Tidak semua orang berani meninggalkan zona nyaman demi mengejar panggilan baru. Fajar Munichputranto, mahasiswa Program Magister Manajemen FEB UGM sekaligus penerima Beasiswa LPDP, memilih langkah itu. Dari dunia perbankan hingga memimpin perusahaan energi terbarukan, kini ia menempuh program double degree di The University of Queensland untuk memperdalam ilmu manajemen dan keberlanjutan.
Lulusan Teknologi Industri Pertanian IPB University ini memulai kariernya di industri perbankan dan menapaki jenjang profesional selama enam tahun. Namun di tengah rutinitas kerja, muncul dorongan untuk melakukan sesuatu yang lebih berdampak bagi masyarakat dan lingkungan. Kesempatan itu datang ketika ia memutuskan bergabung dengan bisnis keluarga di bidang waste-to-energy, sektor yang berfokus pada konversi limbah organik menjadi energi terbarukan.
Sebagai Wakil Direktur di PT Cipta Visi Sinar Kencana, Fajar bertanggung jawab atas perencanaan dan perancangan teknis proyek yang melibatkan berbagai perusahaan multinasional. Dari pengalaman tersebut, ia semakin memahami bahwa pengelolaan sampah bukan hanya soal teknologi dan infrastruktur, tetapi juga soal strategi bisnis dan kesadaran masyarakat.
Kesadaran itu menjadi titik balik dalam perjalanan kariernya. Fajar kemudian memutuskan untuk memperdalam ilmu manajemen melalui Program International MBA FEB UGM di tahun 2023 dengan skema double degree. Menurutnya, program ini adalah pilihan yang tepat untuk memperluas wawasan lokal dan global serta mengembangkan pendekatan bisnis yang berkelanjutan.
“Saya juga ingin belajar bagaimana negara lain mengelola sampah sembari mencari pendekatan yang dapat saya terapkan di Indonesia,” jelasnya yang saat dihubungi masih menjalani program double degree di The University of Queensland.
Perjalanan Fajar tidak berhenti di situ. Keinginannya untuk belajar dan berkontribusi lebih luas terhadap Indonesia membawanya meraih Beasiswa LPDP, salah satu program beasiswa bergengsi dan kompetitif di tanah air. Namun, jalan menuju sana tidaklah mudah. Ia sempat merasa gugup menghadapi seleksi, terutama karena ia belum memiliki Letter of Acceptance saat wawancara. Begitu pun saat menulis esai, ia menghadapi tantangan menyusun arah tujuan dan kontribusi terhadap Indonesia dengan jelas.
“Saya mengangkat isu pengelolaan sampah, karena saya terjun langsung di usaha waste to energy. Saya ingin membawa insight baru tentang edukasi masyarakat dan perilaku konsumen terkait pemilahan sampah,” ujarnya.
Ia pun membagan tips bagi pendaftar LPDP double gegree fokus pada isu yang relevan dengan kondisi Indonesia.
“Pilih topik yang relevan dengan permasalahan khas Indonesia yang dapat dikaji dari perspektif global. Yang kedua adalah sabar, karena kuliah double degree itu panjang dan menantang. Prosesnya tidak secepat program reguler, tapi hasilnya sangat berharga,” pungkasnya.
Pengalamannya bekerja enam tahun di dunia perbankan juga menjadi modal penting. Ia bersyukur pengalaman tersebut sangat membantunya dalam berkomunikasi karena dituntut untuk menyampaikan laporan dengan efisien.
“Kebiasaan inilah yang melatih saya untuk menjawab pertanyaan secara terstruktur dan berbobot saat wawancara LPDP. Panelis bisa langsung tahu apakah jawaban kita meyakinkan atau tidak. Jadi, kemampuan menyampaikan ide dengan ringkas tapi tajam itu penting sekali,” ungkapnya.
Ketika ditanya alasannya memilih The University of Queensland (UQ) sebagai kampus tujuan program double degree, ia menjelaskan bahwa kampus tersebut memiliki riset yang kuat di bidang consumer behavior. Hal ini sangat relevan dengan minatnya dalam upaya mengubah perilaku konsumen dalam mengelola sampah.
“Di kampus ini, setiap ide bisnis dikembangkan lewat tahapan yang jelas, mulai dari ide, validasi, pitching, hingga mendapatkan early revenue. Spirit kewirausahaannya tinggi sekali. UQ memiliki ekosistem kewirausahaan yang sangat aktif melalui UQ Ventures dan saya ikut bergabung di sana,” ujarnya.
Bagi Fajar, FEB UGM memiliki peran besar dalam membentuk cara berpikirnya. Nilai integritas, profesionalisme, dan kesetaraan menjadi pegangan penting dalam dunia kerja maupun akademik. Pengalamannya menjalani kuliah double degree di luar negeri juga membentuknya untuk dapat menghargai perbedaan terutama dalam diskusi antarbudaya dan membuahkan hasil yang komprehensif dan berkualitas.
Reportase: Shofi Hawa Anjani
Editor: Kurnia Ekaptiningrum
Sustainable Development Goals
