Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB UGM) bekerja sama dengan University of Southampton, Inggris, menggelar Societal Impact Symposium 2025 yang bertajuk “From Ivory Tower to Community Square: Making Business and Economics Research Matter.” Acara ini diselenggarakan secara hybrid pada Senin (22/09), dengan pelaksanaan luring di Ruang Multimedia FEB UGM dan Pertamina Tower Ruang 5.3, serta daring melalui Zoom Meeting.
Simposium ini diadakan untuk menjawab ekspektasi bahwa sekolah bisnis tidak hanya menghasilkan riset inovatif, tetapi juga mampu memberi dampak sosial yang nyata. Hal ini dilatarbelakangi oleh adanya relevance gap dalam riset bisnis-ekonomi, yang mana hasil riset kerap gagal memberi pengaruh langsung ke masyarakat. Pada akhirnya, kondisi ini mendorong lahirnya upaya advokasi agar penilaian riset tidak hanya bertumpu pada capaian akademik, tetapi juga pada kapasitas riset dalam menyelesaikan masalah riil dan membawa perubahan positif bagi komunitas.
Wakil Dekan FEB UGM Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, Kerja Sama dan Alumni, Gumilang Aryo Sahadewo, Ph.D., dalam sambutannya menjelaskan bahwa tema tahun ini menandai pergeseran paradigma penting. Perubahan dari model ivory tower dalam pengetahuan ke pendekatan community square merupakan cerminan penataan ulang yang mendasar atas peran akademisi dalam masyarakat.
“Dengan diadakannya simposium ini, diharapkan tercipta ruang bagi akademisi untuk berbagi riset berdampak, memperkuat kolaborasi, serta mendiskusikan bagaimana bisnis dan ekonomi dapat memberikan kontribusi yang lebih besar bagi masyarakat Indonesia,” ujarnya.
Societal Impact Symposium dilaksanakan dalam dua sesi paralel diikuti 18 peneliti yang mempresentasikan hasil risetnya. Adapun 18 peneliti ini terdiri atas 16 peneliti dari FEB UGM dan dua peneliti dari University of Southampton. Selain itu, hadir pula keynote speaker dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK UGM), Adi Utarini, Ph.D., yang membawakan penelitian tentang implementasi teknologi Wolbachia Aedes aegypti untuk mengendalikan kasus dengue (demam berdarah) di Indonesia.
Melalui Societal Impact Symposium 2025 ini, FEB UGM menegaskan komitmennya untuk mempercepat transisi menuju penelitian bisnis-ekonomi yang berdampak bagi masyarakat luas. Hal ini juga sejalan dengan kebijakan terbaru Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) yang mendorong institusi pendidikan menciptakan perubahan bermakna bagi masyarakat.
Reportase: Najwah Ariella Puteri
Editor: Kurnia Ekaptningrum
Sustainable Development Goals
