
Menjalankan bisnis sosial bukanlah perkara mudah. Dibutuhkan ketekunan, intuisi sosial, dan strategi keberlanjutan yang matang agar solusi yang dihadirkan benar-benar membawa dampak nyata bagi masyarakat. Hal tersebut disampaikan Veronica Colondam, M.Sc., pendiri dan CEO Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB) Foundation, yang hadir di FEB UGM membagikan pengalamannya sebagai seorang sociopreneur di ranah pemberdayaan sosial.
“Menjadi entrepreneur itu sulit. Menjadi social entrepreneur lebih sulit lagi, karena kita harus menggabungkan nilai sosial dan hasil finansial. Itu adalah seni. Hanya mereka yang serius dan tulus yang akan mampu menciptakan dampak bermakna,” jelasnya.
Ia menekankan pentingnya membangun bisnis sosial yang berangkat dari persoalan nyata di sekitar. Tidak hanya itu, membangun bisnis sosial juga perlu disertai kepekaan dan intuisi sosial. Dalam memulai perjalanannya sebagai socialpreneur, Veronica mengungkapkan ia sempat mempertimbangkan pilihan antara mendirikan yayasan atau perusahaan sosial. Sebab, struktur ini akan menentukan arah gerak dan keberlanjutan program yang dijalankan. Baginya, menjadi socialpreneur berarti bukan hanya mengatasi masalah sosial, tetapi juga memikirkan keberlanjutan dan dampak jangka panjang dari solusi yang diberikan.
Salah satu langkah inovatif yang dilakukan YCAB adalah menggabungkan dunia keuangan dengan misi sosial melalui pendekatan investasi sosial untuk memaksimalkan dampak yang dihasilkan.Salah satu inovasi besar yang dikembangkan YCAB adalah peluncuran Juara Empowerment Balanced Fund (JEBF), sebuah reksa dana hasil kolaborasi dengan Juara Capital Indonesia. Tidak sekadar produk investasi, JEBF dirancang agar setiap rupiah yang diinvestasikan turut menciptakan dampak sosial, memperkuat program-program YCAB dalam pemberdayaan ekonomi dan pendidikan.
“Bagaimana caranya penerima manfaat tidak hanya menjadi objek bantuan, tetapi juga bisa berkontribusi kembali kepada masyarakat,” ucapnya menyampaikan course Identifying Social Business Opportunity and Social Value Proposition dalam rangkaian Global Summer Week 2025 di FEB UGM, Jum’at (18/7/2025).
YCAB juga menjalankan intervensi sosial melalui empat program utama yaitu Ibu Harta, Anak Pintar, Anak Juara, dan Social Investment. Program-program ini menyasar perempuan pelaku usaha mikro, peningkatan kualitas pendidikan anak, pelatihan kewirausahaan remaja, hingga skema inklusi keuangan. Target jangka panjangnya adalah mendorong peningkatan pendapatan per kapita keluarga serta membentuk generasi muda yang mandiri secara ekonomi.
Lebih dari sekedar inovasi, Veronica menekankan bahwa kualitas pribadi turut menentukan keberhasilan seorang socialpreneur. Menurutnya, kerendahan hati dan ketangguhan adalah menjadi nilai penting karena tumbuh dari tantangan hidup.
“Menjadi entrepreneur itu sulit. Menjadi social entrepreneur lebih sulit lagi, karena kita harus menggabungkan nilai sosial dan hasil finansial. Itu adalah seni. Hanya mereka yang serius dan tulus yang akan mampu menciptakan dampak bermakna,” jelasnya.
Reportase: Orie Priscylla Mapeda Lumalan
Editor: Kurnia Ekaptiningrum
Sustainable Development Goals