
Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB UGM) bekerja sama dengan Organization for Economic Co-Operation and Development (OECD) dan Forum Kajian Pembangunan menggelar acara diskusi “SinarKu: OECD Economic Survey of Indonesia” pada Selasa (4/3/2025) di Lantai 8 Gedung Pusat Pembelajaran FEB UGM. Acara ini menghadirkan Andrea Goldstein dan Charles Dennery dari OECD sebagai pembicara utama yang membahas hasil survei OECD terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selain itu, turut hadir sebagai diskusan, yaitu Dian Ari Ani dari Bank BPD DIY, dan Sekar Utami Setiastuti dari FEB UGM.
Organisation for Economic Co-Operation and Development (OECD) adalah organisasi internasional yang dibentuk untuk membantu negara-negara di dunia mengidentifikasi solusi kebijakan, menetapkan standar global, serta berbagi pengalaman dan praktik terbaik untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. Andrea Goldstein menegaskan bahwa prioritas utama OECD di wilayah Indo-Pasifik adalah konektivitas, digitalisasi, dan perubahan iklim. Indonesia, sebagai negara dengan penduduk terbesar di Asia Tenggara, merupakan salah satu mitra kunci OECD di Indo-Pasifik. Selain itu, Indonesia juga merupakan negara Asia Tenggara pertama yang mengajukan aksesi keanggotaan OECD, dengan diskusi aksesi yang telah menunjukkan perkembangan signifikan sejak dibuka di 2024.
Laporan Survei Ekonomi OECD Indonesia
Charles Dennery memaparkan hasil riset OECD terhadap Indonesia. Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita Indonesia telah mengalami peningkatan pesat sejak tahun 2000, yaitu mencapai 16.000 USD pada 2023, mendekati rata-rata negara Asia Tenggara lainnya. Kebijakan moneter yang diterapkan pemerintah Indonesia juga telah berhasil menurunkan angka inflasi yang sempat melonjak pada 2022. Diproyeksikan, pertumbuhan ekonomi yang positif ini akan berlanjut hingga 2025, yang didukung oleh peningkatan PDB riil, penurunan inflasi, serta peningkatan rasio government financial balance Indonesia.
Namun, cukup disayangkan Indonesia masih tertinggal dalam sektor pendidikan. Hal ini dibuktikan oleh skor PISA Indonesia yang rendah dibandingkan negara OECD lainnya. Programme for International Student Assessment (PISA) adalah salah satu program inisiasi OECD yang bertujuan untuk mengevaluasi dan membandingkan keterampilan serta pengetahuan siswa dari berbagai negara di dunia, dalam bidang membaca, matematika, dan sains. Oleh karena itu, sebagai upaya peningkatan kualitas siswa di Indonesia, pemerintah perlu mengurangi beban biaya pendidikan yang dikeluarkan oleh keluarga agar angka partisipasi sekolah serta performa akademik siswa dapat meningkat.
Selain itu, partisipasi perempuan dalam dunia kerja di Indonesia masih tergolong rendah. Untuk meningkatkan keterlibatan perempuan, diperlukan kebijakan cuti melahirkan yang lebih baik agar pekerja perempuan tidak lagi mengalami diskriminasi di dunia kerja. Deregulasi juga dinilai penting untuk dapat meningkatkan daya saing pasar dan menarik lebih banyak investasi asing (Foreign Direct Investment/FDI). Di sisi lain, adopsi teknologi digital masih terbatas di banyak perusahaan di Indonesia. Padahal, digitalisasi mampu meningkatkan efisiensi dan daya saing di pasar global. Untuk mendorong hal tersebut, pemerintah perlu memperkuat infrastruktur telekomunikasi guna memastikan akses internet yang cepat dan terjangkau.
Dalam upaya mencapai target penurunan emisi karbon, pemerintah perlu mempercepat transisi ke energi terbarukan dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Salah satu langkah yang dapat dilakukan, yaitu dengan penerapan pajak karbon guna mendorong dekarbonisasi sektor listrik yang hingga saat ini masih enam puluh persen bergantung pada batubara. Selain pajak karbon, pemerintah dapat menerapkan kebijakan road pricing atau penetapan tarif bagi pengguna jalan untuk mengurangi kemacetan serta emisi karbon dari pembakaran mesin kendaraan.
Terakhir, Andrea Goldstein menutup diskusi dengan menegaskan komitmen OECD dalam memanfaatkan standar dan praktik terbaik guna membantu Indonesia mencapai target pertumbuhan ekonomi delapan persen serta mewujudkan visi Indonesia Emas 2045, yang menjadi visi utama kabinet merah putih saat ini.
Untuk laporan lengkap hasil survei OECD Economic Survey of Indonesia, kamu dapat mengunjungi laman oe.cd/INDONESIA.
Reportase: Najwah Ariella Puteri
Sustainable Development Goals