
Rona bahagia terpancar jelas dari wajah Syarifah Nazwa Azalia Yahya (18) yang akan memulai babak baru dalam hidupnya. Gadis asal Balikpapan, Kalimantan Timur ini tak lama lagi segera menjalani perkuliahan di kampus impiannya yaitu Universitas Gadjah Mada (UGM).
Nazwa, begitu ia biasa disapa, berhasil lolos masuk Program Studi Sarjana Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM tanpa tes lewat jalur Seleksi Nasional Berdasar Prestasi (SNBP). Kebahagiaan tidak berhenti begitu saja, ia juga dinyatakan menerima beasiswa Uang Kuliah Tunggal (UKT) Pendidikan Unggul Bersubsidi 100 persen sehingga dibebaskan dari biaya pendidikan selama kuliah nantinya.
Saat ditemui di kediaman sang kakek yang tidak jauh dari pusat Kota Balikpapan, Nazwa menceritakan momen pengumuman kelulusan SNBP. Ia ingat betul saat itu masih di bulan Ramadan, tepatnya tanggal 18 Maret 2025 sore. Kala itu perasaan gelisah dan gundah meliputi benaknya. Waktu sudah menunjukkan pukul 16:00 WITA namun ia belum memiliki keberanian membuka laman resmi pengumuman SNBP.
“Sore itu saya sudah pasrah sama Allah karena tidak ada ekspektasi diterima. Saya terus berdoa agar bisa ikhlas apapun hasilnya. Lalu saat membuka pengumuman dan melihat biru, saya langsung menangis dan memeluk bibi,” ungkap alumnus SMA N 1 Balikpapan ini.
Perjuangan Mengejar Mimpi
Sejak SMP, Nazwa sudah mematri cita-cita untuk melanjutkan pendidikan di UGM. Baginya, UGM bukan sekadar universitas ternama. Ia melihat kampus ini sebagai tempat di mana mimpi-mimpi besar bisa tumbuh.
Ia pun menceritakan alasan memilih Prodi Sarjana Ilmu Ekonomi. Alasannya sederhana, ia menyukai menghitung daripada menghafal sehingga merasa lebih cocok masuk ke prodi ini.
Nazwa merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Ia tumbuh dalam keluarga yang cukup sederhana di Kecamatan Balikpapan Selatan. Namun sejak bangku SMP ia memutuskan untuk tinggal bersama sang kakek dan bibi untuk mengejar pendidikan di Kota Balikpapan. Keputusan itu ia ambil dengan harapan bisa semakin dekat dengan cita-citanya kuliah di UGM.
Jalan hidup yang dilalui tidaklah selalu mulus. Di tengah perjuangannya menggapai mimpi, ia harus menerima bahwa tidak semua hal dapat berjalan sesuai harapan. Kedua orang tuanya memilih untuk menjalani kehidupan masing-masing. Kini, sang ibu dan ketiga adiknya tinggal di Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Kondisi itu tidak lantas membuat Nazwah berkecil hati. Ia terus berjuang untuk mewujudkan mimpinya.
Nazwa bertekad kuat untuk fokus mengejar pendidikan. Setiap semester, ia menjaga performa nilai agar stabil dan meningkat. Tidak ada tips khusus dalam belajar, ia hanya rutin meluangkan waktu 2-3 jam di setiap malam untuk mempelajari kembali materi pembelajaran sebelumnya di sekolah dan mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah. Hasilnya, ia berhasil masuk 10 besar di kelas dan akhirnya lolos ke UGM.
“Saat SMA saya fokus belajar, meningkatkan nilai agar bisa masuk lewat jalur SNBP UGM,” jelasnya.
Nazwa kembali merasakan kebahagiaan saat mengetahui dinyatakan sebagai penerima beasiswa UKT Subsidi 100 persen. Dengan begitu ia tidak lagi khawatir soal biaya pendidikan selama kuliah.
“Saya kira salah lihat dapat UKT 0, tapi ternyata benar mendapat subsidi UKT 100%. Waktu itu langsung kasih tahu bibi dan mama, mereka senang mendengarnya,” tuturnya.
Kendati begitu, rasa cemas masih bergelayut di benak Nazwa. Pasalnya, ia tidak lolos mendapatkan beasiswa Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K). Bayang-bayang tentang bagaimana kelak hidup merantau di Jogja, jauh dari keluarga menghinggapinya. Namun, dibalik keraguan, ia menanam tekad untuk terus melangkah. Ia sadar, mimpi besar butuh keberanian yang lebih besar pula. Nantinya ia akan mencari peluang beasiswa lain. Ia meyakini betul bahwa perjuangan belum selesai dan masih banyak pintu kebaikan yang bisa terbuka kapan saja.
Terus Berjuang
Kini, Nazwa tengah bersiap memulai kuliah di UGM yang jauh dari keluarga. Ia menyadari akan banyak tantangan, tetapi disisi lain membuka kesempatan untuk bertumbuh.
“Saya berusaha belajar lebih mandiri, cari teman, ikut organisasi biar cepat beradaptasi. Saya juga riset soal budaya Jogja, kehidupan kampus, supaya punya gambaran untuk beradaptasi,” jelas Nazwa yang bercita-cita dapat bekerja di BUMN selepas lulus nantinya.
Ia pun menyampaikan pesan bagi siapapun yang saat ini tengah berjuang dalam mengejar impian. Satu hal yang selalu ia yakini bahwa kesuksesan akan datang bagi siapa saja yang terus berusaha dan pantang menyerah.
“Buat teman-teman yang saat ini sedang berjuang, semangat terus, jangan mudah menyerah. Setiap persoalan pasti ada jalan asal berusaha dan jangan lupa berdoa,” pesannya.
Sementara bibi Nazwa, Syarifah Faradia Irzayana Yahya tak mampu menyembunyikan kegembiraannya. Keponakannya itu akhirnya bisa menggapai impian untuk kuliah di UGM. Kendati begitu, terselip kekhawatiran melepas Nazwa untuk merantau jauh dari keluarga.
“Senang karena akhirnya keinginan kuliah di UGM tercapai. Ada khawatir dan sedih karena kuliahnya jauh, tetapi Nazwa selalu meyakinkan tidak akan mengecewakan keluarga,” tuturnya sembari berharap Nazwa nantinya dapat menjalani perkuliahan dengan lancar dan lulus tepat waktu.
FEB UGM Kampus Inklusif
Nazwa merupakan salah satu dari ribuan anak Indonesia yang berhasil diterima kuliah di UGM. Ia berhasil membuktikan bahwa keterbatasan tidak menjadi penghalang baginya meraih pendidikan setinggi-tingginya. Ia sadar, perjuangannya tidak mudah. Namun ia tidak pernah membiarkan keadaan menjadi alasan untuk menyerah.
FEB sebagai bagian dari UGM, membuka ruang seluas-luasnya bagi putra-putri bangsa seperti Nazwa. Komitmen untuk mewujudkan pendidikan yang inklusif, adil, dan merata terus diwujudkan dengan membuka akses pendidikan bagi seluruh masyarakat termasuk bagi mereka yang berasal dari wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar), keluarga kurang mampu, maupun penyandang disabilitas. Langkah ini selaras dengan semangat pembangunan berkelanjutan yang menjunjung tinggi hak atas pendidikan bagi semua.
Kisah Nazwa bukan hanya tentang keberhasilan masuk UGM. Ini adalah kisah tentang keteguhan hati, tentang mimpi yang terus diperjuangkan meski jalan terjal, dan tentang harapan bahwa pendidikan akan membuka pintu masa depan yang lebih baik.
Reportase: Kurnia Ekaptiningrum
Sustainable Development Goals