
Dalam memasarkan produk di media sosial, kreativitas dan inovasi merupakan hal yang sangat wajib untuk dimiliki. Tidak hanya sekadar unik dan lucu, konten pemasaran yang kreatif mampu meninggalkan kesan mendalam dan membentuk citra brand yang kuat.
Hal tersebut disampaikan oleh dr. Tirta Mandira, MBA, influencer sekaligus business owner dalam acara “Workshop Social Media Marketing: Ngobrolin Social Media Marketing agar Brand Kalian Semakin Dikenal” yang diselenggarakan pada Jumat, 21 Maret 2025 di Lantai 8 Gedung Pusat Pembelajaran FEB UGM.
dr. Tirta memulai sesi dengan menceritakan perjalanannya di media sosial sejak tahun 2013. Ia membangun branding awal melalui platform seperti Facebook dan Kaskus, yang saat itu ramai oleh pengguna, yang sekaligus juga menjadi situs jual-beli barang online. Dari situlah, ia mulai belajar mengenai pemasaran, seperti teknik copywriting yang ia gunakan untuk berjualan online.
Karakteristik Konten Viral
Bertahun-tahun berkecimpung di media sosial membuat dr. Tirta memahami karakteristik konten yang cenderung viral. Menurutnya, konten yang viral adalah konten yang sering kali berada di titik ekstrem atau ujung jurang, biasa disebut juga sebagai konten outlier, yaitu konten yang berbeda ekstrem dari konten biasa pada umumnya, seperti super bodoh, super lucu, super absurd, atau bahkan super kontroversial. Konten jenis ini memang sengaja dibuat dengan isi yang ‘menyimpang’ untuk menarik perhatian audiens dan mudah diingat.
Salah satu contoh konten outlier yang sukses adalah kampanye SASA We Are MSG (Micin Swag Generation) di awal tahun 2020. Kampanye ini berhasil mengubah stigma akan istilah “Generasi Micin” yang dahulunya mengacu pada anak muda yang dianggap bodoh karena sering mengkonsumsi MSG (micin), menjadi simbol generasi muda yang bebas dan berani.
Contoh lainnya yang sedang tren sekarang adalah konten “menjelaskan dengan bahasa bayi”, seperti konten “menjelaskan IHSG dengan bahasa bayi” yang terbukti mampu meraih engagement tinggi karena pendekatannya yang ringan dan mudah dipahami oleh Gen Z. Sebaliknya, penjelasan IHSG dari sisi ekonomi memang dapat menarik audiens dari pasar yang niche, namun sulit dipahami masyarakat awam sehingga cenderung sulit viral.
Meskipun begitu, dr. Tirta tetap menekankan pentingnya penyesuaian gaya promosi dengan platform yang digunakan. Misalnya, jika ingin melakukan promosi di X yang cenderung berbasis tulisan maka harus memiliki keterampilan copywriting. Sementara itu, jika melakukan promosi di TikTok atau Instagram yang mengandalkan audio-visual maka harus dapat menyajikan konten visual yang menarik dan singkat.
Ia pun turut menyoroti fenomena attention span pengguna media sosial yang semakin pendek sekarang. Oleh karena itu, ia menyarankan kreator untuk membuat konten dengan durasi singkat saja, seperti 30 detik. “Attention span kita rendah tetapi ini juga berarti pasar kita mudah untuk diatur karena tidak kritis,” ujarnya.
Tak cukup hanya membuat konten dengan durasi singkat, kreator juga perlu menguasai teknik membuat hook yang kuat untuk menarik audiens agar mau menonton video sampai akhir. Namun, bagian yang paling penting dari semua ini terletak pada pemahaman akan audience atau target pasar. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat demografi (usia, minat, dan perilaku), metrik engagement (jumlah like, share, dan komentar), serta mendengarkan saran. Dengan memahami audiens dengan baik maka dapat lebih mudah membuat konten yang berdampak, otentik, dan viral.
Tips Membuat Konten di Media Sosial
Terakhir, ia merekomendasikan tiga hal yang dapat dilakukan untuk brainstorming ide konten, di antaranya dengan melakukan mind mapping, metode SCAMPER, serta berkolaborasi dengan orang lain atau tim untuk membuka perspektif baru dan menghasilkan ide yang lebih variatif. Selain itu, untuk memperkuat branding di media sosial, ia juga menyarankan penggunaan teknik storytelling agar konten terasa lebih humanis, penggunaan data untuk mengevaluasi preferensi pasar, pembuatan rencana konten yang strategis dan konsisten, serta melakukan kolaborasi dengan influencer untuk memperluas jangkauan audiens dan konsumen.
Reportase: Najwah Ariella Puteri
Editor: Kurnia Ekaptiningrum
Sustainable Development Goals