Mengenal Astra Credit Company Lebih Dekat Melalui CEO Talk
- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 9375
Astra Credit Company (ACC) yang berdiri sejak tahun 1982 telah tersebar hampir di seluruh Indonesia dengan mempunyai 51 triliyun aset di 73 cabang dalam 59 kota. Seperti perusahaan besar pada umumnya, kehidupan ACC turut mengalami ketidakseimbangan sepanjang berjalannya perusahaan pembiayaan tersebut. Pernah suatu ketika, saham turun mendadak dan sempat terpuruk. Akan tetapi, ACC selalu berhasil pulih sampai titik ini dengan mencari banyak pertimbangan dan menetapkan strategi yang tepat sasaran.
Pernyataan di atas diungkapkan oleh Jodjana Jody, CEO Astra Credit Company, dalam acara CEO Talk yang bertemakan "Creating Stakeholders Value". Jody sendiri merupakan lulusan Departemen Manajemen FEB UGM angkatan 1987 dan tetap aktif di Keluarga Alumni Fakultas Ekonomi Gadjah Mada (KAFEGAMA). Perkembangan karier Jody semakin menanjak tatkala menempuh pendidikan di James Cook University of North Queensland, Australia. Tidak hanya itu, Jody sempat bekerja di Citibank sebelum akhirnya fokus kepada ACC.
Acara yang dilaksanakan pada 19 Oktober 2017 di Auditorium Djarum Foundation lt. 6 FEB UGM pukul 13.30 diikuti oleh mahasiswa UGM dari beragam fakultas. Acara dibuka oleh Prof. Mahfud Sholihin, M.Acc., Ph.D. selaku Wakil Dekan Bidang Akademik.
Jody berujar, "Multifinance seperti ACC tidak boleh menghimpun dana dari masyarakat." Maka dari itu, ACC memperoleh dana dari modal sendiri, meminjam bank, dan menerbitkan surat utang. Akan tetapi, perusahaan harus di-rating agar bisa menerbitkan surat utang. Akhirnya, pada tahun 2000 ACC mendapat rating A- dari Pefindo dan pada tahun 2014 rating ACC menjadi AAA serta satu-satunya yang menerima Global Rating Investment Grade di Indonesia. Dengan demikian, dana yang terhimpun ke ACC lebih mudah datang dari berbagai sumber. "Pastikan hidup satu konsumen tersebut jadi lebih baik dengan adanya produk atau jasa kita," tutup Jody.
Sumber: Santini/FEB