
Bisnis yang sukses jarang lahir dari keberuntungan semata. Ia dibangun dari perencanaan yang matang, peta strategi yang jelas, dan kemampuan membaca risiko. Hal tersebut mengemuka dalam sesi Developing Business Mindset (DBM) untuk mahasiswa baru Pionir Simfoni FEB UGM 2025 pada Rabu (6/8). Sesi ini menjadi bekal awal bagi mahasiswa baru untuk mulai mengembangkan pola pikir kewirausahaan (business mindset) dan mengenal bagaimana sebuah ide dapat diwujudkan menjadi model bisnis yang strategis dan berkelanjutan.
Dosen Departemen Manajemen FEB UGM, Azellia Alma Shafira, S.E., M.Sc., membagikan pengetahuan tentang The Art of Business Model Canvas (BMC) kepada mahasiswa baru FEB UGM. Wanita yang akrab disapa Selly ini membedah The Art of Business Model Canvas (BMC), alat strategis yang dikembangkan oleh Strategyzer asal Swiss, untuk membantu pebisnis menerjemahkan konsep, konsumen, infrastruktur, hingga keuangan dalam bentuk elemen visual.
“BMC ini mirip dengan business plan namun tidak ada unsur eksakta, hanya ada strategis dan sifatnya fleksibel sesuai kondisi bisnis. Alat ini berguna untuk mendeskripsikan, mendesain, dan mengubah model bisnis secara koheren,” tambahnya.
“BMC itu seperti business plan, tapi tanpa rumus eksakta. Ia fleksibel, strategis, dan bisa berubah sesuai kondisi,” jelasnya.
Selly memaparkan tiga pilar utama BMC yaitu desirability (pasar dan konsumen), feasibility (kapabilitas internal), dan viability (struktur biaya serta aliran pendapatan). “Bisnis yang ideal adalah yang memiliki ketiga komponen ini sekaligus,” tambahnya.
Selly memaparkan BMC didesain dengan membagi tiga unsur. Pertama, desirability yang mendeskripsikan pasar dan konsumen/eksternal. Kedua, feasibility yang mendeskripsikan kapabilitas bisnis atau internal. Terakhir, vability yang mencakup struktur biaya dan aliran pendapatan.
“Model bisnis yang ideal adalah bisnis yang memiliki ketiga komponen utama ini. Mereka memiliki produk yang dibutuhkan dan diinginkan pasar, mampu memproduksi dan menyampaikan produk, serta memiliki potensi keuntungan,” jelasnya.
Dalam proses pengerjaan BMC, Selly memberikan beberapa tips penting. Mulai dari penggunaan poin-poin singkat dan angka, memastikan hubungan antar blok logis dan saling berkaitan, menyampaikan narasi yang koheren, mengenali pemahaman dan ekspektasi audiens, serta menghindari jargon yang tidak perlu.
“The best planner never plans for the best, they plan for the worst,” tuturnya menekankan pentingnya perencanaan bisnis yang realistis dan adaptif.
Reportase: Shofi Hawa Anjani
Editor: Kurnia Ekaptiningrum