
Perubahan besar tengah terjadi di industri pariwisata global. Wisatawan saat ini, terutama generasi muda dan wisatawan internasional, semakin peduli terhadap dampak lingkungan dari aktivitas perjalanan mereka. Berdasarkan data Sustainable Travel Consumer Report 2024 dari Trip.com Group dan Global Sustainable Tourism Council mencatat lebih dari 70% wisatawan bersedia membayar lebih untuk pengalaman wisata yang ramah lingkungan.
Tren ini menggarisbawahi urgensi transformasi pariwisata Indonesia menuju arah yang lebih berkelanjutan. Jika tidak segera beradaptasi, Indonesia berisiko tertinggal dari negara-negara lain yang telah lebih dahulu mengintegrasikan prinsip keberlanjutan ke dalam praktik pariwisata mereka.
“Jika kita bertindak sekarang, dimulai dari sektor pendidikan dan penyiapan tenaga kerja, Indonesia memiliki peluang besar untuk memimpin transformasi ini,” kata Andar Danova L. Goeltom, Asisten Deputi Bidang Peningkatan Kapasitas SDM Aparatur dan Pendidikan Vokasi, Kemenparekraf, saat menjadi pembicara kunci dalam The 13th Gadjah Mada International Conference on Economics and Business (GAMAICEB) yang diselenggarakan Unit Publikasi FEB UGM, Rabu (23/7) di The Alana Hotel and Convention Center, Sleman, Yogyakarta.
Andar Danova menyampaikan bahwa kunci dari masa depan pariwisata terletak pada dua elemen utama yaitu kurikulum hijau (green curiculum) dan pekerjaan ramah lingkungan (green jobs). Melalui pendidikan membentuk cara berpikir, bertindak, dan mengambil keputusan para profesional masa depan sehingga membutuhkan kurikulum hijau dalam setiap program pendidikan terkait pariwisata. Kurikulum ini bukan sekedar menambahkan mata kuliah tentang lingkungan, tetapi mengintegrasikan prinsip-prinsip keberlanjutan ke dalam seluruh aspek pembelajaran.
Sementara itu, green jobs atau pekerjaan hijau merupakan bentuk adaptasi industri terhadap perubahan pasar tenaga kerja. Seiring meningkatnya permintaan akan praktik ramah lingkungan, industri pariwisata dituntut menciptakan jenis-jenis pekerjaan baru yang belum dikenal satu dekade lalu. Perubahan ini membuka peluang besar bagi Indonesia untuk meningkatkan daya saingnya di tingkat global.
Lebih lanjut Andar Danova menjelaskan untuk membangun tenaga kerja yang siap menghadapi transisi hijau, diperlukan keterampilan hijau (green skills) yaitu gabungan antara sikap positif terhadap isu iklim (green mindset) dan keberlanjutan dengan keterampilan lintas sektor yang memungkinkan karyawan menjalankan praktik keberlanjutan dalam keseharian (generic green skills), serta keterampilan teknis yang diperlukan untuk pekerjaan baru atau yang telah ada menjadi lebih ramah lingkungan (specific green skills).
Terkait kurikulum hijau, Andar Danova menyebutkan ada dua pendekatan dalam kurikulum ini. Pertama light greening, yang fokus pada keterampilan teknis seperti efisiensi energi atau penggunaan teknologi digital. Kedua, deep greening, yang menanamkan pola pikir kritis, kolaboratif, dan adaptif untuk menghasilkan agen perubahan keberlanjutan di sektor pariwisata. Dengan memperkuat kurikulum hijau sekaligus menyiapkan SDM untuk pekerjaan hijau masa depan diharapkan memperbesar peluang Indonesia untuk menjadi pemimpin pariwisata berkelanjutan di Asia Tenggara.
Reportase: Kurnia Ekaptiningrum
Sustainable Development Goals