah Kerja
    • Bidang Kajian
    • Unit Pendukung
    • Kemitraan Konferensi Internasional
    • Call for Papers
    • Pengabdian Kepada Masyarakat
    • Perpustakaan
  • Pendaftaran
  • Home
  • Berita

Krisis Iklim dan Peran Energi Terbarukan

  • Berita
  • 3 Agustus 2020, 13.40
  • Oleh : Admin
Andhyta Firselly

Fakta dan fenomena yang ada di dunia menunjukkan bahwa perubahan iklim itu nyata adanya. Perubahan iklim yang terjadi berdampak sangat luas pada kehidupan masyarakat. Kenaikan suhu bumi mengubah sistem iklim sehingga berpengaruh terhadap perubahan alam dan kehidupan manusia, seperti kualitas dan kuantitas air, habitat, hutan, kesehatan, lahan pertanian, hingga ekosistem wilayah pesisir. Mengusung isu tersebut, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) bekerja sama dengan Star Energy Geothermal, produsen energi panas bumi terbesar di Indonesia, menyelenggarakan Kuliah Umum dengan topik “Peran Perubahan Iklim dan Energi Terbarukan”. Kuliah umum tersebut dilaksanakan pada hari Kamis (30/07/2020) secara daring melalui aplikasi Zoom Meetings.

Dimensi dan aspek yang memengaruhi krisis iklim menjadi bahasan utama dalam kuliah umum tersebut. Krisis iklim terjadi sebagai akibat aktivitas manusia di abad 20, salah satunya terkait kegiatan bisnis manusia. Dekan FEB UGM, Eko Suwardi, M.Sc., Ph.D, mengatakan dalam sambutannya bahwa dalam membangun sebuah bisnis, sangat penting untuk memperhatikan keberlanjutan bisnis tersebut. “Diskusi climate change sangat bermanfaat bagi kita sebagai pribadi dan semua civitas academika. Pemahaman kuliah pada hari ini akan memberi perspektif dari konservasi alam, renewability yang ada, dan bisa mempertahankan bisnis yang sustainability. Kerja sama dengan Star Energy akan menambah confident kami karena Star Energy adalah perusahaan yang reputable dalam hal new energy, karena bisnis juga harus memperhatikan keberlanjutan bisnis, keberlanjutan manusia”, kata Eko.

Sesi kuliah umum dimulai dengan pemaparan tentang krisis iklim oleh Andhyta Firselly Utami selaku Environmental Economist di World Bank. Andhyta membuka diskusi dengan membawa masalah kurangnya kesadaran manusia terkait dengan krisis iklim. “Dampak dari krisis iklim udah banyak di sekitar kita, tapi kebanyakan manusia menganggap ini adalah bencana alam, tak menganggap bahwa ini bukan kesalahan manusia”, papar Andhyta.

Kesalahpahaman yang lain menurutnya adalah banyak masyarakat yang menyepelekan situasi yang berubah, misalnya terkait kenaikan suhu. Padahal, meningkatnya suhu bumi bila tidak dapat ditekan dari sekarang, bisa berdampak masif terhadap kerusakan yang akan terjadi di masa yang akan datang. Menurutnya, kenaikan suhu akan berdampak besar pada 60 sampai 80 tahun ke depan. Ia menyampaikan sebuah data yang menyatakan 97% ilmuwan sepakat bahwa kegiatan manusia menyumbang pemanasan global. Asia sebagai emerging market, menjadi sumber terbesar penghasil emisi di dunia. Indonesia sendiri mendapat predikat penghasil emisi ke-4 terbesar di dunia dan mewakili 4,8% dari total emisi global dunia pada tahun tersebut. Maka dari itu, menurutnya, Indonesia punya peran yang sangat penting, terutama untuk menurunkan emisi gas rumah kaca. Ia mengkritisi terkait luaran ekonomi yang dihasilkan dari pengeluaran karbon di Indonesia.

“91% emisi Indonesia dari sektor lahan dan energi, baik itu pembukaan hutan, pembakaran lahan, dan pemakaian energi, tapi bila dikaitkan dengan ekonomi, dari setiap karbon yang dikeluarkan, Indonesia sedikit sekali dalam luaran ekonomi”, kritiknya. Padahal, pemerintah Indonesia saat ini telah menandatangani Perjanjian Paris, kesepakatan global yang monumental untuk menghadapi perubahan iklim, dan berkomitmen untuk mengurangi emisi sebesar 29% sampai 41% pada tahun 2030.

“Terkadang kita masih susah menyeimbangkan sosial dan ekonomi, tapi ekonomi yang berkelanjutan harus memerhatikan environment dulu”, tegasnya terkait kondisi sosial ekonomi di Indonesia. Menurutnya, hal ini dikarenakan krisis iklim di Indonesia bukan hal yang diprioritaskan karena isu ini tidak dekat dengan masyarakat. Seharusnya isu ini harus menjadi perhatian semua orang karena bersifat sangat penting untuk menjadi concern seluruh masyarakat.

Terkait peran masyarakat saat ini, ia mengungkapkan bahwa masyarakat bisa memilih karir yang berkontribusi secara langsung dan tidak langsung, baik di sektor privat maupun pemerintah untuk berkontribusi mengambil kebijakan terkait iklim dalam kedua sektor tersebut.

“Citizen engagement kita dalam berpolitik juga berpengaruh karena itu bisa menentukan arah kebijakan energi terbarukan di Indonesia. Untuk entrepreneur, bisa mengembangkan suatu bisnis atau solusi yang memerhatikan lingkungan dan memerhatikan emisi untuk keberlanjutan di masa yang akan datang”, pungkasnya.

Materi selanjutnya disampaikan oleh Merely, Kepala Bagian Keuangan dan Administrasi Star Energy Geothermal. Ia menyampaikan apa yang bisa dilakukan untuk menangani krisis iklim dan bagaimana peran Star Energy untuk mengatasi hal tersebut. Ia mengawali pemaparan dengan informasi terkait kondisi iklim yang menurutnya saat ini sudah cukup mengerikan. “Jika tidak melakukan sesuatu, 15 sampai 80 tahun ke depan kita akan bisa bayangkan apa yang terjadi kepada generasi selanjutnya”, ungkap Merely.

Kondisi yang paling mengkhawatirkan akibat penggunaan energi fosil tersebut adalah efek rumah kaca. Menurutnya, pemerintah harus berupaya untuk mengurangi hal ini, salah satunya dengan menggunakan energi panas bumi. “Energi geothermal merupakan energi non-fosil di mana dapat menurunkan emisi karbon. Sebab, energi ini termasuk environmental friendly, green energy, karena memiliki emisi yang paling kecil dari pada energi fosil”, papar Merely.

Ia mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki kandungan resources yang sangat besar dari sisi geothermal, apabila bisa dikembangkan akan berdampak efektif mengurangi emisi karbon dan mengurangi krisis iklim tersebut. Ia menyayangkan bahwa kontribusi dan konsumsi energi geothermal di Indonesia saat ini masih cukup kecil, sebesar 8,17%, dan pembangkit energi geothermal di Indonesia juga masih sedikit. Menurutnya, hal ini termasuk kategori yang kecil dan belum bisa dikatakan optimal, terkait dengan komitmen Indonesia untuk menuju target renewable energy pada tahun 2025 sebesar 23% dan pada tahun 2050 sebesar 50%.

“Economic development, environment preservation, dan reduction synergy menjadi pilar utama dari kami untuk masyarakat setempat sehingga masyarakat setempat memiliki kualitas yang bersaing, demi mewujudkan Indonesia yang ramah lingkungan”, pungkasnya.

Sumber: Sony Budiarso/Leila Chanifah Z.

Views: 895

Related Posts

Kunjungan Osnabrück University ke FEB UGM

FEB UGM Kenalkan UMKM dan Industri Kreatif di Yogyakarta Pada Mahasiswa Osnabrück University 

Berita Selasa, 28 Oktober 2025

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) menerima kunjungan mahasiswa dari Osnabrück University, Jerman pada Selasa (21/10/2025). Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi mahasiswa asing untuk mempelajari secara langsung dinamika ekonomi lokal, inovasi industri kreatif, dan nilai keberlanjutan dari ekosistem UMKM di Kota Yogyakarta.

Lokasi mitra industri pertama yang dikunjungi adalah Mazaraat Artisan Cheese, bisnis keluarga dalam pembuatan keju dengan produksi manual.

Pelatihan Penanganan Disabilitas

Komitmen Wujudkan Kampus Inklusif, FEB UGM Gelar Workshop Penanganan Disabilitas

Berita Selasa, 28 Oktober 2025

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) menyelenggarakan Workshop Penanganan Disabilitas pada 21–23 Oktober 2025 di Faculty Meeting Room, lantai 5 Gedung Magister Manajemen FEB UGM.

IUP Parents Meeting FEB UGM

Perkenalkan Program Mobilitas Internasional, FEB UGM Gelar IUP Parents Meeting 2025

Berita Senin, 27 Oktober 2025

Dalam rangka memperkenalkan mobilitas internasional untuk mahasiswa International Undergraduate Program (IUP), Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) melalui Unit Global Relations and Mobility Office (GREAT) menyelenggarakan IUP Parents Meeting pada Sabtu (18/10/2025) di Ruang Alumni Corner, FEB UGM.

ACCA

Calon Akuntan Harus Adaptif di Tengah Transformasi Global

Berita Senin, 27 Oktober 2025

Perkembangan teknologi membawa perubahan pada lanskap kehidupan, termasuk masa depan profesi akuntan. Kehadiran kecerdasan buatan (AI) hingga meningkatnya fragmentasi geoekonomi menjadi sinyal bagi calon akuntan untuk segera beradaptasi di tengah dinamika global yang semakin kompleks.

Hal tersebut disampaikan oleh Business Relationship Manager Association of Chartered Certified Accountants (ACCA) Indonesia, Afif Alfarizi dalam ACCA University Info Session 2025 di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM), Kamis (23/10/2025) di Auditorium Gedung Pusat Pembelajaran FEB UGM.

Berita Terkini

  • FEB UGM Kenalkan UMKM dan Industri Kreatif di Yogyakarta Pada Mahasiswa Osnabrück University 
    28 Oktober, 2025
  • Komitmen Wujudkan Kampus Inklusif, FEB UGM Gelar Workshop Penanganan Disabilitas
    28 Oktober, 2025
  • Perkenalkan Program Mobilitas Internasional, FEB UGM Gelar IUP Parents Meeting 2025
    27 Oktober, 2025
  • Calon Akuntan Harus Adaptif di Tengah Transformasi Global
    27 Oktober, 2025
  • Kisah Fajar Munichputranto, Mahasiswa Double Degree MBA FEB UGM Penerima Beasiswa LPDP
    24 Oktober, 2025

Agenda

  • 29Okt Seminar: Climate Change Navigation in Indonesia
All Events
Universitas Gadjah Mada

Universitas Gadjah Mada
Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Jln. Sosio Humaniora No.1, Bulaksumur, Yogyakarta, Indonesia 55281

Peta & Arah
Informasi Kontak Selengkapnya

Direktori Fakultas

  • Informasi Publik
  • Manajemen Ruang
  • Manajemen Aset
  • Manajemen Makam

Mahasiswa

  • Komunitas Mahasiswa
  • Layanan Mahasiswa
  • Asrama Mahasiswa
  • Pengembangan Karir
  • Paparan Internasional
  • Beasiswa
  • Magang

Alumni

  • Komunitas Alumni
  • Layanan Alumni
  • Pelacakan Studi
  • Pekerjaan & Magang
  • Beasiswa

Social Media

© 2025 Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM

Kebijakan PrivasiPeta Situs

💬 Butuh bantuan?
1
FEB UGM Official WhatsApp
Halo 👋
Bisakah kami membantu Anda?
Buka percakapan
[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju