
Di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM), mahasiswa tidak hanya dapat belajar dan mengikuti organisasi kemahasiswaan formal lho, tetapi juga bisa menyalurkan kreativitas mereka melalui komunitas seni. Salah satunya adalah Economics Session Band (ESB), sebuah komunitas musik tingkat fakultas yang telah lama berdiri. Meskipun sebelumnya sempat vakum selama pandemi Covid-19 pada 2020, ESB kembali aktif pada 2023 dan mulai meramaikan berbagai acara di FEB UGM. Kebangkitan komunitas ini tidak lepas dari peran beberapa mahasiswa.
Devon Otniel Del Frey (Manajemen 2023), gitaris ESB menceritakan bahwa di tahun 2023, ia bersama teman-temannya, Angelica Rosdiana (Akuntansi 2022), Farello Yudika Hendratmo (Ilmu Ekonomi 2023), Hanif Ahmad Reza Hasan (Manajemen 2022), dan Mikha Jovan Hutasoit (Akuntansi 2022), berinisiatif menghidupkan kembali ESB setelah sempat hiatus selama tiga tahun. Saat ini, ESB telah memiliki sekitar 60 anggota. Mereka terbagi menjadi dua kategori, yaitu posisi pemain (vokalis, drummer, keyboardist, gitaris, bassist, dan saxophonist) serta posisi non-pemain (manajer, creative media, public relations, playback engineer, hingga fotografer dan videografer). Karena jumlah anggota yang cukup banyak ini, setiap penampilan mereka menggunakan sistem rotasi, sehingga susunan pemain bisa berbeda dari satu acara ke acara lainnya.
Dari sisi musik, genre yang dibawakan ESB menyesuaikan dengan jenis acara yang mereka ikuti. Genre jazz, pop, hingga dangdut pernah mereka mainkan. Namun begitu genre pop tetap menjadi genre musik yang paling sering mereka tampilkan. Selain itu, lagu-lagu dari musisi dalam negeri seperti Dewa 19 atau Sheila on 7 menjadi repertoar favorit ESB dan kebanyakan mahasiswa FEB UGM. Mereka juga kerap membawakan lagu dari musisi internasional seperti Maroon 5. Hingga kini, ESB belum merilis karya lagu sendiri dan lebih banyak fokus pada cover performance.
Saat ditemui usai tampil di acara Family Fun Day (FFD) FEB UGM di Plaza FEB UGM pada Minggu (14/9/2025) Devon mengungkapkan di masa awal kebangkitan ESB setelah pandemi, mereka sempat kesulitan mencari pemain karena jumlah anggota yang terbatas. Hal itu pun membuat variasi penampilan kurang maksimal. Namun, memasuki tahun 2025 situasinya jauh lebih baik dengan bertambahnya anggota baru sehingga komposisi pemain di atas panggung kini lebih bervariasi.
Meski bermain musik untuk melepas penat dan menyalurkan hobi, Devon berharap kedepan ESB dapat lebih aktif tampil di acara-acara besar, baik di dalam maupun di luar lingkungan FEB UGM.
“Kita bermain musik untuk having fun. Semoga ke depannya ESB semakin sukses,” pungkasnya.
Reportase: Najwah Ariella Puteri
Editor: Kurnia Ekaptiningrum
Sustainable Development Goals: 3,4,8,11