Indonesia Pasar Terbesar Perdagangan Online
- Detail
- Ditulis oleh Agung
- Kategori: Berita
- Dilihat: 1760
Indonesia adalah pasar terbesar transaksi online di Asia Tenggara. Tercatat 5 miliar dolar AS transaksi praktik jual barang ritel melalui internet.
Sedangkan 3 miliar dolar AS transaksi dilakukan melalui informal e-commerce. Sementara itu, diperkirakan sebanyak 30 juta penduduk telah melakukan transaksi belanja secara online.
"Pasar perdagangan online ini diproyeksikan akan tumbuh hingga delapan kali lipat dari 2017 hingga 2022, dari 8 miliar dolar AS pembelanjaan pada 2017 menjadi 55 miliar hingga 65 miliar dolar AS pada 2022," ujar Prof. Didi Achjari, Ph.D, di Auditorium Pusat Pembelajaran FEB UGM lantai 8, Rabu (13/9) saat berlangsung Gadjah Mada International Conference on Economic and Business (GAMAICEB 2018).
Menurut Didi, ada beberapa yang menyebabkan E-Commerce tumbuh pesat di Indonesia, diantaranya penggunaan telepon seluler yang tinggi dengan teknologi android dan generasi millenial yang cerdas dan akrab di dunia digital. Selain itu, juga semakin banyaknya keterlibatan pengusaha atau UKM dalam perdagangan online, investasi dalam perdagangan online serta dukungan kebijakan pemerintah.
Gadjah Mada International Conference on Economic and Business (GAMAICEB 2018) digelar Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM dalam rangkaian peringatan dies ke-63. Untuk penyelenggaraan GAMAICEB ke-6 di tahun 2018 ini mengangkat tema "Shaping the Future of Digital Economy: Trends, Opportunity, and Challenge".
Destya Danang Pradiptyo, MBA dari PT. Bukalapak mengatakan pesatnya digital ekonomi karena didukung banyaknya pengguna internet di Indonesia. Meski begitu masih terjadi gap antara perdagangan online Jawa dan luar Jawa.
"Dengan dukungan infrastruktur yang semakin mantap maka tentunya pertumbuhan ekonomi digital di luar Jawa diharapkan akan semakin meningkat pesat," katanya.
Dekan FEB UGM, Eko Suwardi, M.Sc., Ph.D., saat membuka GAMAICEB mengungkapkan kehadiran digital ekonomi memberi banyak wacana yang sangat berbeda dengan ekonomi selama ini. Kehadirannya begitu banyak diikuti oleh para generasi millenial yang sangat berbeda dengan generasi sebelumnya.
"Ciri-cirinya tidak bertele-tele, langsung dan sangat efisien, semua arus barang dengan cara delivery service," katanya.
Arief Surya Irawan, SE, M.Com.Ak., CA mengaku dipilihnya topik "Shaping the Future of Digital Economy: Trends, Opportunity, and Challenge" karena lagi tren dan banyak pihak fokus mengenai pengaruh digitalisasi ekonomi terhadap ekonomi dan bisnis. Digitalisasi teknologi sudah menjadi keharusan dan Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM mencoba melakukan sesuatu agar dapat berkontribusi dalam pemikiran dan riset untuk menjawab kebutuhan masyarakat.
"Harapan kita harus perhatian dengan apa yang terjadi di sekitar kita. Kita berada dalam dunia yang berbeda, di era milenial yang semuanya serba finger tips. Makanya kita harus bijak terhadap digitalisasi teknologi, baik secara individu maupun sebagai bagian dari masyarakat," katanya.
GAMAICEB 2018 yang diikuti 130 peserta dari berbagai perguruan tinggi ini menghadirkan dua pembicara asing, yaitu Prof. Noel Scott dari Griffith University, Brisbane, Australia dan Vanessa Ratten, Ph.D dari La Trobe University, Melbourne, Australia. Keduanya fokus pada ecotourism dan membahas pengaruh digitalisasi ekonomi terhadap ecotourism.
Sumber: Agung/UGM