
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) meluncurkan Sustainable Business School Framework (SBSF), sebuah kerangka kerja yang dirancang untuk mendorong praktik keberlanjutan di pendidikan tinggi, khususnya sekolah bisnis. Inisiatif ini dirancang untuk menilai kinerja keberlanjutan sekolah bisnis berdasarkan tiga dimensi penting yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Peluncuran kerangka kerja ini dilakukan secara langsung oleh Dekan FEB UGM, Prof. Dr. Didi Achjari, S.E., M.Com., Akt., dalam Rapat Senat Terbuka di puncak Dies Natalis ke-70 FEB UGM pada Jum’at, 19 September 2025.
“Kami memperkenalkan secara khusus salah satu upaya FEB UGM untuk menguatkan dampak sosial dalam aspek keberlanjutan,” kata Didi, Jumat (19/9).
Didi menyampaikan pengembangan kerangka kerja ini dilatarbelakangi dari keprihatinan terhadap tantangan keberlanjutan yang semakin kompleks dalam beberapa tahun terakhir. Lonjakan isu global terkait kemiskinan, ketidaksetaraan, perubahan iklim, hingga lemahnya tata kelola telah menghadirkan kompleksitas yang melampaui batas negara. Laporan Sustainable Development Goals 2025 menunjukkan bahwa meski ada sejumlah kemajuan, laju pencapaian target masih jauh dari memadai untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut pada tahun 2030, terutama karena tingginya kesenjangan antara komitmen dengan implementasi nyata di berbagai sektor.
“Kesenjangan ini menuntut hadirnya pendekatan yang lebih sistematis dan terintegrasi. Selain itu, transformasi menuju ekonomi berkelanjutan memerlukan generasi profesional yang tidak hanya memahami konsep, tetapi juga memiliki kemampuan praktis untuk menciptakan berbagai inisiatif stratejik serta solusi yang inovatif,” paparnya.
Di tengah berbagai tantangan untuk mempercepat tercapainya berbagai tujuan keberlanjutan, semakin banyak institusi dari berbagai sektor yang mulai menyadari bahwa keberlanjutan merupakan kunci untuk menciptakan daya saing dan bertahan di masa yang akan datang. Sebagai pusat pengembangan ilmu dan inovasi, institusi pendidikan di bidang ekonomika dan bisnis memainkan peran vital dalam mencetak pemimpin masa depan yang beretika dan berorientasi pada keberlanjutan. Salah satu langkah penting dalam proses tersebut adalah menciptakan ekosistem pendidikan di sekolah bisnis yang menekankan pada prinsip-prinsip keberlanjutan sejak dini, sehingga mampu melahirkan generasi pemimpin yang siap menjawab tantangan keberlanjutan global.
FEB UGM melalui Sustainability and Strategic Initiatives Unit (SSIU) yang dibentuk awal 2025, menginisiasi SBSF. SBSF merupakan sebuah inisiatif untuk mendorong praktik-praktik keberlanjutan di pendidikan tinggi terutama sekolah bisnis. Sejalan dengan semangat pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), SBSF memberikan fondasi bagi sekolah bisnis untuk bertransformasi menjadi institusi berkelanjutan yang mendukung aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan, sekaligus mendorong penguatan ekosistem sekolah bisnis dalam merespons pembangunan berkelanjutan melalui tiga pilar tridarma, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
“SBSF juga menjadi dasar kami dalam menyusun panduan inisiatif keberlanjutan serta laporan keberlanjutan untuk semester pertama tahun 2025,” jelasnya.
Melalui SBSF, lanjutnya, FEB UGM mendorong sekolah bisnis untuk mampu menempatkan keberlanjutan sebagai bagian penting dalam lingkungan pendidikan ekonomika dan bisnis. Dengan demikian, SBSF diharapkan menjadi sumber inspirasi bagi sekolah-sekolah bisnis di Indonesia dan global untuk memperkuat komitmen terhadap keberlanjutan.
“Berbagai masukan tentu senantiasa kami harapkan dari Bapak-Ibu sivitas FEB UGM, termasuk alumni dan para mitra strategis untuk terus menyempurnakan SBSF sebagai bagian dari semangat perbaikan secara berkelanjutan,” ucapnya.
Sementara Kepala Unit SSIU FEB UGM, Luluk Lusiantoro, Ph.D., dalam kesempatan terpisah menambahkan bahwa SBSF mengukur keberlanjutan sekolah bisnis melalui tiga dimensi utama yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. SBSF mendorong kolaborasi antar pemangku kepentingan di sekolah bisnis untuk mengintegrasikan prinsip keberlanjutan di kampus.
“Pembentukan SBSF adalah untuk mempromosikan praktik berkelanjutan di sekolah bisnis, sehingga melahirkan pemimpin masa depan di bidang ekonomi dan bisnis yang memiliki pola pikir keberlanjutan,” terangnya.
Luluk menjelaskan melalui SBSF, sekolah bisnis dapat memperoleh peta komprehensif praktik keberlanjutan, termasuk aspek Environmental, Social, and Governance (ESG). Sekolah bisnis juga bisa mendapatkan daftar indikator kinerja utama (KPI) di bidang pendidikan, riset, dan pengabdian, penggunaan kerangka kerja yang selaras dengan Global Reporting initiatives (GRI) Standards dan SDGS, serta kesempatan membangun jejaring dengan institusi lain yang memiliki visi serupa.
Partisipasi dalam SBSF terbuka bagi sekolah bisnis di seluruh dunia, termasuk Indonesia dan ASEAN, yang berkomitmen mencetak lulusan berwawasan keberlanjutan. Mekanisme pelaksanaannya mengacu pada model logis dengan tahapan input, proses transformasi, hingga output dan dampak, yang kemudian dituangkan dalam laporan keberlanjutan berkala.
Dengan hadirnya SBSF, FEB UGM menegaskan komitmennya untuk mendorong dunia pendidikan tinggi menjadi motor penggerak pembangunan berkelanjutan. FEB UGM mengundang sekolah bisnis di Indonesia maupun dunia untuk bersama-sama memanfaatkan SBSF sebagai panduan dalam mencetak pemimpin masa depan yang berorientasi pada keberlanjutan. Untuk informasi lebih lanjut terkait SBSF dapat diakses melalui laman ssiu.feb.ugm.ac.id.
Reportase: Kurnia Ekaptiningrum
Sustainable Development Goals: 4,8,10,13,16,17