![](https://feb.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/47/2025/02/Cover-Pemanfaatan-AI-Baru.png)
Di era digital ini, penggunaan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) bukan lagi sebuah hal yang tabu. AI kini telah hadir di berbagai aspek kehidupan kita sehari-hari, termasuk dunia pendidikan. Meskipun banyak muncul permasalahan terkait etika dan dampak penggunaan AI di dunia pendidikan, perkembangan teknologi ini tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, untuk memfasilitasi tenaga pendidik dalam mengintegrasikan AI ke dalam pembelajaran dan penelitian, Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB UGM) mengadakan pelatihan bertajuk “Workshop Pemanfaatan AI” yang berlangsung di Ruang Kertanegara pada Rabu, 5 Januari 2025.
Pakar Teknologi Informasi dari Fakultas Teknik UGM, Prof. Dr. Ir. Ridi Ferdiana, S.T., M.T., IPM., menjelaskan bahwa saat ini manusia berada di era generative artificial intelligence (GenAI). Teknologi seperti ChatGPT atau Deepseek yang muncul belakangan ini memungkinkan individu untuk menghasilkan teks, video, foto, atau audio dengan mudah menggunakan bantuan AI yang bekerja layaknya otak manusia. Hal ini tentunya mempermudah pekerjaan manusia. Namun, seiring dengan kemudahan tersebut, muncul pula permasalahan terkait privasi data, di mana penggunaan AI gratis seringkali mengorbankan data pribadi.
AI untuk Pembelajaran
Ridi menjelaskan terdapat sepuluh jenis implementasi AI dalam pembelajaran. Beberapa diantaranya possibility engine yang menghasilkan ide alternatif, socratic opponent yang bertindak sebagai lawan debat untuk mengembangkan diskusi, collaboration coach yang membantu menyelesaikan masalah bersama, dan guide on the side sebagai pembimbing dalam pembelajaran. Selain itu, ada juga personal tutor yang bertindak sebagai tutor pribadi, co-designer yang membantu proses desain, exploratorium yang berfungsi sebagai wadah untuk eksplorasi data, study buddy yang membantu mahasiswa belajar sesuai tingkat pemahaman mereka, motivator yang memberikan tantangan dalam proses belajar, serta dynamic assessor yang berfungsi sebagai asesor siswa.
Ridi menyarankan agar pemula dapat mulai mengeksplorasi beragam alat AI dan menggunakannya sesuai dengan tugas yang dihadapi, misal menggunakan ChatGPT untuk menghasilkan keluaran teks dan DALL-E untuk keluaran gambar. Kemudian, penting juga mempelajari teknik prompting sesuai dengan kerangka kerja yang telah dijelaskan, serta memahami bahwa hasil dari AI tidak selalu benar dan masih memerlukan pemeriksaan manual oleh manusia.
Dengan banyaknya implementasi AI di dunia pembelajaran ini, penting bagi para pengguna AI, khususnya dosen, untuk mempelajari cara berkomunikasi dengan AI yang tepat agar dapat menghasilkan keluaran yang memuaskan. Metode ini dikenal dengan nama prompting, yaitu suatu teknik penggunaan AI dengan memberikan instruksi spesifik kepada AI untuk memperoleh informasi baru atau mencapai tujuan tertentu.
Teknik Prompting Efektif
Teknik prompting ini pun tidak sembarangan, terdapat kerangka kerja yang harus diikuti untuk mengoptimalkan penggunaannya. Dosen Departemen Akuntansi FEB UGM, Gunawan Wibisono, M.Acc., CA., CMA., menjelaskan beberapa elemen penting dalam prompting yang efektif. Pertama, pengguna perlu mendefinisikan tugas atau tujuan yang ingin dicapai, menentukan persona atau peran yang diinginkan dari AI, menentukan jenis keluaran yang diinginkan seperti teks, video, hingga gambar, serta menentukan tingkat keahlian yang dibutuhkan untuk menghasilkan keluaran tersebut.
Kedua, pengguna perlu memberikan konteks atau latar belakang yang sangat detail, menentukan gaya atau format keluaran, serta memberikan batasan informasi untuk membimbing AI agar tidak memasukkan informasi yang kurang relevan.
Ketiga, pengguna perlu memberikan referensi, seperti sumber referensi dari silabus atau tugas sebelumnya, memberikan data atau informasi rujukan yang relevan, menentukan struktur yang diinginkan, serta memberikan referensi sumber bacaan eksternal seperti jurnal, buku, atau database.
Keempat, pengguna perlu melakukan evaluasi terhadap keluaran yang dihasilkan oleh AI. Hal ini dilakukan dengan memeriksa akurasi, relevansi, struktur, format, serta kedalaman dan kompleksitas informasi. Pengguna dapat melakukan evaluasi secara manual atau dengan memasukkan prompt evaluasi tambahan.
Kelima, jika pengguna masih belum puas dengan hasil yang diberikan, pengguna dapat melakukan iterasi atau pengulangan, yaitu dengan memasukkan kembali prompt dengan terlebih dahulu merevisi kalimatnya, serta menggunakan framing atau analogi yang tepat. Kelima elemen ini dapat dimasukkan ke dalam satu prompt untuk menghasilkan keluaran yang memuaskan.
Menariknya, Gunawan juga menjelaskan bahwa kini seseorang tidak perlu menguasai coding terlebih dahulu untuk dapat membuat agen AI. Sebagai contoh, ia menunjukkan bagaimana agen AI dapat dibuat hanya dengan menggunakan ChatGPT dan prompt yang baik untuk menghasilkan Agen AI yang dapat membantu proses koreksi tugas dan belajar mahasiswanya. Namun, ia menyarankan agar para dosen menghindari penggunaan AI gratis karena adanya risiko terhadap privasi. Sebagai alternatif, UGM menyediakan layanan AI yang gratis dan aman melalui Copilot Microsoft 365 UGM. Selain itu, dosen juga dapat memanfaatkan Scopus AI untuk membantu dalam pencarian ide penelitian dan reviu literatur.
Reportase: Najwah Ariella Puteri
Editor: Kurnia Ekaptiningrum
Sustaninable Development Goals