FEB UGM menegaskan komitmen menjadi kampus inklusif dan ramah bagi penyandang disabilitas. Berbagai inisiatif terus dijalankan FEB UGM dalam upaya memperkuat komitmen tersebut, salah satunya melalui peningkatan kapasitas sivitasnya akademika dalam memahami dan menangani isu-isu disabilitas.
Upaya ini diwujudkan melalui penyelenggaraan Workshop Penanganan Disabilitas, yang dirancang untuk membekali tenaga kependidikan dan mahasiswa terkait pengetahuan, keterampilan, serta sensitivitas yang diperlukan dalam menciptakan lingkungan belajar yang setara bagi seluruh mahasiswa, termasuk penyandang disabilitas. Workshop menghadirkan sejumlah narasumber dari Bawayang Production yang membagikan pengalaman dalam membangun komunikasi dan empati terhadap individu dengan disabilitas daksa, tuli, dan netra pada Selasa (11/11) di Ruang Alumni Corner.
Dalam kesempatan tersebut fasilitator penyandang disabilitas daksa membagikan kisahnya ketika harus beradaptasi dari kondisi yang semula dapat berjalan hingga tidak dapat lagi berjalan. Mereka menekankan pentingnya dukungan keluarga dan masyarakat dalam membangun kepercayaan diri.
Wakil Dekan Bidang Keuangan, Aset, dan Sumber Daya Manusia, Suyanto, S.E., M.B.A., Ph.D. menyatakan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk komitmen fakultas dalam menciptakan lingkungan yang inklusif dan ramah disabilitas bagi seluruh sivitas akademika FEB UGM.
“Inklusivitas berarti semua punya hak yang sama. Harapannya paparan seperti ini secara rutin dilakukan agar kita dapat memahami dan bertindak secara tepat dalam hal penanganan disabilitas dan peningkatan well being. Teman-teman disabilitas memiliki hak dan potensi yang sama untuk meraih cita-cita di FEB UGM maupun berkarir di sini,” ujar Suyanto.
Selain sharing session, peserta juga mengikuti praktik langsung, seperti cara menggunakan kursi roda dengan benar, menuntun teman tunanetra, serta mempelajari dasar bahasa isyarat. Latihan ini memberikan pengalaman empatik bagi peserta untuk memahami tantangan yang dihadapi penyandang disabilitas dalam aktivitas sehari-hari.
Sementara Kepala Kantor Administrasi FEB UGM, Nur Bakti Susilo, S.E., Ak., CA., ASEAN CPA., menegaskan bahwa kegiatan ini selaras dengan visi dan misi FEB sebagai sekolah bisnis yang inklusif dan ramah difabel.
“FEB UGM adalah tempat yang terbuka bagi siapa pun, termasuk teman-teman disabilitas. Harapannya, seluruh sivitas akademika dapat menjadi pribadi yang peduli, peka, dan mampu berinteraksi dengan cara yang tidak menyinggung. Inklusivitas tidak hanya menjadi slogan, tetapi kita wujudkan bersama melalui tindakan,” pungkasnya.
Reportase: Shofi Hawa Anjani
Editor: Kurnia Ekaptiningrum
Sustainable Development Goals
