Kemampuan komunikasi, kepemimpinan, dan negosiasi menjadi faktor penunjang keberhasilan karier. Managing Director PT Media Sarana Data (GMEDIA), Budi Yanto menyampaikan bahwa soft skill menjadi faktor penentu keberhasilan dalam berkarier. Hanya saja, masih banyak perusahaan yang masih fokus pada penguatan sumber daya melalui pelatihan teknis.
“Kontribusi soft skill terhadap keberhasilan mencapai 85%, tetapi banyak perusahaan masih fokus pada pelatihan teknis atau hard skill saja,” ungkapnya dalam Talkshow Career Insight yang diselenggarakan FEB UGM di Grha Sabha Pramana UGM, Sabtu (15/11/2025).
Ia pun meminta para talenta muda untuk mengenali kekuatan diri, memahami tujuan karier, dan memetakan keterampilan apa yang perlu ditingkatkan. Dengan akses informasi yang semakin mudah, pemetaan potensi dan rencana pengembangan diri seharusnya dapat dilakukan dengan lebih efektif.
Dalam kesempatan itu Budi turut menyoroti tentang perusahaan yang saat ini menghadapai tantangan untuk beradaptasi terhadap perubahan karakter pekerja. Misalnya, Generasi Z yang tumbuh sebagai digital native memiliki kemampuan teknologi tinggi, rasa ingin tahu kuat, serta kecenderungan eksploratif. Namun karakter yang dimiliki Gen Z tersebut sering kali tidak beririsan dengan budaya dan ekspektasi perusahaan yang masih berlandaskan nilai generasi sebelumnya.
Menurut Budi, ketidaksesuaian ini menciptakan misfit antara pekerja muda dan perusahaan, membuat keduanya seolah tidak pernah benar-benar bertemu dalam nilai, cara kerja, maupun visi jangka panjang. Salah satu isu yang paling sering disalahpahami adalah meningkatnya tren kutu loncat. Banyak perusahaan menilai perilaku ini sebagai kurangnya komitmen. Namun bagi Gen Z, perpindahan cepat antar pekerjaan adalah respons wajar terhadap dunia kerja yang menawarkan lebih banyak pilihan, informasi, dan peluang. Perpindahan ini bagi Gen Z bukan karena tidak lokal namun keinginan mencari tempat yang sesuai dengan nilai, kekuataan, dan tujuan jangka panjang.
Budi menilai perusahaan perlu melakukan transformasi dengan cepat. Ia menyoroti pentingnya perusahaan untuk dapat menyesuaikan diri dengan perubahan karakter pekerja dengan melakukan proses rekrutmen berbasis data dan potensi asli, rancangan jalur pertumbuhan pemimpin muda, serta pergeseran fokus dari sekadar mengelola menjadi mengembangkan talenta. Selain itu, perusahaan perlu menyediakan jalur pengembangan diri yang lebih personal bagi setiap talenta dan membangun tim yang kuat serta kolaboratif. Dengan penyesuaian tersebut, para pekerja akan merasa lebih dihargai karena kebutuhan dan karakter mereka diakomodasi, sekaligus memiliki ruang untuk berkembang dan bertumbuh di dalam perusahaan.
Budi juga menekankan bahwa keberhasilan kerja kini sangat ditentukan oleh soft skill. Kontribusi soft skill terhadap keberhasilan mencapai 85%, tetapi banyak perusahaan masih fokus pada pelatihan teknis atau hard skill saja. Padahal kemampuan komunikasi, kepemimpinan, dan negosiasi adalah kompetensi yang justru paling berpengaruh.
Ia pun berpesan kepada para talenta muda untuk mengenali kekuatan diri, memahami tujuan karier, dan memetakan keterampilan apa yang perlu ditingkatkan. Dengan akses informasi yang semakin mudah, pemetaan potensi dan rencana pengembangan diri seharusnya dapat dilakukan dengan lebih efektif.
Reportase: Najwah Ariella Puteri
Editor: Kurnia Ekaptiningrum



